Bintang dong😊.... nikmati musiknya!
=========================
Keributan yang kami buat, membuahkan hasil.
Bu Nilam, yang masih dengan perut buncit itu menggiring kami ke toilet. Kami bertiga bukan mau buang air kecil ataupun besar ... tapi, Ibu guru berhidung betet itu menyuruh kami berdua untuk mengepel lantai toilet.
Ibuku pernah berkata:
"Jangan balas keburukan dengan keburukan."
Jadi, aku diam saja ketika Ucha menjambak rambutku. Tapi aku menyesal tidak menjambak rambutnya balik.
Tak lupa, Ucha menyematkan kalimat pedas yang lebih membuat tanganku gatal.
"Hai. Gatel." Itu kalimat pembukanya, sebelum kerudung putihku dijambak!
Dia bersedekap, bersandar pada dinding-dinding yang membisu. Aku yang sendirian melewati koridor pun menoleh. Karena hanya aku saja yang berada disana setelahnya.
Koridor sudah sepi. Ucha sengaja pura-pura ke toilet ketika aku hendak pergi mengambil buku catatan yang di pinjam Agni, temannya Janan.
"Pakek pelet apa, loe? Ganjen!"
Apa pipinya kurang merah? Minta ditampar dia!
Dia mulai mendekatiku. Aku hanya meliriknya. Berusaha sabar.
Dia berkacak pinggang. Aku yang hendak pergi ditahannya.
"Mau nyaingin gue, loe!" Tangan kanannya mendorongku. Aku masih diam.
"Budeg?!"
Apa tidak sekalian tuh, dia mengabsen nama binatang!
Aku masih diam. Tapi aku sama sekali tidak takut. Aku biarkan saja dia. Dia memang pintar dalam akademik, tapi tidak pintar dalam bertatakrama. Semua kata-kata kasarnya tadi secara langsung membuatnya terlihat rendah dimataku.
Ucha, kaki kirinya sengaja menginjak tutup tempat sampah. Niatnya sih menakutiku. Sayangnya ... kaki kirinya itu malah merusaknya. Tutupnya pecah! Kakinya terperangkap disana. Dia jadi fokus mengeluarkan kakinya dari benda bau itu.
"Hahahahahahaha ...."
Ups! Aku reflek tertawa.
Ucha menyuguhiku dengan lirikannya yang syahdu. Ih, aku nggak takut tuh!
Finally, aku dijambak habis-habisan! Aku hanya diam. Kalau aku balas ... apa bedanya aku dengannya? Aku hanya berusaha menghindarinnya. Tapi tangannya begitu kuat. Aku kalah.
Bu Nilam terperanjat mendapati kami.
Itu kejadian lima menit yang lalu. Kami dengan tidak rukunya mengepel lantai. Ucha mengepel dengan sekenannya.
Aku?
Masih sibuk mengguyur bau pesing lantai. Baru aku mengepelnya. Bu Nilam masih berjaga dengan garangnya.
Dibalik pantulan cermin toilet yang cukup besar itu. Aku melihat kami berdua.
Aku yang kelihatan tidak baik-baik saja. Jarum pentulku hilang. Ini gara-gara Ucha.
Bel pulang tiba. Bu Nilam membiarkan kami pergi. Ucha melengos pergi sambil menyenggol kasar bahuku. Bu guru cantik itu memintaku untuk sabar. Mungkin sudah sunnatullah, kata Asma Nadia gitu. Ucha dari sananya memang seperti itu selain cantik, dia juga judes!
Aku sedikit sedih mendapati tasku berada di tumpukan sampah. Ya biarlah. Yang sehat memang harus mengalah. Dia kan sakit. Sakit jiwa!
"Loe kemana aja, sih, Na!"
![](https://img.wattpad.com/cover/164137984-288-k547389.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret And Admirer (End & Revisi)
Roman pour AdolescentsMengapa tak kau jemput saja asamu dengan doa. Amna menekuri potret ke dua sahabatnya dengan mata berembun. Sungguh, beban apa yang membuat mereka lebih memilih menentukan kematian mereka sendiri alih-alih meluaskan hati, menunggu keputusan Tuhan. ...