27 : our date

6.3K 928 59
                                    

"Ayo makan dulu. Pasti sapi ku ini belum makan." Ejek jaemin sambil menarik pipiku.

"Heh! Bukan sapi!"

"Iya iya bercanda. Mau makan apa? Ayam, nasi.."

"Kalo makan kamu aja gimana?"

Jaemin spontan menyilangkan tangannya di depan dada "Heh! Belum halal!"

"Hahahaha. Ke toko kue dulu yuk bentar?" aku menunjuk salah satu toko di hadapan kami.

"Ayok." ia merangkul tanganku lalu menarikku masuk kesana. Padahal aku yang mau beli tapi dia yang rusuh.

"Bagus-bagus.. Kalo kata kamu mana yang paling bagus?" Kataku pada Jaemin sambil memperhatikan kue-kue yang di pajang di etalase.

"Itu tuh." Jaemin menunjuk kue berbentuk lingkaran kecil yang diluarnya dilapisi almond.

"Yaudah ambil yang itu aja. Mbak yang golden almond nya satu." aku menaikkan telunjuk ku pada penjaga toko lalu menunggu pesananku siap.

"totalnya 275 ribu ya." aku langsung membuka dompet ku dan menarik satu persatu uang yang kubawa.

"Pake ini aja mbak." kata Jaemin sambil mengeluarkan salah satu kartu miliknya.

"Nggak! Nggak! Pake ini aja mbak!" penjaga kasir itu terlihat kebingungan karena yang satunya menyodorkan uang cash dan satunya lagi menyodorkan kartu kredit.

"Pake ini aja mbak. Cepet kok." Jaemin mengarahkan kartu kreditnya lebih dekat lagi.

"Ngga ngga mbak! Ini aja pake cash."

"Laki-laki yang bayar. Nih mbak." Dan pilihan penjaga kasir itu jatuh pada kartu kredit Jaemin.

Dengan kecewa aku kembali memasukkan uangku ke dompet sambil mendengarkan suara mesin pencetak struk.

"Terima kasih dan selamat menikmati."

——

"kita ke foodcourt aja." ucapku ketus.

"kok ngambek?" jaemin menyenggol sikutku dengan tangan kanannya. Tangan satunya lagi memegang bungkusan berisi kue yang tadi kami beli.

Ingin rasanya aku memaki jaemin; YA MENURUT NGANAA???

Tapi tidak. Tidak.

Dan ujung-ujungnya kata keramat itu yang kembali terucap.

"gapapa."

"beneran?"

"Iya gapapa."

"Oke. Kita kunci jawabannya."

Jaemin dan aku mengambil duduk di salah satu meja. Kami berhadapan tanpa banyak berkata-kata.

"mau makan apa?" tanya jaemin sambil mengedarkan pandangannya.

"Terserah."

"Heii."

"Beneran terserah."

"Rin kamu kenapa sih? Tadi seneng-seneng aja kok tiba-tiba badmood gini? Lagi istimewa ya?"

"Ngga."

"Yaudah aku beli makanan ya. Mau ikut?"

"Ngga ah. Nunggu disini." aku mengeluarkan Hp ku.

"Yaudah. Tunggu ya."

Jaemin beranjak dari kursi dan pergi membeli makanan. Setelah kurasa jaemin agak jauh dari meja, aku mengeluarkan sesuatu dari tasku.

Dua kotak lilin berwarna merah yang pinggirnya berwarna putih. Satu berangka 1 dan satu lagi 8. Aku membuka kotak pembungkus kue lalu memasang lilinnya dengan rapi lalu menutupnya lagi dengan rapat seperti sebelumnya.

"Nah.." jaemin datang sambil membawa sebuah nampan di tangannya lalu meletakkannya di depanku.

"Nih makan yang banyak biar gendut." Dia menata piring-piring itu dengan cepat.

Beberapa kali jaemin mengajakku bernincang dan jawabanku tetap sama. Sedikit tak peduli.

Aku masih kesal, serius.

"Kue nya mau dimakan sekarang?" Tawar Jaemin begitu melihatku selesai dengan makan siang di jam 3 sore ini.

Aku mengangguk lalu jaemin membawa kue itu di tengah-tengah kami lalu membukanya. Ia terkejut.

"Tokonya ngebonusin lilin ya?" 

"hbd na." kataku singkat.

"Hah?"

"hbd."

"Apa? Gak kedengeran."

"SELAMAT ULANG TAHUN NA JAEMIN."

Jaemin tak bergeming. Ia masih bingung di tempat.

"Argghhh! Ini tuh surprise na!" ucapku kesal.

"Kamu inget rin?"

"ya inget lah. Tadinya aku rencanain mau beli kue terus dililinin. Terus video call kamu. Eh tapi kamu pulang ga bilang-bilang. Yaudah aku remcana mau surprise in kamu disini. Aku mau beli kue terus rayain sama kamu. Maunya aku yang beli kue eh malah kamu yang bayar. Kan kesel." aku menjabarkan dengan panjang lebar.

Jaemin tersenyum lalu menyentuh punggung tanganku.

"Nyentuh kamu dosa ya? Tapi aku mau..."
"Makasih."
"Dan maaf. Aku bikin kesel kamu lagi untuk kedua kalinya hari ini."

"Gapapa."
"Selamat ulang tahun ya?"
"Duh disini boleh nyalain api gak sih."
"Ah udahlah anggep aja disini ada api." aku menunjuk ujung lilin itu.

"Ayo make a wish!" ucapku bersemangat.

"Oke oke." Jaemin menarik kembali tangannya lalu mengepal keduanya yang bertumpu pada meja.

Ia memejamkan matanya lalu mengakhiri 'wish' yang ia buat dengan kata "amin."

"Yeaaaayy!" kataku sambil bertepuk tangan saat Jaemin meniup lilinnya.

"kamu nge wish apa barusan?"

"Rahasia ah."

"Heh kan gak boleh rahasia-rahasiaan."

"Nanti aja aku ngasih taunya kalo udah kejadian."

"kok gitu?"

"Biar surpirse!"

———

Dikit lagi menuju ending💝💕💘✨

Dikit lagi menuju ending💝💕💘✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Nana, Rindu Dan Agama [ Na Jaemin ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang