"haechan.. Please jemput gue.."
"Niken? Kok lo nangis? Lo dimana? Ken? Niken?"
"gua di jalan merdeka.. Please jemput gue.."
"Oke oke lo tenang dulu. Jangan nangis. Gue kesana sekarang."
Kakiku terasa lemah setelah mendengar semua cerita dari Om siwon. Aku duduk di salah satu kursi panjang disini. Hatiku rasanya seperti dihujami ribuan paku. Bahkan nafasku sudah tak karuan. Aku mati-matian menahan tangisku.
Sebuah mobil putih berhenti di depanku. Saat kacanya dibuka, aku melihat ada Haechan di dalam. Aku bergegas masuk dan menangis di dalam mobil. Yang Haechan lakukan hanya mengucapkan kalimat :
"ken? Kenapa?"
"udah udah jangan nangis."
"udah ken.."
Begitu, terus di ulang.
Selama perjalanan aku terus chattan dengan Jaemin. Pembahasan yang sangat amat tidak penting. Sampai aku dan Haechan tiba di depan lapang golf.
Sudah ada mobil renjun disitu. Tak lama ia keluar setelah aku dan Haechan keluar lebih dulu.
Aku menghapus air mataku cepat walau mataku terlihat sangat bengkak.
Kami mendekat pada Renjun. Tanpa basa-basi, aku langsung berbicara kasar padanya.
"Siniin hp lo." aku mengulurkan tanganku.
"maksudnya?"
"Gue bilang, SINIIN HP LO!"
Renjun yang kebingungan merogoh saku kanannya dan mengeluarkan benda persegi panjang itu dari sana.
"Sekarang, hp jaemin."
"SINIIN HP JAEMIN!!!"
"hp jaemin apa?"
"Gak usah pura-pura gak tau. Siniin hp jaemin!"
"Apaan sih hp jaemin hp jaemin, gue gak tau!"
Aku buru-buru mengeluarkan ponselku dan menghubungi Whatsapp jaemin. Tidak diangkat.
Lalu aku menelepon nomor jaemin dengan pulsa. Ada sebuah cahaya keluar di jok penumpang mobil renjun.
Aku segera membuka pintu mobil renjun yang tidak terkunci. Di jok tersebut terdapat sebuah ponsel yang sangat ku kenal. Itu milik jaemin. Modelnya sangat ketinggalan jaman. Tertulis namaku juga disitu.
(Rindu💚)
Aku mengambil benda itu perlahan dan menekan tombol bulatan hijau itu.
"hallo.."
Dan suara ku terdengar lagi. Itu benar hp Jaemin.
Aku bangun dengan penuh emosi. Ku tatap renjun yang memasang tampang tak bersalah.
Plak!
"Bajingan."
Aku berlari menghampiri mobil Haechan lagi. Kurasa tak perlu mendengarkan penjelasan renjun semuanya sudah jelas.
"Niken! Niken!" Renjun mengetuk jendela di sebelahku berkali-kali.
"Jalan, Chan."
"Niken!" Renjun berlari mengejar mobil Haechan sebentar.
"ARGGGHHH!!!" dia berteriak lalu kembali ke mobilnya. Mengejar mobil Haechan.
"dia ngikutin kita." Ujar Haechan.
Aku masih menatap ponsel Jaemin yang ku genggam. Semua isi chatnya sama seperti yang ada di hp ku.
"Kita ke pemakaman, chan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Nana, Rindu Dan Agama [ Na Jaemin ]
Fanfiction[end] Kita sedekat nadi, Agama menjaraki sejauh bumi dan semesta. kamu bisa skip part awalnya sebelum ke konflik karena konflik itu yang penting :)