26. Menjemput Hidayah

1.4K 46 1
                                    

Andai hidayah itu bisa kubeli,
Akan kubeli berkeranjang-keranjang
Untuk aku bagikan kepada mereka
yang aku cintai

-Imam Syafi'i-

♥️♥️♥️

Setelah David dipertemukan dengan Kedua temannya yang berasal dari Indonesia. Hidupnya menjadi lebih baik, tak ada yang ia lakukan sekarang selain berusaha untuk menjemput Hidayah-Nya. Diam-diam ia banyak membaca buku tentang Islam, salah satunya berjudul The 100, merupakan buku pengetahuan  karya astrofisikawan Michael H. Hart. Dalam buku ini menceritakan tentang 100 tokoh yang berpengaruh untuk dunia. Di urutan pertama terletak nama Nabi Muhammad Shallalahu 'alihi wassalam. Mengetahui hal itu David semakin penasaran bagaimana peranan beliau untuk dunia terutama bagi agama islam. Ia terus mencari tahu tentang sejarah Islam. Bagaimana beliau menyebarkan agama islam, bagaimana Islam bisa berkembang dan membawa peradaban yang mulia. Sampai pada suatu massa dimana ia benar-benar yakin untuk memeluk agama islam. Ia telah mendapatkan hidayah dari Allah. Ia tak pernah berhenti belajar, bahkan selama proses mencari dan mendalami ilmu tentang islam ia didampingi seorang ustadz yang tak lain adalah imam masjid disana. Salah satu tokoh masyarakat yang dipercaya untuk mendampingi mereka yang ingin mengetahui tentang Islam. Bahkan, banyak diantara santrinya yang tadinya non-muslim dan sekarang telah menjadi mualaf.
David Giovanni, dia mantap untuk memilih agama islam sebagai jalan hidup untuk meraih Cinta dan Ridha-Nya. Pilihan ini bukan tanpa alasan dan pertimbangan. Ia sudah meminta petunjuk, dan inilah Hidayah dan rencana Allah yang tidak teduga.
Didalam bangunan megah, interior yang nyaris sempurna. Tiang-tiang yang berdiri kokoh seakan menjadi detik-detik lelaki itu menuju cahaya ilahi dengan mengucap dua kalimah syahadat. Disinilah david, didalam masjid yang sangat megah. Ia tak sendiri melainkan di temani oleh Ustadz Richard dan beberapa santrinya. Beliau menuntun David untuk mengucap kan dua kalimah syahadat sebagai syarat masuk islam.
"Bismillahirahmanirrahim. Apakah Niat nak David untuk masuk islam murni semata-mata untuk meraih ridha allah?" Ustadz Richard menjabat tangan David.
David menjawab dengan anggukan kepala. Suasana begitu khidmat. Ada wajah-wajah penuh harap yang tersimpan untuk sahabatnya yang sedang berjuang meraih Cinta-Nya. David sudah lama berteman dengan para santrinya Ustadz Richard sehingga mereka telah menganggapnya sebagai sahabat satu sama lain.
"Apakah tidak ada unsur keterpaksaan?"
"Tidak ada"
“Semua bayi dilahirkan di atas fithroh, Lalu kemudian ada yang masuk kedalam rahim seorang muslimah dan ia lahir dalam keadaan Islam,Ada yang orang tuanya mengajarkan agama Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Karena madrasah pertama seseorang anak adalah pada orangtuanya.Hari ini engkau telah mendapatkan Hidayah-Nya. Allohu Akbar!"
"ALLOHU AKBAR!" Gema takbir menggema memenuhi ruangan masjid.
"Hari ini, detik ini. Setiap jiwa yang hadir disini menjadi saksi. Bahkan malaikat yang berada dilangitpun akan ikut serta menyaksikan kesaksianmu. Begitupun dengan Allah azza wajala yang maha menyaksikan segala sesuatu yang dilakukan hambanya." Tegas Ustadz Richard.
Asyhadu alaa ilaaha illallah
Wa asyhadu anna Muhammada Rosullulloh
Dua kalimah syahadat terucap dengan lancar dari bibir lelaki yang kini telah memeluk islam.
Sekarang kamu beragama islam" Ustadz Richard memeluk David haru. Gema takbir dan tahmid menyelimuti suasana saat ini. Sungguh Indahnya rencana takdir yang telah ditetapkan Allah. Dengan mudah ia menghendaki hati David untuk mantap memeluk islam. Sungguh, tiada kuasa selain dari Kuasa-Mu.
***
Kini David telah memeluk agama islam. Beribu-ribu syukur ia ucapkan kepada Allah azza wajala yang telah memperkenankan ia berdiri teguh diatas Agama-Nya. Agama yang sempurna. Yang ia lakukan saat ini adalah menyibukan diri untuk selalu mendekat kepada-Nya, dan meraih cinta-Nya. Terlebih ketika ia diperkenalkan dengan Al-Qur'an ia langsung jatuh cinta kepada nya. Kepada ketenangan ketika membacanya, kepada kefahaman ilmu ketika membaca maknanya, ketika hatinya begitu tentram dikala melantunkan ayatnya, dan kenikmatan yang luar biasa ketika ia menghafalnya. Barakallah.  Lelaki yang tak lain adalah seorang mualaf itu, memutuskan untuk pulang ke Indonesia. Ia akan melanjutkan hidupnya disana. Mengingat, tak ada lagi harapan yang ia simpan disini. Ia cukup berterimakasih kepada saudara seimannya yang telah setia menemaninya, membimbingnya, dan selalu bersabar ketika ia dalam perjalanan menjemput Hidayah-Nya.
Satu nama yang terlintas di benarnya sekarang. Azlan, ya. Azlan Al-Firdausy. Ia adalah orang yang Allah kirimkan untuk menemani perjalanan hidup lelaki itu. Satu lagi, Hanif. Ia juga banyak berperan dalam membantu lelaki itu untuk menemukan cahaya hidupnya kembali. David harus segera menyampaikan kabar bahagia ini. Ia harus menceritakan bahwa ia berhasil berkaca dari kisah Abul Ash. Ia berhasil mengikuti jejaknya. Selain itu, hal yang paling membahagiakan nya saat ini adalah harapan bahwa seorang gadis yang begitu di cintainya. Masih menunggunya, menggenggam cinta yang sempat terlepas ruah karena perbedaan keyakinan.
"Gadis itu" Ujar David tiba-tiba. Ingatan tentang gadis itu kembali menyeruak di otaknya.
"Apa kabarnya dia sekarang?" David berjalan santai disekitar Central park. Menikmati suasana dingin yang mampu mendamaikan hatinya.
"Sabarah, aku akan kembali" David tersenyum begitu tulus dari palung hatinya.
Rencananya ia akan melakukan penerbangan besok pagi. Ia telah memesan tiket pesawat. Ia akan benar-benar menjemput gadisnya. Menjalani kehidupan baru disana. David merogoh benda datar yang ada di saku celananya, apalagi jika bukan handphone. Saat ini ia hanya mencari satu nama kontak, Yakni Azlan. Ia menekan tombol calling dan berniat menghubungi Azlan.
David memanggil...
Belum sempat dua menit, telponnya telah terhubung dengan sang pemilik handphone. Terdengar suara barithon milik seseorang di balik speaker.
"Assalamu'alikum. Dengan siapa?"
"Wa'aliukumsalam. Ini David" suaranya terdengar begitu bersemangat.
"David?" suara Azlan tak kalah bersemangat.
"Yang aku temui beberapa bulan lalu saat di Amerika?"
"Tepat sekali."
"Bagaimana kabar mu sekarang?"
"Alhamdulillah. Banyak sekali yang ingin kuceritakan padamu, juga Hanif. Tentang aku dan hidupku sekarang" David memberikan penjelasan.
Azlan terdiam sejenak. Dalam hati ia berkata.
David mengucapkan Alhamdulillah?
"Aku akan pulang ke Indonesia" kalimat yang cukup membahagiakan untuk Azlan. Mengingat dirinya pernah berdo'a, semoga suatu saat mereka bisa dipertemukan kembali.
"Benarkah? Syukurlah"
"Do'akan" kalimat yang selalu diucapkan David dalam hal apapun. Seperti nya ini sudah menjadi kata favoritnya.
"Pasti"
"Thanks. Sob"
Panggilan berakhir dengan jawaban salam yang Azlan berikan. Rasanya senang sekali, setidaknya selain tujuan pulang ke Indo adalah untuk menemui kembali gadis yang dicintainya, tetapi David juga merindukan Azlan dan Hanif.
***
Pesawat Airlanes flight 08 lepas landas dengan sempurna. Menembus awan putih yang seakan telah menyambutnya. Menghantarkan setiap jiwa kepada tujuan, harapan, dan nasibnya. Termasuk David, kini ia tengah berada dijalan untuk menjemput asanya. Mewujudkan kembali mimpi-mimpi yang dahulu sempat terhenti. Menjemput nya dalam keta'atan.


Takbir Cinta [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang