31. Detik Terakhir?

1.5K 53 10
                                    


Jika Allah memberiku kesempatan untuk memutar waktu.
Aku ingin kembali ke masa itu.
Dimana pertama kali ku mengenalmu.
Saat itu,
Lebih baik aku tak mengenalmu,
Jika pada akhirnya kehadiranku
Memberikan banyak luka untukmu.

♥♥♥

Yasna mematung didepan pintu ICU, kala itu ia tak kuasa lagi untuk membendung air matanya. Melihat lelaki yang pernah ada dalam hidupnya terkapar lemah dengan begitu banyak alat medis yang menempel ditubuhnya. Tak ada yang bisa ia lakukan selain berdo'a, berharap kesembuhan untuk lelaki yang pernah memberikan warna dalam hidupnya. Sorot matanya nanar menatap seorang dokter dengan dibantu beberapa tim medis untuk menangani pasien yang tak lain adalah David. Lelaki itu bersimbah darah dengan wajah yang sangat pucat. Menyaksikan itu membuat wanita yang sedari tadi berdo'a untuk keselamatan nya tak henti-hentinya meneteskan air mata.
"David.. bagaimana mungkin ini bisa terjadi" lirihnya dalam dingin dan bisingnya suara monitor ICU.
"Serahkan semuanya sama Allah, kita hanya perlu berdo'a" Ujar Azlan yang sedari tadi ada bersamanya. Ia membiarkan Yasna meluapkan isi hatinya, tak peduli bagaimana rasa sakitnya kini melihat istrinya menangisi dan begitu takut kehilangan laki-laki lain. Tetapi Azlan menepis rasa egoisnya, bagaimanapun pertemuan dan rasa yang pernah mereka miliki adalah ketetapan-Nya. Azlan tidak bisa memaksa Yasna untuk berhenti menangisinya.
"Bagaimana jika dia.." Ucapnya dengan terisak
"Husnudzon sama allah, jangan berucap yang tidak baik." Pungkas Azlan memotong ucapan Yasna.
Azlan menuntun Yasna untuk duduk di kursi tunggu, didepan ruangan ICU. Berkali-kali ia berusaha menenangkan nya. Yasna tak kuasa untuk menghentikan tangisnya. Ia bersembunyi dipelukan Azlan yang cukup menenangkan hati dan fikirannya saat ini. Tak ada percakapan apapun diantara mereka. Azlan membiarkan suasana hening dengan  isakan tangis istrinya dan bisingnya  suara monitor yang sedang beroperasi di dalam. Sesekali ia mengelus pelan kepala istrinya. Mereka terus berdo'a, beraharap ada keajaiban untuk   kesembuhannya. Mereka terus menunggu, berharap dokter yang keluar dari ruangan ICU menyampaikan kabar baik. Setelah beberapa jam mereka menunggu, namun belum juga selesai operasi yang sedang berlangsung. Terlihat Hanif datang menghampiri mereka.
"Assalamu'alaikum. Bagaimana keadaan David?" Ujar nya yang baru saja datang.
"Masih ditangani dokter" Jawab Azlan.
"Hanif? Tolong ceritakan bagaimana ini bisa terjadi?"
Ujar Yasna dengan sorot mata menaruh harapan besar untuk mendapat jawaban dari Hanif. Karena Hanif lah satu-satunya orang yang ia anggap dekatnya, kemungkinan besar ia mengetahui kronologis kecelakaan yang menimpa David saat ini.
Hanif mulai menceritakan semuanya,
"Siang itu David meminta Izin buat keluar. Ia bilang bahwa ada seseorang yang akan ditemuinya. Seseorang itu adalah Thomas, ayahnya David. Awalnya ia menolak untuk menemuinya, mengingat ia sudah terlampau sakit hati atas apa yang auahnya lakukan. Hatinya memang keras, tetapi sekeras apapun itu, ia masih menyimpan rasa hormat walau hanya sedikit, karena bagaimanapun beliau tetaplah ayahnya, dan akan selamanya menjadi ayahnya." Tutur Hanif sejelas mungkin
"Lalu?" Tanya Yasna penasaran
Hanif menghela nafas lalu dilepaskannya perlahan
"David berangkat siang itu juga. Ane ga begitu paham bagaimana ia bisa kecelakaan. Satu-satunya, yang ada saat itu adalah Pak Thomas" Lanjutnya.
"Ane cuma dapet kabar dari seseorang yang entah siapa menghubungi ane dan ia bilang bahwa David kecelakaan, langsung lah ane kabarin kalian" Hanif masih menjelaskan apa yang ia tahu. Azlan dan Yasna hanya terdiam mendengarkan setiap yang diucapkan Hanif.
Ya allah, selamatkan dia.
Sudah cukup lama mereka menunggu proses operasi David, namun belum juga selesai hingga waktu Ashar tiba. Mereka memilih untuk melaksanakan shalat terlebih dahulu dan mendo'akan untuk kesembuhannya. Karena tiada daya upaya bagi seorang hamba setalah ia berikhtiar, selain berdo'a lalu tawakal, memasrahkan dan menyerahkan segala sesuatu kepada yang maha mengatur alam semesta, Allah Azza wa jalla.  Mereka semua menuju mushola yang berada di rumah sakit. Shalat asar mereka tunaikan secara berjama'ah. Beribu wirid mereka panjatkan untuk kesembuhan sahabatnya. Paling tidak, izinkanlah ia membuka mata terlebih dahulu, karena dokter mengatakan bahwa keadaanya sangat lemah sehingga menyebabkan nya Kristis. Itu hanya asumsi seorang dokter, ia bukan tuhan. Mereka tetap yakin bahwa tidak ada yang tidak mungkin bagi allah, perkara jodoh,rezeki dan maut telah ditetapkan-Nya. Mereka masih memiliki harapan besar ketika menggantungkan semuanya hanya kepada-Nya.

***

Seorang dokter yang masih mengenakan jas putih dengan kaca mata tebal yang melingkupi matanya keluar dari ruangan ICU.
"Bagaimana keadaan pasien dok?" Ujar Azlan, ia langsung saja berdiri dengan kegelisahan yang sedari tadi melandanya.
"Benturan yang terjadi cukup keras dikepalanya, menyebabkan pasien kehilangan darah cukup banyak. Selain itu, pasien mengalami pecah pembuluh darah pada otak. Hal ini akan menimbulkan perdarahan otak atau biasa disebut brain hemorrhage. Perdarahan ini akan berakibat fatal karena bisa mengakibatkan pembengkakan otak dan matinya sel-sel otak." Jelas dokter itu. Mereka yang mendengarkan hanya menatap tak percaya.
"Dokter, katakan bahwa dia akan sembuh. Dia akan bangun kan dok?" Ucap Yasna yang seakan menaruh harapan besar pada dokter yang berdiri diantara mereka.
"Kami sudah melakukan yang terbaik dan menangani pasien semaksimal mungkin dengan kemampuan yang kami miliki sebagai dokter. Namun, mohon maaf. Keadaan pasien sudah sangat lemah dan sepertinya harapan hidupnya takkan banyak lagi" Jelas Dokter itu dengan penyampaian yang sangat teratur agar sebisa mungkin tidak mengecewakan mereka. Sungguh, mendengar perkataan dokter itu bagaikan batu yang menghujam hati wanita yang sedari tadi menunggu kabar tentang keadaanya. Yasna menggeleng-gelengkan kepalanya dengan senyuman yang entah apa artinya, bisa jadi itu senyuman kekecewaan yang dibalut rapih oleh harapan besar terhadap kesembuhannya.
"Engga, itu semua ngga mungkin. Dokter ngga berhak menentukan umur hidup seseorang. Saya yakin ia akan sembuh, ia akan kembali hadir ditengah-tengah kita. Saya yakin dengan kekuasaan Allah" Wanita yang tak lain adalah Yasna itu berkata demikian kepada sang dokter, ia tetap yakin bahwa David akan kembali. Dokter itu memejamkan matanya, ia mencoba memahami sikap keluarga pasien. Ia berkata dengan nada yang sangat halus "Yang bisa kalian lakukan saat ini adalah berdo'a. Semoga ada keajaiban"
"Terimakasih dok" Ujar Hanif. Dokter itu berjalan meninggalkan ruang Operasi.
Karena telah diizinkan untuk melihat keadaan pasien, Yasna bergegas melihat keadaanya dengan menggunakan pakaian steril serba hijau, tentu saja ditemani Azlan.  Yasna membuka pintu ruangan itu perlahan-lahan, tangan nya bergetar. Langkah demi langkahpun akhirnya menununtun mereka masuk. Yasna perlahan mendekati David yang terbaring di atas Bad. Menatapnya dengan perasaan hancur, bahkan ia tak tau ada yang lebih hancur dibelakangnya. Berkali-kali Azlan tidak menunjukan kecemburuannya, ia benar-benar mencoba memahami situasi. Lelaki 21 tahun itu terkulai lemah, hanya mata terpejam yang dapat dilihat karena seluruh bagian kepalanya dilapisi oleh kain pembungkus Luka dengan begitu banyak berbagai macam kabel yang menempel di tubuhnya.
"David.. bangun" lirih Yasna.
"Maaf.." matanya memanas, ia sudah tak tahu lagi berapa banyak air mata yang sudah di tumpahkannya.
Azlan menatap lelaki yang masih terbaring lemah itu.
Bangunlah dan lihat, gadis yang kamu cintai selama ini tersiksa melihat keadaanmu.
Kamu harus tau, masih ada rasa sayang yang ia simpan untukmu.
-batin Azlan."Kamu pastikuat, Dav" Suara barathon Azlan menggema di ruangan itu. Yasna kembali lagi memeluk Azlan, dengan sorot mata   yang masih menatap parau lelaki yang nyawanya sedang terombang-ambing.
"Do'akan dia" Ujar Azlan menengakan Yasna.

Takbir Cinta [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang