Ketika hatimu sakit karena harus merelakan
Dia yang selama ini kamu harapkan
Ternyata memberimu luka
Maka kembalilah..
Mendekat kepada Allah
Biarkan Allah yang melapangkan hatimu untuk mengikhlaskan♥️♥️♥️
Sore ini mereka berencana untuk makan bersama direstaurant. Tujuannya untuk menjalin silaturahmi serta menyambut datangnya David ke Indonesia. Kali ini tidak hanya mereka berdua, namun Hanif juga ikut serta. Yasna menatap intents penampilan Azlan yang begitu rapih. Dengan pakaian casual nya dan tatanan rambut sangat klimis ketika tidak mengenakan peci.
"Mas mau kemana udah rapi gini?" Ujar Yasna, bertanya dengan sorot mata menuntut jawaban.
"Mau ikut?" Azlan malah balik bertanya
"Kemana?"
"Makan diluar"
"Hmmmm" Yasna nampak berfikir sejenak.
"Emang boleh?" ujarnya mendelikkan mata.
"Boleh sayang" Azlan mengacak kepala dibalut hijab yang dikenakan Yasna.
"Baik, tunggu sebentar" Yasna membalikan badan dan berjalan menuju kamar untuk bersiap-siap.
Nampaknya Yasna sudah terbiasa dengan perlakuan manis Azlan. Bahkan ia sudah ahli dalam mengendalikan detak jantungnya. Namun tak bisa dipungkiri bahwa ia sangat bahagia ketika Azlan berlaku manis padanya. Walaupun tak jarang ia geli sendiri ketika membayangkannya. Mengingat Azlan adalah sosok yang selalu diganggunya dulu, Dan sekarang ia yang diganggu dengan gejolak cintanya.
Mereka tiba di sebuah Restaurant yang cukup ramai pengunjung. Restaurant dengan memiliki dua lantai yang mengambil konsep galaksi. Banyak hiasan lampu berbentuk bintang yang tergantung. Lilin-lilin kecil disetiap meja, dan wallpaper bernafaskan langit gelap ketika suasana malam. Restaurants ini sangat cocok untuk dinner dengan kekasih tercinta, makan bersama keluarga atau merayakan moment spesial dengan romantisme kisah cinta setiap pengunjung. Yasna dan Azlan berjalan ke lantai dua.
Azlan telah memesan satu buah meja berukuran sedang dengan empat buah kursi. Tempatnya terletak diluar, dijaga oleh pembatas roftoop. Dengan itu, suasana malam dengan hamparan bintang bisa mereka saksikan langsung. Dan angin malam yang dingin menambah ketenangan suasana.
Azlan membanty Yasna untuk duduk. "Terimakasih" Yasna tersipu malu.
Sembari menunggu Hanif dan David datang, sepasang suami isteri itu berbincang dengan diselingi candaan untuk menghangatkan suasana.
"Indah sekali bintangnya" Yasna menatap bintang-bintang yang bertaburan di hamparan langit.
"Kamu tau tujuan allah menciptakan Bintang?" Azlan menatap seseorang yang duduk dihadapannya.
"Tauk. Untuk menghiasi langit" Yasna berusaha menebak-nebak.
"Pinter" Kekeh Azlan
"Mau tau ga perbedaan kamu sama bintang?"
"Hmm" Yasna mengerucutkan bibirnya.
"Mau tau ga?" Kekeh Azlan
"Apa emang?"
"Bintang. Ia menghiasi langit"
"Kamu menghiasi hidupku" Azlan mencubit pelan hidung minim milik istrinya.
Jantungnya kembali bergemuruh. Wajahnya merona lagi dan lagi.
"Huhhh. Dasar" Yasna menghembuskan nafas.
"Bintang punya banyak keistimewaan, selain untuk menghiasi hamparan langit. Bintang juga allah ciptakan untuk melempar setan-setan yang mencoba mencuri kabar berita dilangit, Nah selain itu ada lagi, Bintang berfungsi sebagai penunjuk arah seperti rasi bintang yang menjadi petunjuk arah untuk nelayan" Jelas Azlan kepada Yasna.
"Ohh. Maa syaa Allah" Yasna mengangguk-ngangguk mendengar setiap ucapan yang berupa ilmu dari sesorang yang tak lain adalah suaminya. Yasna sangat bersyukur ia bukan hanya sosok suami yang baik, tapi ia adalah sahabat, kekasih, dan guru untuknya.
"Assalamu'alaikum" Ucap seseorang berjalan ke arah mereka. Nampak nya seseorang itu adalah Hanif.
"Wa'alaikumusalam Warohmatullah wabarakatuh" Ucap Azlan dan Yasna kompak.
"Ane boleh duduk nih?" Tanya Hanif
"Ga"
"Ya boleh lah. Duduk aja" Tawa Azlan.
"Syuqron. Dia belum dateng? Yah ane jadi obat nyamuk dong disini" Cibir Hanif
Yasna terkekeh mendengar ucapan Hanif.
"Masih dijalan" Azlan menjawab santai. Selang beberapa waktu akhirnya menu yang telah dipesan datang. Sesorang pelayan yang sangat ramah memberikan pelayanan terbaiknya dengan senyuman manis andalan untuk meluluhkan hati setiap pelanggannya. Yasna baru menyadari satu hal, Azlan memesan kursi ini empat, lantas siapa orang yang ia tunggu sekarang? Mungkinkah Istrinya Hanif? Ah, rasanya tidak mungkin. Wanita itu mengerutkan keningnya heran "Siapa yang sedang kalian tunggu?"
"Oh. Dia, lelaki yang saat itu aku ceritakan" Jawab Azlan santai. Yasna nampak berfikir sejenak, dan mencoba mengingat-ngingat kembali.
"Oh. Lelaki yang kalian bertemu ketika di Amerika itu?" Tukasnya.
"Benar" Jawab Hanif.
"Siapa sih? Jadi penasaran" Tanya nya lagi.
"Tunggu aja nanti juga dateng" Ujar Hanif.
"Baiklah. Aku ijin ke toilet ya Mas" Yasna berdiri dari duduknya.
"Mau aku anter?" Azlan tersenyum Jahil.
"Yaelah modus banget ente" Ujar Hanif tak terima jika ia ditinggalkan sendiri. Tawa mereka pecah seketika.
Tiga puluh menit berlalu, seseorang yang mereka tunggu akhirnya datang. Terlihat dari jauh David berjalan menuju roftoop menghampiri mereka. Dengan bersemangat ia mengucap salam.
"Assalamu'alikum, sorry telat" Ujarnya. Mereka menjawab salam secara bersamaan.
"Apa kabar saudaraku?" Ujar Hanif bersemangat dengan menepuk pelan pundak David.
"Baik, seperti yang kalian lihat" David tersenyum hangat. Oke, akhirnya David duduk bersebelahan dengan Hanif sementara Azlan beralih duduk disamping Yasna. Lebih tepatnya disamping slinbag berawarna peach yang tersimpan di kursinya, Karena sekarang Yasna sedang berada di toilet. Mereka banyak bercerita, lebih banyak tentang bagaimana bisa dia masuk Islam. Terlebih Hanif yang sama sekali tidak menyangkanya.
"Istri kamu kemana Az?" Ujar David sembari sesekali menyuapkan makanan yang telah mereka pesan.
"Sedang di toilet"
David mengangguk. Seseorang wanita berpakaian gamis berwarna peach dengan warna hijab yang dipadukan senada itu melangkah ke kembali ke arah mereka.
"Tuh dia" Azlan melirik ke arah Yasna.
"Ini lelaki yang sekarang menjadi saudara sekaligus sahabat kita" Ujar Hanif memperkenalkannya.
Gadis itu menyambutnya dengan senyuman. Ia menelungkupkan kedua tangannya didepan dada. Dan memperkenalkan diri dengan ramah
"Yasna"
Deg.
Mendengar nama itu. Mendengar suara itu. Lantas membuat lelaki yang sedang fokus menatap layar ponselnya mendongak. David mengangkat kepalanya perlahan-lahan. Betapa terkejutnya ia. Suara yang baru saja memanggilnya adalah wanita dari masa lalunya. David tersenyum bahagia saat menyaksikan wanita yang begitu dicintainya kini telah berada di hadapannya. Namun senyuman itu tak bertahan lama. Ketika ia menyadari semuanya, wanita itu telah menjadi milik orang lain. Ia tersenyum getir, bibirnya bergetar. Sorot matanya penuh kekecewaan. Bagaikan tombak yang menelusup hati nya. Memecahkan harapan yang telah ia jaga bertahun lamanya.
"Kamu?"
"David?" Yasna menatapnya tak percaya. Bagaimana mungkin ini bisa terjadi. Ia mematung ditempat nya. Tanpa diminta bulir air bening menjatuhi pipinya. Orang yang selama ini ia rindukan Allah datangkan kembali. Orang yang telah susah payah ia lupakan menyapa kembali.
Allah, bisakah ini hanya mimpi saja?
"Jadi, ini jawaban kamu" David tersenyum miring
Allah, apa yang harus ku lakukan?
"Harusnya aku sadar. Aku hanyalah bumi dan kamulah langit yang selalu berusaha kugapai. Selamanya tidak mungkin bisa bersama bukan? Terkadang bumi terlalu payah untuk menyadari betapa tingginya langit" David tersenyum getir menatap kedua bola mata Yasna, air matanya sudah deras mengalir dipipinya.
Perih. Itulah yang dirasakannya saat ini. Terlebih setelah mendengar perkataan yang mampu menyayat hatinya. Rasa bersalah nya semakin membuncah. Ia telah menjadi wanita jahat yang membiarkan lelaki itu terluka untuk kedua kalinya. Dulu, lelaki itu pergi bukan tanpa alasan, ia mematuhi perintah orang tuanya sekaligus mencari jalan agar suatu saat bisa menjemput gadis yang dicintainya dalam keyakinan yang sama. Sekarang setelah semuanya Allah permudah, gadis itu memberikan benteng lagi? Mungkin ini pertanda jika mereka memang tidak ditakdirkan bersama.
"Terimakasih untuk semuanya. Semoga kalian selalu bahagia" Ucapan terakhir David sebelum berjalan meninggalkan ketiga manusia yang menatapnya dengan tatapan yang berbeda. David melenggang, berjalan menjauh dari mereka.
Yasna terisak, tangisnya semakin menjadi. Azlan heran dengan semua ini. Ia tak paham ada hubungan apa diantara mereka. Saat ini Azlan tidak menuntut untuk diberikan penjelasan ia hanya menenangkan istrinya. Sebisa mungkin ia berusaha menghentikan tangisnya dengan menyebut nama-nama Allah yang menenangkan hatinya. Sementara itu, Hanif yang baru saja menyaksikan peristiwa yang terjadi sekitar beberapa menit yang lalu. Ia memahaminya, ia dapat menyimpulkan apa yang terjadi diantara Yasna dan David. Untuk itu, Hanif mengejar kemana perginya David. Ia mengerti bagaimana hancurnya perasaan lelaki itu saat ini.
"Lan, ane kejar David ya" Ujar Hanif berlari mengikuti kemana perginya David.
***Langit gelap menemani terpuruknya hati David saat ini. Ia menghentikan langkahnya dengan menatap bentangan langit tanpa cahaya bintang. Persis seperti hatinya saat ini gelap, hampa, kosong. Wanita yang sangat David cintai mematung dihadapannya. Dengan deraian air mata ia berusaha menjelaskan semuanya.
"Maaf" lirihnya.
"Semua tidak akan kembali hanya dengan kata maaf" David tersenyum miring.
"Sudahlah. Lupakan semuanya!" Lelaki itu berjalan meninggalkan wanita yang sedari tadi tak menghentikkan tangisnya. Tanpa menatap mukanya dan tanpa pamit.
"Ini semua takdir Dav.. Maaf, semoga kamu selalu bahagia dan menemukan seseorang yang jauh lebih baik dariku" Wanita itu mematung menatap kepergiannya dengan rintihan sesal dan air mata. Wanita itu memutuskan untuk kembali ke restaurant. Ia mengingat satu hal bahwa Azlan disana.
Allah, bodoh sekali hamba ini. Mengejar dia tanpa memperdulikan suami hamba disana. Ampuni aku ya allah. Wanita itu berlari memasuki restaurant.
"Tunggu!" Ujar Hanif menahan Yasna.
"Kemana perginya David?" Hanif bertanya dengan raut kekhawatiran diwajahnya.
"Entahlah. Dia berjalan kesana" Yasna menunjuk ke arah depan tempat lelaki tadi melenggang meninggalkan tanpa memperdulikan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takbir Cinta [ SUDAH TERBIT ]
Spiritual[ Cerita sudah diterbitkan ] #Partlengkap Cinta Dan Sahabat. Kita tidak bisa memilih diantara keduanya. Hal inilah yang dirasakan Yasna si gadis kecil yang selalu merepotkan Azlan. Mereka sudah bersahabat sejak kecil hingga tumbuh dewasa bersama. Na...