33 : untuk rindu

11.1K 1.1K 153
                                    

(putar lagunya supaya lebih menghayati)





Aku berjalan mendekati kompleks pemakaman. Mencari nama Na Jaemin satu persatu dengan teliti.


Na jaemin
2000-2019


Batu nisan berwarna hitam yang sedikit kotor bertuliskan nama Jaemin berhasil membuat langkahku berhenti. Badanku jatuh dan dengkulku menyentuh tanah.

Rumput hijau menutupi seluruh permukaannya. Aku membersihkan sisa-sisa bunga kering yang ada diatasnya satu persatu.

"j..jaemin.." aku memanggil namanya walau tahu dia tidak akan menyahut.

Aku mengelus batu nisannya. Menyingkirkan debu yang menutupi tempat peristirahatannya.

"Apa kabar?"

"kamu bilang mau kesini lagi.."

"iya kamu kesini lagi tapi kamu bukan na Jaemin yang hidup."

"Bukan Na Jaemin yang cerewet."

"Bukan Na Jaemin yang bisa meluk.." Aku berbicara sendiri di sebelah makam Jaemin.

"Kenapa kamu gak pernah bilang kamu sakit? Kenapa aku harus tau pas kamu udah gak ada?" air mataku terus mengalir deras. Membuat mataku yang sudah sembab semakin bengkak. Pandanganku sudah buram karena cairan ini tidak mau berhenti.

"Harusnya aku sadar, waktu itu terakhir kita telponan, kamu bukan di kamar mandi."

"kenapa kamu bilang bangsal rumah sakit itu kamar mandi?"

"kenapa kamu bilang kamu izin ke dosen padahal kamu izin ke dokter?"


"Kita pernah janji buat ga rahasia-rahasiaan kan? Kenapa kamu bohong?"

"kenapa kamu gak bagi rasa sakit itu ke aku na?"

Hujan perlahan turun. Mulanya kecil namun lama kelamaan makin besar dan membasahi sekujur tubuhku.

"kita bahkan gak pernah bener-bener anniversarry."

"kamu gak kangen manggil nama aku gitu?"

"kamu gak kangen megang tangan aku? Megang pipi aku? Bonceng aku pake motor sambil hujan-hujanan?"

"NIKEEENN!!!"

Haechan memanggil. Namun tidak membuatku bergerak sedikitpun dari posisi yang sekarang.

"Ayo neduh dulu hujannya gede!"

"LEPASIN!" Aku menepis tangan haechan dan memeluk makam Jaemin sebisaku.

"Gak gini caranya ken, ayo neduh dulu ntar lu sakit!"

"JAEMIN JUGA SAKIT CHAN! LEPASIN!"

"LO SAKIT GA BIKIN JAEMIN BALIK NIKEN! NEDUH DULU!"

"TAU APA LO SOAL JAEMIN?? TINGGALIN GUE. GUE BISA PULANG SENDIRI!"

"JAEMIN BAKAL SEDIH KALO LO SAKIT KEN. NEDUH DULU TERUS KITA BALIK LAGI KESINI!"

--

Haechan dan Niken berteduh di sebuah warung di pinggir kompleks pemakaman. Tangis niken belum berhenti. Ia bahkan masih sesenggukan.

"Bunga terindah itu paling cepet di petik. Pernah denger kan?" Haechan berbicara pada Niken sambil memandangi air hujan.

"Mungkin tuhan gak mau Jaemin sakit lagi Ken."

"Tuhan jahat." gumam Niken.

"Ngga, tuhan gak jahat."

"kalau gak jahat kenapa dia ambil jaemin? Kenapa dia gak ambil gue aja?"

"Niken,"

"Tuhan egois."

"Kalau tuhan egois, dia gak bakal mempertemukan lo sama Jaemin."

"Buat apa? Buat apa gue ketemu jaemin kalau ujung-ujungnya dia pergi juga?"

"itu semua rahasia tuhan. Kadang ia mempertemukan kedua insan untuk menguji hambanya lebih mencintai manusia atau dia."

"Hujannya nggak reda-reda. Ayo pulang aja. Besok kita kesini lagi." Sambung Haechan.

"Gak. Gue mau disini sama Jaemin. Dia bertahun-tahun sendirian disini."

"Niken, Jaemin pasti gak mau lo sakit karena dia. Pulang ya? Besok kita ketemu lagi kok."

"Ya?"

"oke."


N

a Jaemin, cinta pertamaku.

Selama mencintaimu,
aku mempelajari banyak hal terutama mengikhlaskan.


Tunggu aku disana. Aku akan meminta izin pada tuhanku untuk mengunjungimu di surgamu.

-nana, rindu, dan agama.

End

Nana, Rindu Dan Agama [ Na Jaemin ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang