Ada bintang disini, disana, dan disitu.
Pojok kiri bawah, jangan sampai terlewat. Terima kasih♡--
"Na Jaemin. Siapa namamu?" tanya lelaki berambut coklat di sebelah mejaku. Ia mengulurkan tangannya, berusaha menjabat tanganku.
"Niken." aku membalas jabat tangannya.
"Niken aja?" Tanyanya.
Aku menggeleng, "Niken Ayu Rindu."
"Pantas saja, namamu mewakili perasaanku tiap hari."
"Maksudnya?" aku kembali bertanya.
"Tidak, Niken Ayu Rindu. Nama yang bagus." dia tersenyum padaku.
--
Tahun ajaran baru, semua murid di acak kembali. Aku mendapat kelas XII IPS3, berpisah dengan sahabatku, Kayla.
Kami berpelukan sebelum memasuki kelas di hari pertama. Berpisah dengannya, dan menyambut suasana kelas yang baru.
Tempat duduk di acak oleh wali kelas. Aku mendapat kursi di paling belakang sebelah kiri, dekat dengan jendela. Dan di sebelah kanan, ada anak berambut coklat muda yang barusan berkenalan denganku.
Seperti hari pertana biasanya, kami berkenalan satu sama lain. Mendengar jokes-jokes ala bapak-bapak. Saat istirahat, aku hanya berdiam di bangku ku. Sejenak mendengarkan musik dari ponsel men-stalk akun-akun kesayanganku.
Begitu sampai bel masuk dan aku menyimpan ponselku. Mendengarkan kembali perkenalan-perkenalan basi dari para murid. Membuatku malas peduli.
Hingga bunyi bel di jam 12 mengintrupsiku.
"Muslim kan? Shalat gih. Udah bel." Kata Jaemin sambil mencolek pundakku.
Aku mengangguk dan membereskan beberapa alat tulis yang berserakan di mejaku.
Selesai dengan alat tulis, aku berjalan ke arah lokerku yang tak jauh dari kelas. Dan Na Jaemin membuntuti ku.
Aku berbalik, Membuatnya salah tingkah di tempatnya.
"Ngapain?" tanyaku
"ng..nggak.. Mau mastiin kamu selamat sampe ke masjid." Balas dia sambil tersenyum dan memperlihatkan jajaran gigi-giginya yang rapi.
Aku menghela nafas, "Jangan kaya gitu."
"Terus aku jalan dimana kalau bukan di belakang? Di pinggir?" Na Jaemin menunjuk ke arah kanan.
"Ga."
"Disitu?" Tunjuknya ke sebelah kiri.
Aku menggeleng, "Ga."
"Kalau aku gabisa berjalan bersamamu disini, gimana aku bisa berjalan bersamamu nanti di pelaminan?"
Aku menaruh telunjuk kanan tanganku di depan bibirku agar dia berhenti berbicara dan mengecilkan suaranya.
Dia memanyunkan bibirnya setelah aku menurunkan jariku.
"Terserah. Asal jangan di belakangku."
"Di kanan mu? Di kiri mu?"
"Terserah." kataku sambil mengganti sepatuku dengan sendal yang ada di loker.
"Berarti aku bisa berjalan bersamamu kan?"
"Terserah."
--
Cringe di awal keterusannya ngga kok ehehehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nana, Rindu Dan Agama [ Na Jaemin ]
Fanfiction[end] Kita sedekat nadi, Agama menjaraki sejauh bumi dan semesta. kamu bisa skip part awalnya sebelum ke konflik karena konflik itu yang penting :)