Para pelayat sudah mengisi bangunan megah itu. Jenazah pria yang lebih pantas dipanggil kakek itu sudah terbaring kaku di hadapan Ucha yang masih tidak percaya dengan takdir yang di hadapinya hari ini. Berangsur-rangsur air mata yang sudah terbendung sejak lima menit pun mengalir melewati pipi putihnya. Ada nyeri yang sangat menyakitkan merong-rong lubuk hatinya.
Laki-laki yang menjadikanya alasan untuk tetap menjalani hidup telah di ambil nyawanya oleh Tuhan. Bagi Ucha saat ini, sudah tak ada alasan lagi untuk ia hidup, sudah tak ada alasan lagi ia untuk bernafas. Tangannya tak berhenti menjambak rambutnya sendiri yang terurai. Itu sudah dilakukannya sejak sepuluh menit yang lalu. Sedangkan Neneknya hanya mampu menghiburnya dengan mengelus pundaknya.
Semua teman-temannya sudah hadir pula di sana. Kabar meninggalnya Papa Ucha tepat ketika bel tanda jam terakhir selesai. Namun hanya geng dan para guru Ucha yang berani mendekatinnya untuk mengucapkan belasungkawa, sisannya mereka duduk melingkari jenazah papanya untuk ikut membaca tahlil.
Diantara berpuluh-puluh manusia di sana, tak terlihat seorang wanita yang sudah melahirkannya. Ucha sendiri pun sudah sangat siap untuk mencekik wanita itu.
Bagaimana bisa! Papanya sudah membeku menjadi jenazah, sedangkan Mamanya masih berada di luar negeri bersama pria yang di panggilnya paman, yang tak lain adalah saudara tiri Ucha. Hidup seperti ini memang sungguh menyiksa Ucha, membuatnya enggan untuk hidup di antara manusia-manusia palsu seperti Mama serta pamannya.
Bahkan ketika Papanya yang sudah sakit selama sebulan, Mamanya hanya sekali menjenguk Papanya di rumah sakit. Mamanya lebih memilih menyibukkan diri tanpa mau tahu jika suaminya membutuhkan perhatiannya.
"MAMA PUAS DENGAN SEMUA INI!!!" ucha berteriak ketika seorang wanita berbalut produk dari Channel datang hendak memeluknya. Di belakangnya seorang pria memakai jas berwarna hitam yang tak lain adalah kakak tirinya.
Mamanya terhenyak setelah kedua tangannya di tepis. Dimana sebenarnya tubuh wanita itu hendak memeluknya.
"Maafin Mama sayang... Mama nggak tau kalau Papa--" belum sampai Mamanya melanjutkan kalimatnya, Ucha dengan cepat menyela,
"NGGAK! KAMU ITU TIDAK PANTAS DI SEBUT MAMA! KAMU ITU PELACUR!" ucha mendorong Mamanya hingga jatuh memeluk kaki suaminya.
Mendengar kata 'Pelacur'membuat wanita merah padam. Ia sungguh tidak terima di permalukan seperti itu di depan banyak orang. Nenek sekaligus Ibu dari Mamanya pun hanya diam, wanita tua itu sudah tahu semuanya, Ucha yang sudah menceritakan padanya. Sehingga Wanita tua itu merasa pantas saja jika Ucha semarah itu. Wanita tua itu juga sungguh sangat terpukul mendengar cerita Ucha, suaminya sekaligus ayah dari Mama Ucha pun sekarang sedang berada di rumah sakit terkena serangan jantung karena mendengar perselingkuhan anaknya dengan cucu tirinya.
"Dasar anak tidak tau di untung kamu! Mama yang sudah membesarkanmu! apa ini balas budimu!" Mamanya yang sudah berdiri dari tadi hendak menampar Ucha. Semua pelayat hanya tercengang menyaksikan perdebatan mereka. Beruntung dengan cepat Kakak tiri Ucha melerai perdebatan mereka, kakaknya itu segera merangkul Mamanya dan segera membawanya pergi.
"Bawa pergi sana PELACURMU BRENGSEK!" ucap Ucha yang tubuhnya di rangkul oleh Neneknya begitupun para pelayat yang lainya berusaha menahan Ucha untuk tidak mengejar Mamanya yang sudah masuk ke dalam mobil Jaguarnya.
Pasangan selingkuh itu memilih untuk pergi dari sana meninggalkan Ucha dengan batin yang semakin tersiksa. Ia sendiri juga sangat merasa bersalah, karena harus bertengkar di hadapan Papanya yang sudah tiada.
*
*
*
Setelah kepergian Mama sekaligus kakak tiri Ucha, para pelayat pun melanjutkan aktifitas mereka, yaitu Tahlil bersama.Ucha di dampingi Neneknya turut menyerukan kalimat Tahlil dengan masih adanya tetes air mata. Hingga tiga puluh menit kemudian, Jenazah ayahnya di masukkan kedalam keranda. Ada enam orang yang sudah siap untuk mengantarkan jenazah itu ke liang lahat.
Amna pun tak kuasa menahan air matanya ketika Ucha pingsan. Semua manusia yang hendak pergi ke makam itu terkejut, salah satu tetangganya pun segera membantu Nenek Ucha yang mendekap gadis itu. Ucha benar-benar tidak rela jika Papanya secepat itu meninggalkannya. Apalagi usia gadis itu masih sangat membutuhkan sosok ayah, dan mengingat sifat Mamanya yang hanya memperdulikan kakak tirinya.
"Yang tabah, Cha. Aku yakin Papamu jauh lebih bahagia sekarang. Ayahmu tidak akan merasakan sakit lagi sekarang," ujar Amna dalam hati. Ia dan Maria segera mendekat dan membantu membopong gadis yang sering membulinya itu. Bagaimanapun juga Amna tetap menganggapnya teman. Ia pun sudah melupakan semua perlakuan buruk Ucha padannya. Toh tak ada gunanya ia mendendam. Mendendam baginya sama saja dengan menghina Nabi Muhammad, yang mana memerintahkan sesama muslim untuk saling menyayangi.
~<3~

KAMU SEDANG MEMBACA
Secret And Admirer (End & Revisi)
Подростковая литератураMengapa tak kau jemput saja asamu dengan doa. Amna menekuri potret ke dua sahabatnya dengan mata berembun. Sungguh, beban apa yang membuat mereka lebih memilih menentukan kematian mereka sendiri alih-alih meluaskan hati, menunggu keputusan Tuhan. ...