17. Lost Contact

10.2K 1.1K 15
                                    

13.00 WIB - Pendopo Pemda Sukabumi

GEMINTANG

Dihari-hari terakhir KKN, kami mahasiswa KKN Sukabumi diundang untuk mengikuti penutupan acara Pengabdian Kepada Masyarakat yang diadakan oleh Pemda setempat. Berbondong-bondonglah kami, para KKN-ers pergi ke kota, jangan bayangkan kami order Grab/Gocar, ada angkot yang mau nampung kami ber-15 dalam satu mobil pun Alhamdulillah.

Sebenarnya sih, Ibu Kades udah menawarkan mobilnya untuk kami pakai. Tapi jelas aku menolak paling kencang. Lah, supirnya aja si Aa Galih. No way! Gak akan aku kasih celah.

Alhasil, teman-temanku lainnya bete. Sorry, guys. Nanti di Bandung kutraktir All You Can Eat deh...

Di sini juga ada beberapa perwakilan dari Universitas yang datang, termasuk mami dan team dari LPM Universitas. Daritadi kuhubungi no telepon mami kok ga nyambung aja, ya? Padahal aku tau, mami gak akan menyia-nyiakan waktunya buat ketemu aku. Kucari-cari juga gak ketemu. Mau nanya ke temannya mami sesama dosen, sungkan ah...

Selepas shalat dhuhur, aku dan teman-teman lainnya dipersilakan untuk santap siang. Alhamdulillah, rejeki anak KKN, hahaha, bisa makan-makanan enak dan bergizi. Karena selama KKN kami udah bosen makannya tahu tempe kangkung terus. Eh, ada satu yang spesial, makanan favorit kami yaitu balado daging lumba-lumba alias balado terong.

Bahuku ditepuk pelan, ternyata Pak Halim, dosenku di kampus.

"Udah ketemu mami, Gem?" tanyanya.

Aku menggelengkan kepala.

"Pantes... Itu mami baru keluar dari ruangan meeting, habis ketemu sama Pak Bupati. Coba temui mamimu dulu." sarannya. Lalu beliau menunjuk ke arah sekelompok mahasiswa dan juga beberapa dosen.

"Makasih ya, Pak." kataku. Tapi sebelum ku berlalu, beliau menahanku.

"Ada yang kangen, sampai tadi pagi pun dia memaksa pengen ikut kesini."

"Siapa?" tanyaku sambil mengernyitkan dahi.

"Yudhis." Jawabnya sambil senyum dikulum.

Dasar ya, dosen-dosen muda doyan menggosip juga.

Aku berlalu sambil melambaikan tangan, otomatis Pak Halim tertawa. Mungkin pikirnya aku salah satu mahasiswa yang terjerat pesona Yudhis.

Aku menghampiri mami yang ternyata berada diantara mahasiswi dari fakultas ilmu komunikasi, salah satunya ada teman sekelompokku.

"Iya Bu, biasa ada drama KKN, cinlok sama pemuda desa." samar-samar kudengar Intan, teman sekelompokku berkata. Jarakku dan mami hanya tinggal 3 meter saja.

"Oya, siapa?" tanya mami penasaran.

"Anak hukum, bu. Ditaksir sama anak kepala desa, emang sih, ganteng. Tapi katanya dia udah punya pacar di Bandung, gagal cinlok deh."

Mami tertawa. Ah, emang ya, dosen yang satu ini hobi banget ngegosip bareng mahasiswanya.

"Siapa yang cinlok, Tan?" tembakku langsung tepat sasaran.

Mami begitu melihatku langsung memelukku kencang.

"Anak mamiiiii... Mami kangen..."

Kan... Kan... Lebaynya keluar, deh.

Aku sok-sokan stay cool, padahal mata udah memanas nahan air mata.

Kutatap teman-temanku, mereka keheranan ada hubungan apa antara Gemintang Aura dan Ibu Wulan Sekar Arum, sampai-sampai dosen mereka bisa bersikap seperti itu.

"Mam, please, Mam... Mana behave yang mami ajarin?" bisikku lalu dibalas cubitan dipinggang oleh mami.

"Kalian habis ini mau kemana?" tanya Mami sambil masih merangkulku.

"Mau nongkrong di kota lah, Mam... Belum afdol kalau KKN disini masa ga jadi anak gaul Sukabumi." Jawabku.

"Yuk, mami mau ikutan nongkrong bareng kalian. Kayaknya dekat sini ada Pizza Hut, mau Gem?"

Aku lalu melihat teman-temanku. Mereka masih terdiam. Aku coba hubungi Ganjar minta persetujuannya. Katanya bebas aja, gimana Mami. Lah, yang KKN disini kan kita.

Lalu mami pamit dulu untuk izin ke rekan-rekan dari Universitas. Aku pun bilang kami tunggu di depan pendopo sambil mengumpulkan teman sekelompok yang lainnya.

Mami pun datang, dan kami berjalan menuju Pizza Hut yang berada tak jauh dari Pendopo. Udah kayak induk ayam aja Mami berdiri paling depan diantara anak-anak beralmamater lainnya. Necis sendiri hahaha.

"Eh, eh, tadi siapa katanya yang cinlok?" mami masih aja penasaran dengan pernyataan Intan. Padahal kami baru bernafas lega habis panas-panasan, langsung adem kena AC.

"Gemintang, Bu." Jawab Intan. Aku langsung tertawa.

"Serius? Terus Saba gimana?" Mami malah percaya aja...

"Ngga, Mamiii... Please ya, jangan termakan gosip." sanggahku. Teman-temanku yang lain masih tertawa. Lalu mereka sibuk memesan makanan begitu mami persilakan dan tentunya setelah mami bilang 'pesan aja, ibu yang traktir'.

Mami lalu berbisik kepadaku.

"Serius selingkuh dari Saba?"

Aku menggeleng.

"Ngga, Mami. Itu biasa aja becandaan anak-anak sekelompok."

"Mami liat Saba minggu lalu. Dia siapanya Kristal sih?"

Eh, ada apa dengan Saba dan Kristal?

"Minggu lalu kan Kristal abis bimbingan sama mami, di kafe dekat jalan Asia Afrika, terus begitu selesai bimbingan, mami liat Saba yang jemput dia."

Aku terdiam.

Seminggu belakang ini memang Saba lost contact. Dia ga bisa dihubungi dan juga ga ada menghubungiku. Tiga hari pertama aku susah payah ngehubungin dia. Aktif sih, tapi ga diangkat sama sekali teleponnya, ku sms juga no respons. Lama-lama aku kesal sendiri. Berujung seperti sekarang, bodo amat.

Sorry, ya, kalau aku harus tiap hari tanya kabar dia. Sedangkan dianya emang ga mau aku hubungi. Aku balas cuekin aja. Sadis sih. Tapi bodo lah... Siapa yang lebih kuat ga saling kontak?

Tapi begitu dengar kabar dari mami kalau Saba jemput Kristal, kok, ya... Hmmm... Ada apa nih?

Efek ketemu mantan emang segitu besarnya, ya?

*

GEMINTANG (completed ✔️) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang