16 : meet lyn

7.6K 1.1K 144
                                    

Minggu pagi jaemin menjemputku. Sesuai rencana aku menunggunya selesai di luar gereja. Untungnya tidak jauh disini ada starbucks, jadi aku memutuskan untuk menunggu jaemin disana. Sudah izin pada jaemin tentunya.

Aku memesan ice vanilla latte. Mengambil duduk di dekat jendela sambil memainkan ponselku.

Kulirik jam tanganku, pukul 10.40 . Bersamaan dengan itu, ada yang menepuk pundakku.

"Hei, Lama ya?"

"Eh... Engga kok." Aku menggelengkan kepala.

Jaemin tersenyum lalu membantuku berdiri. Kami berjalan menuju parkiran, membawa mobil keluar dari situ.

Mall baru buka, jadi masih terasa lenggang. Kami langsung menuju ke XXI untuk Memesan tiket. Untungnya sudah buka.

Bagiku tidak ada yang special saat menonton film. Tapi mungkin special bagi Jaemin karena aku mendapatinya beberapa kali memperhatikanku.

Dan saat ditanya, ia menjawab "Gapapa. Lebih seru liat kamu daripada filmnya."

Jam 2 siang, Jaemin mengajakku makan. Tapi aku enggan ke Richesse. Huft, bagaimana jika insiden itu terulang kembali? Tidak tidak.

Akhirnya jaemin mengajakku ke Hokben. Kami duduk berhadapan di meja dengan 4 kursi. Mengobrol ringan sebelum menyantap apa yang ada di depan kami.

"Ehhh! Berdoa dulu!" aku mencegah jaemin yang mau menyuapi makanan ke mulutnya.

Jaemin menurut. Ia menurunkan sumpitnya lalu mengepalkan tangannya.

Dan aku membuka kedua telapak tanganku.

"Amin...."

"Amin."

Kami mengucapnya hampir berbarengan, setelah itu Jaemin melanjutkan makannya dan aku baru memulai.

Jaemin tidak banyak bicara saat makan. Tadi ia hanya sekali izin mengambil nasi yang tertinggal di ujung bibirku.

——

"Heii... Kamu disini juga jae?" itu suara perempuan. Bukan aku. Perempuan lain. Ia berdiri di samping meja kami.

"Boleh ikut duduk?" tanyanya padaku. Aku hanya bengong dan mengangguk kecil.

"Makasih.. Ga nyangka bakal ketemu temen masa kecil disini, yakan jae?" perempuan itu duduk di kursi kosong sebelah Jaemin. Aku bisa melihat Raut wajah jaemin berubah menjadi sedikit jutek dan kesal.

"Jae kamu ga bakal kenalin aku sama dia? Kasian loh daritadi ngeliatin kita terus...."

Jaemin menghela nafas sebelum berbicara.

"Rin, ini Evelyn."
"ini pacar gue, Niken."

Akhirnya aku bertemu dengan Evelyn—teman jaemin yang pernah ia ceritakan.

"Eh? Pacar? Jaemin ga bilang-bilang nih udah punya pacar... Aduuuh yang dulunya kalo tidur suka ditemenin aku sekarang udah bisa punya pacar yaa...." kata Evelyn sambil melirikku beberapa kali.

"Niken dari kapan pacaran sama temen kecilku ini?" tanyanya padaku.

"d..dua bulan..." aku membalas singkat, sedikit terbata-bata.

"Masih seumur jagung dong? Kalo kita udah temenan berapa taun sih jae?? Dari orok kali yaa.. Ahahahaha." katanya sambil tertawa.

Ia menggandeng tangan Jaemin sejak tadi. Walau jaemin sudah menepisnya beberapa kali, ia tetap menggandengnya.

"Jae, aku mau nyobain itu doongg... Suapiin.... Kita flashback-flashback sama kenangan kita dulu itu loh." Evelyn menunjuk salad yang ada di piring Jaemin.

Jaemin menaruh sumpitnya lalu berdiri.

"Habiskan sendiri. Rin, ayo pulang." ia menarik tanganku.

Aku segera mengambil botol air mineral dan tersenyum pada Evelyn. Aku mengikuti langkah Jaemin.

Ia membawaku ke basement. Ke parkiran. Masuk ke dalam mobilnya.

"Na, kok gitu sih? Itu kan temen lama kamu. Masa kamu kayak gitu?" aku membuka suara di mobil.

Jaemin menempelkan jidatnya diatas kemudi.

"Na..." kataku sambil mengelus pundaknya.

"Gausah belain dia rin!" balas Jaemin sedikit membentak.

"Tapi na, dia kan temen lama kamu. Temen masa kecil. temen dari orok...."

"Kamu seneng rin dia deket-deket sama aku?" Jaemin menatapku dengan tatapan aneh, seperti menantang.

"Bukan gitu na, seenggaknya...."

"KAMU GAK CEMBURU YA RIN AKU DEKET SAMA EVELYN? NGGA KAN??" Jaemin meluapkan emosinya padaku.

"Kok kamu malah jadi marah-marah sama aku?"

"Marah? Aku gak marah!"

"Terus kenapa daritadi kamu bentak-bentak aku? Aku ngomong sama kamu pelan-pelan."

"Aku ngga bentak kamu rin."

Aku memalingkan wajah. Enggan menatap Jaemin. Cemburu? Tentu. Aku sangat cemburu. Siapa yang tidak sakit hati saat melihat ada wanita lain yang menggandeng tangan pacarnya?

Terlalu takut untuk mengaku, aku memilih keluar dari mobil Jaemin. Aku tidak ingin menangis di hadapannya.

Anggaplah aku cengeng, karena aku memang.

Aku mengambil langkah secepat mungkin dan memesan ojek online. Aku ingin sendiri dulu.





——







Hatiqu lemah kalo berurusan sama na jaemin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hatiqu lemah kalo berurusan sama na jaemin.

Nana, Rindu Dan Agama [ Na Jaemin ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang