16.30 WIB - Aroma Kopi, Bandung.
Gemintang
Setelah seharian meeting sama pihak sponsor, dicecar pertanyaan ini itu, akhirnya aku bisa bernafas lega. Dana sponsor utama cair. Alhamdulillah...
Sebagai koordinator divisi marketing, alias tukang cari duit dan sponsor buat event Jazz Goes to Campus kali ini, aku kudu kerja ekstra keras. Dana yang dibutuhkan ga sedikit! Banyak pengisi acara yang minta budget lebih. Padahal kita udah memelas minta harga mahasiswa. Udah nurunin harga diri banget deh... Dan kalau sampai masih kurang juga, terpaksa mobil civic kesayangan Ganjar, ketua pelaksana event ini dilelang. Harusnya sih aku juga ikut bertanggung jawab, tapi mau jual apa? Mobil gak punya, motor ga punya. Mau jual diri? Hiiiy...
Karena di luar masih hujan, aku dan Devi, tim sesama divisi marketing, melipir ke tempat ngopi yang lagi hits di depan kantor PLN jalan Asia Afrika. Sambil makan siang yang udah kesorean, aku buka laptop untuk kirim email berisi proposal event ke Kang Andro, kakakku. Siapa tau biro arsiteknya mau jadi sponsor juga kan?
"Eh, Dev, ada list sponsor yang perlu dikirim email lagi gak?" tanyaku sambil tangan kananku memotong Chicken Katsu.
Devi lalu membuka agendanya yang selama ini jadi sahabatnya.
"Ini sih 10 sponsor yang terakhir. Ada beberapa yang minta presentasi langsung juga."
Aku lalu membaca daftar sponsornya itu. Dan kemudian...
"Ini kenapa ada I-scream juga disini?"
Tanyaku."Oh, itu rekomen dari Ahmad. Katanya dia ada link buat kesana. Dan I-scream termasuk yang minta presentasi langsung kesana."
Dahiku berkernyit. Duh...
"lo bisa kan buat presentasi langsung? Sama Ahmad, karena dia yang punya link kesana. Katanya bakalan ngasih dana lumayan gede juga sama booth es krim pas acara."
Nah, kaaan...
"Nggg... Bentar gue mau beli minum dulu ya."
Lalu aku beranjak menuju tempat order. Tenggorokanku rasanya perlu yang dingin-dingin, biar hati dan otak juga ikutan dingin.
Setelah memesan dan membayar Milkshake Strawberry Float, aku balik ke tempat duduk. Tapi, gak sengaja aku menabrak seseorang. Kayaknya cowo.
Aku memegang jidatku yang terkena dada bidangnya. Duh, wangi banget ni cowo.
"Lagi nyari uang jatuh, mbak?" tanyanya. Suaranya serak-serak seksi. Macho banget deh kalau dari suaranya.
Lalu aku menatap ke atas, tepat ke arah matanya. Dan emang asli, ganteng parah. Apalagi pakai kemeja putih yang lengannya digulung sampai siku.
"Lho, Gemintang?"
Eh, dia tahu namaku.
"Aku Saba, Sabawasta. Temennya Bastian."
Aku tersenyum masam ketika dengar nama Bastian disebut.
"Oh, hai... Sorry, udah lama ga ketemu jadi lupa."
"Iya, aku udah lama banget ga ketemu kamu, lebih dari dua tahun deh..."
Dia inget aja, terakhir aku ketemu Saba itu pas dinikahan teman segeng mereka. Status aku masih jadi pacarnya Bastian kala itu. Saba juga baru lulus kuliah, dengan penampilan ala-ala mahasiswa baru lulus yang rambut gondrong, kumis dan jambang yang sengaja dipelihara.
"Kok kamu ada disini, sih?" Tanyaku. Lalu aku tersadar begitu lihat logo kecil berlambang petir di saku bajunya.
"Oooh, kerja di kantor depan?" tanyaku lagi.
Saba hanya tertawa. Memamerkan giginya yang berderet rapi.
"Iya, ni mau beli kopi. Amunisi buat ngelembur." jawabnya.
Gokil si Saba, udah sore menjelang jam pulang aja masih segar bugar dan wangi gituuu... Beda kali ya, aura udah kerja sama waktu masih jadi mahasiswa. Kayaknya isi dompet memengaruhi deh...
"Ooh, eh aku balik ke kursiku dulu ya." pamitku.
Ga enak rasanya dilihatin terus menerus sama cowo ganteng. Takut baper.
"Sama siapa emangnya?" tanyanya. Kali ini dia ikut berjalan menuju kursiku dan Devi.
"Itu, temenku. Tadi abis dari kantor kamu juga, ketemu orang External Relations. " jawabku. Dan sudah kuduga, Devi langsung terpesona melihat Saba dari dekat.
"Oh, hai, aku Saba." Katanya sambil mengajak Devi bersalaman. Devi langsung sigap berdiri dan menjabat tangannya Saba.
"Hai, Devi." dia lalu tersenyum, enggan melepas tangannya Saba.
"Jangan lama-lama kali, Sab, salaman sama anak listrik takut nyetrum." ujarku sambil terkikik.
Muka Devi memerah kayak udang rebus. Dan dia melepas tangannya Saba.
"Apa sih, lo!"
Aku dan Saba tertawa.
Lalu tak lama Saba pamit pesan kopi.
Setengah berbisik, Devi berkata, "Kenal darimana sama Saba? Ganteng banget dia..."
Bola mataku mengerling manja.
"Gemintang gitu loh!"Devi mendengus.
"Gebetan lo, ya?"Aku tertawa.
"Bukan, mantan gebetan tepatnya.""Oh, mantan. Baiklah, sekarang giliran gue yang gebet, ya..." Devi berdiri lalu membereskan kemeja pink-nya, dan berbalik menuju Saba yang masih menunggu kopi orderannya.
"Gila lo, Dev!"
Devi tertawa. Lalu kembali duduk.
"Kagaklah, kudu selow biar ga disangka ngebet banget."
Aku mencibirnya.
Tak lama, datanglah Saba dengan segelas kopi espresso di tangan kirinya.
"Aku balik ke kantor lagi ya. Kamu mau pulang kapan, Gem?"
"belum tahu nih, sambil nunggu hujan reda aja."
"Eh, boleh minjem hp kamu gak, Gem?"
"oh ini..." kataku sambil menyerahkan Iphone hadiah dari papi.
Dia lalu mengetik sesuatu di hpku. Tak lama,
"I got your number. Finally..."
Eh?
Dia nyengir, lalu menyerahkan kembali hpku.
"bye, Gemintang." pamitnya.
Aku masih melongo, ternyata dia mencuri nomorku. Sialan.
*
![](https://img.wattpad.com/cover/172586181-288-k588456.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMINTANG (completed ✔️)
RomanceNamanya Gemintang. Anak Papi Bumi dan Mami Wulan. Pacarnya.... Gak punya. Baru aja putus 6 bulan yang lalu karena mami ga setuju. Ya, baiklah, sebagai anak yang baik dan gak mau sampai dikutuk jadi batu berlian, Gemintang nurut sama mami. Karena res...