Melangkahlah, jangan berhenti dipenghujung lara
Lepaskanlah rindu-rindu dengan do'a
Yakinlah telah ada seseorang yang menunggu kau datang
Pelengkap tulang rusukmu Yang telah Allah tetapkan♥️♥️♥️
Sejak pertemuan beberapa hari lalu dengan kedua laki-laki yang menolongnya. Keadaan David kini membaik, hidupnya mulai terarah. Bahkan hubungan mereka semakin dekat. Mereka sering sekali keluar untuk sekedar mengetahui apa saja keunikan dinegara ini yang Azlan dan Hanif belum mengetahui sebelumnya. Hari ini mereka berencana untuk pergi ke Central park yang terletak di Manhattan, mereka akan menikmati saat-saat terakhir sebelum pulang ke Indonesia.
"Selamat pagi" Sapa David ramah. Sapaan David dibalas ramah oleh kedua lelaki yang sudah menyambutnya di depan pintu apartment.
"Gue udah beli tiket kereta nih" David memperlihatkan 3 tiket yang ia bawa.
"Wah. Perjalanan asyik nih" Ujar Hanif yang sedang membereskan tas nya.
Klek. Knop pintu tertutup. Azlan menguncinya. Mereka akan segera berangkat. Perjalanan menuju Manhattan cukup menyenangkan, cuaca sepagi ini masih dingin mencapai 10°C adalah titik tertinggi di bagian Timur Amerika. Titik terendah pada cuaca dingin bisa mencapai -12°C. Azlan terlihat mengiggil walaupun sudah dilingkupi oleh jaket tebalnya. Ah ia jadi teringat sesuatu. Benda berwarna biru muda, pemberian Yasna.
"Syal ane dimana ya?" Azlan bertanya kepada Hanif yang duduk tepat dihadapannya.
"Sejak kapan ente punya begituan?" Hanif malah menanggapinya dengan candaan.
"Sejak menikah" Singkat,padat dan jelas.
"Temen ana yang satu ini lempeng banget, ngga bisa diajak bercanda" kekeh Hanif. Walaupun sosok Hanif yang terlihat paling dewasa, tapi ia memiliki sisi lain seorang yang Humoris.***
Disnilah mereka, berada dalam sebuah taman dengan luas kurang lebih 900 hektar. Didalamnya terdapat danau dan kolam, arena seluncur es, dan berbagai wahana lainnya. Mereka memilih duduk disebuah kursi yang terletak disamping danau sambil menikmati hembusan nafas yang langsung bersatu dengan alam.
Azlan terlihat tersenyum-senyum sendiri bersama lamunannya. Dengan menggulung syal yang menjadi mainannya saat ini.
"Jangan senyum sendirian, nanti kesambet" Ujar Hanif
"Danau, mengingatkanku tentangnya" Gaya bicara Azlan sudah seperti penyair kelas dewa.
"Tempat pertama kali aku melabuhkan hati padanya"
"Tempat kita tertawa bersama"
"Ah. Rasanya Indah sekali" Azlan mengusap wajahnya dengan sedikit gelengan kepala.
"Ya Allah, semoga ane kalo udah nikah ga sealay dia" Do'a Hanif pagi ini.
"Ente belum merasakan manisnya pernikahan" Azlan terkekeh penuh kemenangan. Oke, Kali ini Hanif mengalah. Ia harus mengakui karena sampai saat ini statusnya belum berubah, Masih single fisabilillah katanya.
Terlihat David berjalan menghampiri Azlan dan Hanif yang tengah berbincang hangat. David membawa hot chocolate untuk dirinya dan mereka.
"Thanks Dav" Ujar Hanif
"Tunggu. Seperti nya aku pernah melihatmu sebelumnya?" Hanif mencoba mengingat-ngingat kapan dan dimana ia menjumpai wajah David.
"Ya memang benar kamu pasti sudah melihatku. Saat acara beberapa pekan lalu ketika kalian mengisi acara di Muslim's students association di Universitas yang kebetulan aku juga termasuk mahasiswa disana, diam-diam aku memperhatikannya dibalik jendela." David menjelaskan kepada mereka.
"Benarkah?" Ujar Azlan tak percaya.
"Ya" David mengangguk.
"Tapi kenapa kamu melakukan itu?"
"Aku tertarik untuk mengenal agama islam lebih dalam" David tersenyum tulus. Jawaban yang tidak disangka. Jadi diam-diam David ingin mengetahui tentang Islam? Apakah hidayahmu akan segera menjemput nya? Mengingat kejadian yang telah menimpanya membuat ia mencari titik terang dalam hidupnya.
"Tidak ada salahnya jika sebatas ingin tahu. Toh, di Indonesia sendiri menganut berbagai agama, Seperti Islam, Kristen, Hindu, Buddha Dan Konghucu. Bahkan seseorang yang baru menempuh pendidikan Sekolah Dasar sudah mempelajari tentang beragam agama yang terdapat di Indonesia." Hanif merespons dalam sudut pandang yang sangat universal.
"Aku tahu itu. Tapi bukan itu maksudku" Jawab David. Merasa telah dekat dengan mereka, David mengubah gaya bicaranya untuk menyesuaikannya menjadi aku-kamu. Azlan paham kemana arah pembicaraan lelaki itu.
"Jika boleh, aku ingin bertanya sesuatu" Ujar David
"Silahkan" Azlan menjawab pelan.
"Bagaimana pandangan Islam terhadap agama lain"
"Uhm" Azlan berdekhem pelan. Pertanyaan singkat namun benar-benar harus terjaga dalam menjawabnya. Azlan memutar otaknya, membuka kembali pehamannya tentang Islam. Ia tidak asal menjawab melainkan beradasarkan Al-Qur'an dan Hadist. Tiba-tiba terlintas satu ayat didalam fikirannya. Surah Al-Kafirun ayat 6. Azlan membacakan potongan ayat itu dengan khidmat.
"Lakum diinukum wa lii ya diin"
"Untukmu agamamu, dan untukkulah agamaku".
Azlan berusaha memberikan penjelasan sesederhana mungkin.
"Tujuan akhir kita sama syurga atau neraka. Perbedaan yang terletak diantara kami adalah jalan untuk menempuhnya" Azlan bertutur singkat.
Hanif membantu menjelaskan menurut pandangannya "Agama islam menjunung tinggi toleransi dalam beragama. Kita menghormati setiap perpedaan keyakinan. Dan kita selalu berusaha menjalin hubungan baik dengan mereka. Tak ada salahnya kan berteman dengan seorang yang berbeda keyakinan? Selama aqidah dan Iman kita kokoh. Itu tidak masalah. Sebagai manusia yang tidak bisa hidup sendiri tentu kita membutuhkan peranan orang lain. Termasuk dalam hal pertemanan. Kita harus saling tolong menolong tanpa memandang suku,ras dan agama." Gambaran umum dijelaskan secara singkat oleh Hanif.
David mengangguk paham sambil sesekali meneguk teh nya.
"Bagaimana pendapatmu jika aku mencintai gadis yang berbeda keyakinan denganku?" Ujar David
"Berat." Jawab Azlan singkat.
"Bagaimana rumah tangga akan harmonis jika kepercayaan saja sudah berbeda?" Pertanyaan Hanif sebetulnya mengandung makna tersirat.
David mengedarkan pandangannya mentap langit biru yang terbentang luas. Ia hanya diam dan mendengarkan setiap ucapan dari mereka.
"Kamu harus siap menghadapi cinta segitiga antara kamu,dia, dan tuhan" Tutur Hanif
"Awalnya aku berfikir cinta beda agama itu tidak rumit. Dimana toleransi itu benar terjunjung tinggi. Aku pernah menemaninya beribadah, begitupun sebaliknya. Selama mengenalnya aku tidak berlaku macam-macam padanya. Aku menghargai batas-batas yang ditetapkan islam ketika berinteraksi dengan yang bukan makhromnya, aku paham itu. Namun pada akhirnya cinta yang berbeda ini berujung Luka" David tersenyum bodoh.
"Apa kamu benar-benar mencintainya?" Azlan bertanya intens. Perasaanya terhenyak saat mengetahui masalah hidup David yang cukup berat. Tinggal seorang diri tanpa keluarga, kehilangan arah hidup, dan tidak bisa bersama dengan gadis yang dicintainya. Azlan benar-benar bersyukur, ia banyak berkaca dari masalah hidup yang dikeluhkan orang lain. Ia mensyukuri nikmat keluarga yang utuh dan istri yang sangat dicintainya.
"Sangat. Mengenalnya membuatku begitu bahagia dan sempat percaya bahwa tuhan itu adil. Tapi kini tak ada lagi kisah tentang kita. Aku mengalah, aku pergi untuk mengikhlaskannya. Berharap ia menemukan cinta baru yang seiman dan bisa menuntun nya kepada kebahagiaan yang selalu menyertainya dalam setiap detik hidupnya"
"Kenapa kalian tidak berteman saja?" ujar Hanif.
"Kedekatan kita berawal dari pertemanan. Namun berteman saja cukup menyiksa jika pada akhirnya tidak bisa bersama" Jelas David
"Sabar Dav" Hanif merangkul David. Begitu terasa persaudaraanya walaupun mereka baru kenal.
"Apakah aku harus melangkah atau menyerah?" David bertanya lagi.
"Melangkah." Azlan menjawab yakin.
"Jika saat ini kamu tak tau akan melangkah kemana. Tetap langkahkan lah, yang perlu kau tau telah ada seseorang diluarsana yang telah digariskan untuk menjadi pelengkap tulang rusukmu" Mendengar ucapan Azlan cukup menyentuh gersangnya hati David saat ini.
"Aku akan hidup dengan cinta" David memejamkan matanya lama, ia meresapi setiap angin yang berhembus di suasana central park yang ramai namun menyejukan. Kini, David telah memiliki tujuan hidup. Ia telah melupakan mimpinya menjadi seorang photographer professional. Ia hanya membutuhkan cinta. Cinta yang bisa membawanya pada kebahagiaan yang hakiki. Melangkah lagi, itu yang akan ia lakukan. Mengejar lagi, itu sebuah keharusan. Seseorang gadis dari masalalunya berhasil menopang semangat baru dalam hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takbir Cinta [ SUDAH TERBIT ]
Espiritual[ Cerita sudah diterbitkan ] #Partlengkap Cinta Dan Sahabat. Kita tidak bisa memilih diantara keduanya. Hal inilah yang dirasakan Yasna si gadis kecil yang selalu merepotkan Azlan. Mereka sudah bersahabat sejak kecil hingga tumbuh dewasa bersama. Na...