Setelah bermain di pasir, Kami beristirahat sejenak di pinggir pantai. Sunset sudah mulai nampak. Aku menyandarkan kepalaku ke bahu pria di sebelahku.
"Aku suka senja." Jaemin membuka suara.
"Kenapa? Bukannya senja datang hanya sementara?"
"Iya. Dia cuman sementara. Tapi dia datang lagi, ga menghilang."
"Aku mau jadi senja."
"Walaupun cuma sementara, Aku pasti dateng lagi. Ga menghilang.""Na..." panggilku sedikit parau.
"Aku ga akan Hilang rin."
"Bahkan aku ga mau."
"Aku terlalu takut.""Takut kenapa?"
"Takut aku ga bisa jaga kamu sekarang."
"Aku gabisa milikin kamu. Aku egois sama tuhan."
"Takut kamu nanti dapet orang yang salah. Aku gak mau rin.""rin, janji kamu harus bahagia terus. Ya?"
--
Kami pergi beristirahat di Villa milik Om siwon. Lantainya terbuat dari kayu dan agak jauh dari bibir pantai. Kata Jaemin, disini airnya sangat tenang jadi kecil kemungkinan adanya Tsunami.
Hatiku merasa aman.
Aku tidur terpisah dengan Jaemin. Awalnya, Ia menawarkan diri untuk tidur di sofa tapi aku melarangnya. Gila. Disini sangat panas dan di ruang tengah tidak ada AC.
Jadi Jaemin menggunakan kasur lipat di sebelah kasurku.
Setelah mematikan lampu, Jaemin menyalakan sebuah benda berbentuk tabung yang menampilkan banyak bintang bercahaya putih di atas.
"Bagus?"
"Cantik." balasku sambil menunjuk bintang-bintangnya.
"Selamat tidur."
"Kalau ga bisa tidur, hitung bintang-bintangnya."Saran Jaemin benar-benar ampuh untuk membuatku tertidur.
--
Kami sampai di rumahku pada pukul 9 Pagi. Ia memberhentikan mobilnya di depan rumahku dan mencegahku turun.
"Tunggu." ia mengambil sesuatu di belakang jok ku.
Sebuah paper bag berukuran sedang yang atasnya di beri lakban sehingga tertutup rapat. Jaemin memberikannya padaku.
"Kado." kata Jaemin.
"Dipake ya?" sambungnya sambil mengelus puncak kepalaku.
"Emang ini apa?"
"Bukanya nanti aja di rumah." sambil tersenyum, Aku pun turun lalu melambaikan tangan pada Mobilnya yang lambat laun menjauh lalu tidak terlihat lagi.
--
"Den tadi ada surat dateng." Asisten rumah Tangga Jaemin menghampirinya yang baru saja tiba di rumah.
"Dari siapa bi?" Tanya Jaemin.
"Ngga tau den. Amplopnya warna putih bibi taro di atas meja belajar aden."
"Makasih bi."
Bibi itu mengangguk dan Jaemin pergi ke kamarnya. Hendak memastikan dari siapa surat tersebut .
Ia mengambilnya dari atas meja lalu membaca nama pengirimnya dalam hati.
Jaemin menghela nafas panjang yang terasa berat, "ini lagi..."
"Dari siapa?" suara itu mengintrupsi kegiatan Jaemin. Ia menoleh dan ayahnya tengah berdiri di ambang pintu.
"Biasa." ia menaruhnya kembali tanpa membaca isi suratnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nana, Rindu Dan Agama [ Na Jaemin ]
Hayran Kurgu[end] Kita sedekat nadi, Agama menjaraki sejauh bumi dan semesta. kamu bisa skip part awalnya sebelum ke konflik karena konflik itu yang penting :)