“Anak Jiang...”Wen Rouhan memutar kesal bola matanya, lawan bicaranya benar-benar seperti mayat hidup dengan nafas yang sangat minim. Jiang Cheng mematung dimejanya, makanannya tak tersentuh dan menjadi dingin dengan sangat cepat.
Tempat pengasingan.
Ruangan itu adalah tempat khusus milik Wen Rouhan yang berada di luar kediamannya, tapi masih berada diarea Buyetian Cheng. Tempat itu memiliki kolam yang mengitari ruangan utama dan dihubungkan menggunakan jembatan kayu, bunga teratai tidak tumbuh sesubur di Yunmeng tetapi cukup untuk menjadikan tempat tersebut sedikit hidup.
Atap dengan model bertumpuk menjulang dengan aroma dupa yang menguar dari tiap sudut tempat pengasingan. Meskipun dari balik pagar tempat itu terlihat sangat luas dengan kemegahan sederhana yang sebenarnya ada dibalik sana hanya ada taman dengan ilalang yang sudah meninggi seperti belum pernah dipangkas, sebuah jembatan yang menghubungkan ruangan utama dan beranda yang cukup luas.
Hanya ada aroma dupa ketika seseorang menginjakkan kakinya masuk ke kediaman Wen Rouhan. Dupa pembakaran itu mengeluarkan aroma kayu gaharu dengan aroma lavender yang sangat lembut, tidak terlalu wangi juga tidak terlalu berasap.
“Jiang Cheng..”
Wen Rouhan masih berupaya mengumpulkan kesabarannya yang sudah dikikis habis oleh makhluk tak hidup didepannya, Jiang Cheng tidak mati hanya saja dia benar-benar telah mengalami benturan mental yang sangat kuat. Sampai pada titik dia menjadi benar-benar depresi.
Sorot matanya tak memiliki gairah hidup sama sekali, ingatan pahitnya masih memenuhi kepalanya dengan sangat jelas. Dia telah berteriak,memaki, melukai dirinya sendiri, dan memukul seorang penjaga. Semuanya hanya luapan sakit hatinya, dia sudah lelah melakukannya selama beberapa hari. Menolak makan dan minum, membiarkan tubuhnya kotor dengan tidak mandi. Sampai akhirnya tadi pagi-pagi sekali Wen Rouhan mendatanginya bersama beberapa pelayan memaksanya mandi,makan,minum dan juga menyuruh Jiang Cheng tidur karena dia jarang sekali tertidur.
Lelaki mantan pemimpin sekte Yunmeng Jiang itu hanya duduk seperti benda mati yang bernafas ditengah ruangan tergeletak dilantai seperti boneka terbuang.
“Jangan bodoh Jiang Cheng, hanya karena kau istimewa bukan berarti aku tidak akan melukaimu”
Bibir Jiang Cheng bergetar “Kau sudah melakukannya”
“Oh akhirnya mulut pedasmu itu bersuara”
Bibir Jiang Cheng yang pecah-pecah bergetar seperti kedinginan, keadaannya lebih baik dari sebelumnya tapi tidak terlihat benar-benar baik. Seluruh tubuhnya dipenuhi luka, ini bukan penyiksaan Wen Rouhan tetapi dia sendiri yang melukai tubuhnya. Membenturkan kepalanya ketembok dengan sangat kencang, membiarkan tubuhnya terjatuh kekolam, melemparkan gelas tembikar kelantai kemudian menginjak pecahannya yang sangat tajam.
“Aku tidak tertarik berbicara dengan orang sepertimu”
Wen Rouhan “Ini belas kasihanku, berbahagialah”
Mata Jiang Cheng menyipit “Oh Kemurahan Hati? Aku tidak pernah mendengar Wen Rouhan melakukannya. Lalu biarkan aku bertanya ; Bagaimana Kemurahan Hatimu itu bisa menyelamatkanku?”
Wen Rouhan meminum tehnya yang sudah dingin.
“Apa kau tidak merasakannya ketika berhubungan intim denganku?”
Jiang Cheng tidak mengeluarkan ekspresi lebih, dia membenci ketika Wen Rouhan menyinggung tentang hal seperti ini.. Bagaimana tubuhnya dikotori secara paksa dan bekas kepemilikan diseluruh tubuhnya yang hingga saat ini belum memudar, seketika Jiang Cheng Jijik dengan dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Improve [Lan Wangji x Wei Wuxian] - Complete
FanfictionMenentang Takdir Surga tidak pernah terbuka bagi mereka yang bengkok. Wei Wuxian membengkokkan takdir manusia yang dicintainya, menjauhkan kematian dari Lan Wangji Guru nya sendiri. Surga Terlarang baginya sementara Nerakapun menolaknya. Dia sosok p...