19.30 WIB - Benedict Grand Indonesia Jakarta.l
GEMINTANG
Hari ini fuuuuulllll. Bener deh si Tisha ini, memaksimalkan waktuku sebelum cuti seminggu ini dengan meeting dan off-air. Katanya biar cutinya gak perlu dikejar-kejar kerjaan, ah, itu mah alasan dia aja yang pengen pulang kampung ke Surabaya tanpa ada gangguan.
Tadi pagi meeting buat program baru, lagi dan lagi Galih ngasih mandat buat handle this project. Siangnya syuting off-air bareng Gemala Hanifa, penulis muda dengan buku bestseller-nya tentang motivasi. Lanjut interview untuk artikel people of the month salah satu majalah remaja. Dan barusan meeting bareng Pak Big Boss alias Komisaris RightMedia, nope, bukan meeting serius karena ini cuma ngopi-ngopi cantik di coffee shop lobi kantor tapi tetap ngebahas program TV.
Setelah say good bye, diakhiri dengan ajakan Harris, anaknya, buat dinner bareng yang langsung kujawab next time, aku buru-buru meluncur ke Grand Indonesia. Janjiku untuk ketemu salah satu team Event Organizer yang mengurus acara workshop dimana aku didaulat sebagai narasumbernya langsung ku-iya-kan begitu tahu tempat meetingnya dimana.
Pak Maman sudah stand by di lobi, begitupun dengan Tisha. Untungnya malam itu gak begitu macet, jadi pukul 19.30 aku dan Tisha sudah berada di GI. Tisha segera menghubungi Abe, PIC dari EO-nya, mengabari kalau kami sudah on the way lokasi.
Begitu masuk lobi, sesosok pria berbadan tinggi besar dan juga berjambang tipis memakai polo shirt hitam sudah menunggu kami di depan Benedict. Tisha melambaikan tangannya, dan pria itu mendekat kearah kami.
"Pantes semangat bener buat meeting malam-malam." Bisikku pada Tisha, yang hanya dibalas oleh cengiran khasnya.
"Halo, Mas Abe, aku Tisha." Sapa Tisha memperkenalkan dirinya, "kalau ini udah jelas tau dong?" Tanyanya sambil menunjuk padaku.
"Hai, Tisha. Jelas dong, ini Gemintang, kan? Lebih cantik aslinya ya dibanding kalau nonton di TV." Jawab Abe.
"Hai, Mas Abe. Sorry nunggu lama, ada meeting dadakan sama big boss jadi ga bisa nolak." Kataku sambil mengulurkan tangan kanan mengajak bersalaman.
Lalu kami diajak masuk ke Benedict yang malam itu cukup ramai. Ya, wajar... awal bulan dan hari jumat pula. Untung katanya Abe sudah reservasi jadi gak perlu waiting list untuk bisa dinner di sana.
Eh, eh, itu Saba, kan?
Mataku menangkap sesosok lelaki berkemeja batik di meja sebelah kananku. Dia sama... Cewe. Cantik, mungil, imut-imut pula.
Huft...
Setelah tragedi di nikahan kakang sabtu kemarin Saba ga bisa dihubungi. Dan ini sudah hari ke enam dia menghilang. Padahal aku ngehubungin dia niatnya untuk meminta maaf dan menjelaskan agar gak ada salah paham antara aku dan Saba tentang Samuel, tapi boro-boro bisa dihubungi, aku chat aja cuma centang satu.
Ternyata meja yang sudah direservasi Abe terletak gak jauh dari mejanya Saba dan cewe imut itu, otomatis kami melewati mejanya. Tisha menoleh ke arahku ketika sadar bahwa ada Saba di depan sana. Tisha tau, bahwa lelaki itu jadi sumber ga fokusku beberapa hari ini, sampai bosen kayaknya dia dimintai tolong untuk nelepon Saba.
"Eh, Min, ke sini juga?" Abe yang berada di depanku berhenti tepat di meja Saba.
"Hei, Be, iya nih. Sama siapa?" Cewe imut itu balik nanya, lalu melihat ke arahku. Begitu pun dengan Saba, raut wajahnya langsung, emmm... Sedikit panik?
Aku hanya tersenyum ketika Saba tiba-tiba berdiri di depanku.
"Gem..." Katanya dengan lembut.
"Loh, kenal sama Gemintang juga, Mas?" Tanya Abe.
![](https://img.wattpad.com/cover/172586181-288-k588456.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMINTANG (completed ✔️)
RomanceNamanya Gemintang. Anak Papi Bumi dan Mami Wulan. Pacarnya.... Gak punya. Baru aja putus 6 bulan yang lalu karena mami ga setuju. Ya, baiklah, sebagai anak yang baik dan gak mau sampai dikutuk jadi batu berlian, Gemintang nurut sama mami. Karena res...