"Rehan! Jangan lari!" gadis tomboy itu mengejar adiknya dengan susah payah. Bayi yang baru berusia dua tahun kurang itu menyusup cepat melalui celah lebar ke dua kaki Maria. Balita itu sedang berlari mengejar kucing.
Pada akhirnya si bayi terjatuh. Tangisnya memekikkan telinga. Maria bertambah kesal sekaligus iba. Dipeluknya erat-erat adiknya itu. Kenapa sih umminya begitu rajin memproduksi anak. Belum lagi, bayi itu punya kembaran. Setiap hari ia selalu mengeluhkan masalah yang sama.
Bau benda dibalik pempes itu menyeruak. Kali ini gadis yang bertujuh saudara (anak yang terakhir masih dalam kandungan) itu ingin muntah.
"Rehan eek!" Teriaknya sambil menutup hidung.Maria kembali masuk ke rumah. Rumah miliknya terbilang besar, dan sangat cukup untuk di tempati selusin manusia. Umminya kaya, sebab itu pria mana yang tidak bersedia menjadi istri Umminya, meski sang Ummi seorang janda. Maria sampai tidak ingat, nama ayah tiri keduannya yang telah pergi meninggalkan ibunya sebelum ia lahir. Bingung ya? Sama.
Jadi begini, Sunti adalah anak pertama ibunya. Ayah Sunti meninggal sebelum Sunti merayakan ulang tahunnya yang ke empat. Kemudian Umminya menikah lagi, dan punya anak yang bernama Raden, nama panjangnya tidak perlu saya sebutkan. Kelamaan. Tapi Ayah Raden selingkuh lalu mereka cerai, dengan alasan Ummi lebih menyibukkan diri dengan daganganya. Mereka punya toko kelontong yang besar dengan tiga pegawai.
Lalu ibunya menikah lagi dengan Seorang Ustadz. Maka dari itu sekarang Maria memanggil wanita yang melahirkannya dengan panggilan "Ummi". Berbeda dengan Ummi-ummi yang ia lihat di tv-tv yang begitu Syar'i, Umminya tidak ada syar'i-syar'i nya. Umminya itu begitu bangga memamerkan tubuh.
Dulu Sunti Yatimah, memanggil Umminya dengan sebutan ibu saja. Tapi sang Ustadz hanya bertahan sampai tiga tahun saja membina rumah tangga dengan Umminya, karena harus pulang ke Rahmatullah. Sang Ustadz meninggalkan seorang kakak untuk Maria. Namanya Ramzy.
Karena hidup punya banyak rasa. Ummi tidak kapok untuk menikah lagi. Kali ini, Umminya menikahi seorang pria pilihan Neneknya Maria. Dan bertahan hanya sampai Maria dilahirkan di bumi pertiwi. Ayahnya kabur keluar negeri, Umminya diceraikan. Ayahnya merasa bosan jika harus membantu istrinya di toko. Ayahnya tidak suka, Umminya terlalu banyak aturan. Menggulingkan gelar Ayahnya yang harusnya sebagai kepala keluarga, Umminya selalu saja yang menentukan dan membuat keputusan dalam keluarga. Maria saya tidak tahu rupa sang ayah bagaimana bentuknya. Bahkan potretnya pun tak ada.
Kali ini Umminya menikahi seorang pria yang tidak jelas asal-usulnya. Maria selalu risih jika harus berpapasan dengan pria yang terpaksa di panggilnya "Abah". Pria itu memang sudah haji. Katannya orang-orang sih, Maria sendiri tidak tahu.
Maria tidak suka saja dengan Abah yang sudah memberinya adik kembar, dan sebentar lagi adik baru yang akan segera release. Abah kerjanya cuma ongkang-ongkang. Tidak mau membantu Umminya di toko. Tiap hari hanya riwa-riwi pulang ke rumahnya untuk memamerkan mobil Ummi pada tetangganya. Abah rumahnya di daerah kumuh.
Maria selalu mengeluh dengan pekerjaan yang tidak ada habisnya. Ia yang harus mengepel semua lantai di rumahnya. Mencuci baju adik-adiknya. Tugas Baby Sitter hanya menjaga sampai Maria pulang dari sekolah. Kakaknya Sunti kerja di Malang, Raden dan Ramzy juga sibuk mengurus kuliah mereka. Harusnya Umminya menyewa dua Baby Sitter.
Jadi Maria bisa lebih leluasa untuk menikmati masa mudanya, bukan dewasa sebelum waktunya yang malah ia terima. Mana masih ada pekerjaan sekolahnya yang belum ia buat. Pekerjaan dari Bu Martutik itu belum dibuatnya sama sekali. Tapi tenang saja, Maria hafal di luar kepala lagu 'Nina Bo Bo' dan juga Cicak Di Dinding. Ia sudah aman sebenarnya.
***
Maysaroh pulang dari tokonya yang berada hanya empat meter dari rumahnya.
Maria yang sedang memonitor adik-adiknya diam saja tidak menyahut. Ia sebal saja, harusnya Umminya memberinya salam.
Ketika Umminya yang sexy itu hendak naik ke atas, rumah mereka lantai dua, Maria mencegatnya.
"Mi. Bisa nyewa Baby Sitter lagi nggak? Atau setidaknya assinten rumah tangga. Maria capek, Mi! Kalo tiap hari gini terus!"
Umminya tampak menaikkan sebelah alisnya. Mata beliau mendelik. Membuatnya takut. Biasanya jika sudah seperti ini pasti Umminya tidak sependapat dengannya.
"Baikkah."
Maria mengernyit. Apa ia tidak salah dengar?
"Yang bener, Mi?"
Maria hendak meloncat kegirangan.
"Tapi kamu yang gaji, ya."
Umminya kembali menapaki anak-anak tangga dengan memegangi perut buncitnya yang memasuki bulan ke lima tanpa memperdulikan jeritan anak ke empatnya itu.
"Ummi jahat!"
Gadis itu kembali lagi menekuri remot tv, Adik kembarnya bergelayut di kakinya. Tanpa di minta air mata Maria meluncur dengan sukses. Ia merasa di perlakukan tidak adil oleh Umminya.
Mengapa Umminya tidak perduli dengannya yang hanya minta satu pembantu lagi. Sedangkan, jika ayah tirinya itu meminta uang berapapun, Umminya mengangguk saja. Dunia baginya membosankan. Membosankan karena hatinya selalu merasa sakit. Ia ingin bangkit. Ingin menciptakan kebahagiaan untuk dirinya sendiri.
Bintang dong😢
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret And Admirer (End & Revisi)
Fiksi RemajaMengapa tak kau jemput saja asamu dengan doa. Amna menekuri potret ke dua sahabatnya dengan mata berembun. Sungguh, beban apa yang membuat mereka lebih memilih menentukan kematian mereka sendiri alih-alih meluaskan hati, menunggu keputusan Tuhan. ...