8

15.1K 1.2K 62
                                        

hai, ini langsung nulis, belum di edit. abaikan typo dsb ya xixixi

thanks udah kasih vote dan komennya ya^^

---

Aku membuka pintu kaca yang menghubungkan area luar dan dalam kafe Skydrive. Aku memutuskan untuk mencari suasana lain dalam mencari konsep ide. Siapa tahu dengan melihat suasana lain, otakku bisa bekerja lebih fresh.

Kafe ini lumayan sepi. Mungkin karena baru buka dan belum banyak yang tahu tempat ini. Orang yang hobi nongkrong pasti lebih suka mampir ke PIM yang berada beberapa puluh meter dari kafe ini. Tapi buat yang suka ketenangan, refreshing sama butuh konsentrasi tinggi, di sini adalah tempat yang tepat. Memilih tempat yang paling nyaman di sudut ruang, mengeluarkan laptop, kemudian aku memanggil waitres untuk meminta menu. Memilih cokelat panas dan beberapa slice cake sepertinya cukup untuk menaikkan moodku yang sedang terjun bebas.

Selain stress dengan iklan Aditama yang kutangani, gosip menyebalkan yang mengatakan kalau Bang Ray mendekatiku mulai beredar di kantor. Entah siapa yang menyebarkan, tapi suasana di kantor jadi sedikit tidak nyaman. Ditambah lagi kelakuan absurd Bang Ray padaku akhir-akhir ini membuat gosip itu terdengar benar. Oke, sebenarnya aku nggak begitu peduli sih dengan gosip yang beredar itu, toh aku juga jarang berinteraksi dengan orang-orang di kantor. Suatu saat mereka juga akan tahu dengan sendirinya kalau apa yang mereka pikir itu salah.

"Wow, apa yang buat selera makanmu jadi berkembang secepat ini?"

Aku menoleh, menatap horror bocah yang sedang meletakkan pesananku di meja. Kenapa bocah ini bisa tiba-tiba di sini dengan nampan dan celemek. Dia benar-benar Damar atau cuma halusinasiku saja? Sejak peristiwa kemarin aku jadi sering kepikiran sama bocah ingusan itu. Bukan kepikiran karena ada rasa sama dia, tapi kejadian memalukan kemarin yang selalu saja menggangguku.

"Rel?"

"Lo..., ngapain di sini?" tanyaku masih sedikit bingung saat menyadari kalau yang di depanku ini benar-benar bocah ingusan itu.

"Kerja."

"Apa? Bukannya lo masih sekolah?"

"Partime. Kalo nggak basket, aku di sini." Ia memamerkan senyum. Senyum yang sama seperti kemarin malam yang membuatku jadi merona karena malu.

"Sejak kapan?"

"Dari awal di sini buka. Makanya waktu dulu kamu bilang kalau kamu di Skydrive, aku merasa kayak udah takdir diketemuin sama kamu," jawabnya yang membuatku bergidik, tanpa sadar aku mengusap tengkuk yang tiba-tiba merinding mendengar kata takdir. Takdirku bersama dengan bocah Sembilan tahun di bawahku? Yang benar saja! Takdir nggak akan sebercanda itu denganku.

"Kamu kenapa?" Damar menarik kursi di depanku, duduk menopang dagu menatapku.

"Kenapa apanya?"

"Kamu memesan cake kayak orang kelaparan," terangnya sambal mengedik ke arah cake di meja.

"Gue lagi butuh mood bagus buat ngerjain ini."

Damar tertawa. "Aku juga bisa bikin mood kamu bagus kok."

"Kerja sana gih, jangan gangguin gue! Gue butuh konsentrasi tinggi," usirku tanpa basa-basi.

"Jadi, aku berarti banget ya buat kamu sampai-sampai bisa merusak konsentrasimu?" Damar menopang dagu, memamerkan senyum dan memainkan alis menggodaku. Aku hanya memutar bola mata, mengalihkan tatapanku darinya. Menekuri konsep desain yang harus segera dipresentasikan dalam minggu ini.

"Bikin apa sih?" tanya bocah itu lagi seraya ..., hei! Aku melotot saat memergoki dia memasukkan potongan cake ke dalam mulutnya.

"Itu pesenan gue!" Aku merebut garpu dari tangannya, menarik cake-cake itu menjauh dari Damar.

Berondong's AttackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang