22. Empat Mata

9.5K 1.1K 79
                                    

20.50 WIB - Gedebage Regency

SABA

Hari ini tahlil 7 harinya kepergian ayah. Rasanya masih belum percaya aja... Ibu masih suka menyendiri di kamar sambil lihatin foto ayah, Saskia dan Sally juga jadi lebih pendiam, padahal mereka biasanya berisik banget. Sakit rasanya, tapi aku harus kuat, ada 3 wanita yang ada di bawah tanggung jawabku sekarang.

Baru saja aku mengantar papinya Gemintang dan Galaksi sampai depan mobilnya, alhamdulillah keluarga Gemintang gak pernah absen untuk ikut tahlil. Bahkan beberapa kali maminya Gemintang menitipkan makanan ringan untuk snack tahli. Selepas pamitan tadi, beliau berpesan bahwa jadi laki-laki itu harus kuat dan sabar. Ya, harus kuat. Nanti bakalan ada 4 wanita yang harus kujaga, kan? Termasuk anaknya.

"Sab..." bahuku dirangkul oleh seseorang. Kulihat ternyata Bastian.

"Eh, Bas, nuhun ya, udah datang." kataku sambil menjabat tangannya.

Dia tersenyum. Lalu matanya gak lepas dari mobil yang baru saja berlalu.

"Itu papinya Gemintang sama adiknya?"

Aku mengangguk.

"Udah sejauh mana, Sab?"

Aku terdiam. Apa harus dibahas masalah ini dengan kondisi yang seperti sekarang?

"Sorry, Bas. Gue ga bilang dulu."

Bastian menghela nafas.

"Gue tau sih, udah bukan haknya gue lagi ngatur-ngatur siapa yang boleh deketin Gemintang. Tapi, maneh kan tau Sab, aing cinta mati sama dia..."

Ya, tau, Bas... Tau...

"... tapi kalau emang Gemintang bahagia, aing bisa apa."

"Bas..."

"Kalau emang maneh beneran serius sama Gemintang, please harusnya peka sama hatinya."

"maksudnya, Bas?" tanyaku heran.

"Aing pacaran sama dia lumayan lama, seenggaknya tau apa yang dia rasain tanpa dia harus ngomong dulu. Dan maneh pasti ga nyadar kan bahwa dengan adanya Kristal di sini bikin dia terluka?"

Kristal?

"Pikirin sendiri aja, Sab. Kalau maneh lebih milih Kristal, Gemintang bisa balik lagi buat aing."

Lalu Bastian pergi meninggalkanku yang masih bertanya-tanya.

Ada apa antara Gemintang dan Kristal? Selama ini Gemintang memang ga pernah nanya-nanya lagi tentang Kristal setelah ketemuan di pemakaman kemarin.

Sejak pertemuan Gemintang dan Kristal di pemakaman kemarin, aku memang belum pernah ketemu lagi dengannya. Kerjaan di kantor lagi banyak, pulang kerja  harus langsung pulang ke rumah untuk bisa ikut tahlilan. Telepon Gemintang pun cuma beberapa kali. Chat dia juga lama kubalasnya.

Dia pernah beberapa kali mau datang tahlilan bareng ayah dan adiknya, tapi setiap dia tanya "ada siapa aja?" dan ku jawab salah satunya nyebut Kristal, mendadak dia membatalkan kedatangannya.

Apa jangan-jangan dia cemburu?

Oh, Shit! Saba bego...

Aku meremas kasar mukaku.

Perempuan tetap aja perempuan dengan sejuta gengsinya. Dan perempuan yang satu ini salah satu perempuan yang punya gengsi setinggi gunung.

Baru saja aku mau menelepon Gemintang, Kristal datang lalu memegang lenganku.

Aku mengangkat sebelah alis mataku.

"Eng, itu... Kamu disuruh ibu buat anterin aku pulang." ujar Kristal, lalu dia melepaskan tangannya dari lenganku begitu melihatku melirik ke dalam rumah.

"Aku ga bisa, mau anterin karpet ke rumah Pak RT. Kamu pulang sama Sally aja, ya?"

Kulihat dia menundukan wajahnya.

Gusti, jaga hati perempuan itu susah, ya?

Walaupun aku katanya dingin-dingin-jutek kalau pinjam istilahnya Saski, tapi lihat perempuan hamil malam-malam sendirian gini pasti ga tega.

"Kamu mau sampai kapan sih sembunyi di rumah Teh Alia?" tanyaku pada akhirnya.

Kristal mendongakkan kepalanya, menatap kearahku.

Yeah, Saba... Dia mulai nangis, cuy!

"Sorry, Kris, maksudku di rumahmu lagi ada orang tuamu, apa ga sebaiknya kamu pulang, bicarakan semuanya baik-baik, bukan malah kabur gini?"

Kulihat dia menyeka ujung matanya.

"Aku ga bisa, Sab, sebelum ayah dari anakku datang. Atau kamu mau anakku ini mati di tangan kakeknya sendiri?"

Gemintang's calling.

Aku memasukan hpku ke dalam saku celana. Mengabaikan telepon dari perempuanku.

"Ada yang bilang, punya cucu pasti bakalan lebih disayang dibanding anaknya sendiri. Dan aku yakin, orang tuamu bisa nerima anakmu, Kris."

Dia menggelengkan kepalanya.

"Nampaknya itu ga akan berlaku untukku, Sab. Papa ga setuju aku  nikah dengannya, kan?"

Aku tau ini sulit untuk Kristal, menikah ga direstui, begitu hamil diasingkan. Dan sekarang anaknya yang belum lahir pun sudah ditolak duluan.

"Kecuali kamu mau jadi ayahnya anakku..."

*

GEMINTANG (completed ✔️) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang