Cahaya matahari menerobos kegelapan saat tetesan embun pagi memantulkan cahaya matahari itu sendiri. Ini masih sangat pagi, bahkan matahari belum sepenuhnya menampakkan dirinya tapi Wei Wuxian sudah dipaksa bangun dari tidurnya. Ini adalah hari dimana mereka harus keluar dari kediaman Wen Qing. Yiling memang tempat kelahirannya tapi mau tidak mau dirinya harus pergi sebelum rombongan Wen Rouhan sampai disini.Bagi Lan Wangji yang terbiasa bangun pukul lima ini merupakan hal biasa, tapi Wei Wuxian yang biasa bangun sangat siang ini bisa disebut perebutan kesadaran yang sangat berat.
Lan Wangji memandikannya, mengganti pakaiannya menyuapinya sarapan semuanya dilakukan dengan mata Wei Wuxian yang masih tertutup rapat, dia sesekali mendengkur dan memanggil nama Lan Wangji. Anehnya Wei Wuxian masih bisa mengunyah makanannya dengan benar tanpa tersedak.
Wen Qing yang melihat hal tersebut hampir berfikir bahwa Wangji adalah ayah dari bocah manja itu, sementara Wen Ning tidak menyentuh makanannya sama sekali, dia terlalu sibuk memperhatikan bagaimana Lan Wangji dengan telaten menyuapi Wei Wuxian.
“Makananmu dingin..”
Wen Qing menegurnya, tapi itu hanya dianggap angin lalu bagi sang adik. Wen Ning masih tidak bisa melepaskan tatapannya dari sosok dua lelaki itu.
“Hanguan-jun apakah Tuan Muda Wei adalah istrimu?”
“Uhuk..uhuk..”
Wen Qing Hampir tersedak makanan yang baru ditelannya,Telinga Lan Wangji memerah sementara Wei Wuxian satu-satunya yang masih tenang dan mempertahankan rasa kantuknya tanpa peduli omongan Wen Ning.
Ini menunjukkan betapa polosnya pemuda yang baru saja melewati masa pubernya itu. Wen Ning masih sangat muda jadi Lan Wangji berfikir untuk menjawab pertanyaan konyolnya.
“Aku tidak ingin menjadi; Orang yang memperjuangkan apa yang seharusnya dihindari, dan tidak memperjuangkan apa yang seharusnya diperjuangkan. Itu tertulis di Dhammapada 209”
Wen Ning tidak pernah sekalipun membaca Dhammapada, dia terlalu fokus bagaimana meningkatkan kemampuan medisnya. Jadi ucapan guru besar dari Gusu itu tidak dia mengerti sedikitpun.
Wen Qing “Artinya dia orang yang akan kamu perjuangkan Tuan Muda Lan”
Lan Wangji meletakkan sumpitnya “Seperti yang diharapkan dari bawahan kesayangan Wen Rouhan. Kau sangat cerdas”
“Kami harus bergegas, terima kasih bantuannya selama ini” Lanjutnya
Wen Ning “Kau akan pergi? Kemana?”
Wei Wuxian masih setengah sadar setidaknya untuk saat ini, “Shije.. Ya Shijie..”
Dengan mata tertutup Wei Wuxian mengucapkannya, menggaruk belakang telinganya yang entah gatal atau tidak. Tanpa berfikir lebih jauh Wen Ning mengerti tujuan mereka. Lanling Jin.
Lan Wangji keluar kemudian membawa Wei Wuxian yang masih tertidur, dia memilih untuk menaiki kuda pemberian Wen Qing karena mengendarai Bichen dengan membawa Wei Wuxian dengan kondisi seperti ini sedikit berbahaya dan terlalu menarik perhatian.
Jadi dengan hati-hati Lan Wangji duduk dibelakang Wei Wuxian dan memebiarkan lelaki itu bersandar pada dadanya, mereka berdua memasuki hutan menuju Lanling Jin.
Saat matahari sudah hampir terik Wei Wuxian baru bangun, mereka melewati sangat banyak desa dan lelaki manis satu ini tertidur dengan lebih pulas dalam pelukan Lan Wangji. Kalau saja dia tahu sepanjang perjalanan hampir semua wanita menggoda Lan Wangji maka dia tidak akan tidur dengan nyenyak.
“Oh selamat pagi Hanguan-jun..”
Ini sudah siang, hampir tengah hari dan dia masih menyapa dengan ‘selamat pagi’. Saat dia mengucek sebelah matanya untuk menyesuakian intensitas cahaya yang masuk , pemandangan yang ditangkapnya adalah kolam teratai dan hamparan ladang disepanjang jalan. Sinar matahari yang memantul dari kolam itu berkilauan dan sangat indah, suhu udaranya sangat sejuk meskipun ini adalah siang yang terik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Improve [Lan Wangji x Wei Wuxian] - Complete
FanfictionMenentang Takdir Surga tidak pernah terbuka bagi mereka yang bengkok. Wei Wuxian membengkokkan takdir manusia yang dicintainya, menjauhkan kematian dari Lan Wangji Guru nya sendiri. Surga Terlarang baginya sementara Nerakapun menolaknya. Dia sosok p...