02.40 WIB - Warung Kopi Enak
SABA
Sambil menunggu Gemintang beres-beres dan evaluasi eventnya yang baru saja selesai, aku diajak nongkrong di warung kopi milik temannya Kang Andro. Tempatnya enak, makin malam makin ramai karena selain malam itu adalah malam minggu, juga efek dari event Jazz Goes To Campus yang dibuat oleh Gemintang dan team-nya membuat banyak pengunjung yang mampir ke warkop.
"Sab, lo temen Bastian dari mana sih?"tanya Kang Andro, dia lalu menyesap kopi tubruk-nya yang tinggal setengah.
"Temen main dari kecil, Kang. Rumah kami satu komplek." Jawabku santai. Untungnya tadi Gemintang sudah cerita kalau ada Bastian datang menemuinya.
"Please, jagain Neng, ya. Gue percaya kalau lo ga bakalan bertindak yang macem-macem." titah Kang Andro membuat pundakku terasa berat. Iya berat, karena dikasih kepercayaan oleh salah satu orang yang sayang sama Gemintang.
"Insya Allah, Kang."
"Kang, pulang yuk. Mami udah nanyain nih..." kali ini Galaksi bersuara. Adiknya Gemintang ini memang lumayan pendiam dibanding dengan kakangnya. Apalagi dibandingkan dengan Gemintang.
"Oya, Nanti si Neng dianterin pulang kan?" tanya Kang Andro lagi, dia sambil mengenakan jaketnya. Begitu juga dengan Galaksi.
"Iya kang, ini nunggu beres evaluasi dulu, kata Gemintang bentar lagi selesai." Jawabku sambil menunjukkan isi Whatsappnya.
"Cieee, bintang banget nih nama kontak-nya?" ledek Galaksi. Dia ternyata nyadar nama kontak Gemintang di-handphoneku hanya emote bintang aja.
Aku nyengir.
Lalu aku habiskan sisa kopi arabica-ku, dan ikut keluar bersama kang Andro dan Galaksi. Mereka lalu menuju mobil hitam milik Kang Andro.
"Eh, kang, aku anterin Gemintang pakai motor, lho. Gak apa-apa?"
"Selow... Asal Gemintang pakai jaket sih, aman. Dia tahan angin malam kok." Jawab Kang Andro. Lalu mereka pamit pulang duluan.
Aku mengambil motor dan mengarahkannya menuju ke backstage, tempat Gemintang melakukan evaluasi bersama teman-temannya.
Aku duduk di atas vespa hitamku sambil mendengarkan spotify. Lagu Fiersa Besari cocok menemaninya malam ini sambil menunggu Gemintang.
Ada mungkin setengah jam aku menunggu, tak lama gerombolan berkaus putih keluar dari tenda backstage. Mungkin mereka sudah selesai evaluasi. Ku cabut earphone dari telingaku.
"Gem, Gem!" kudengar suara lelaki memanggil Gemintang. Kulihat dari jauh, ada beberapa orang yang sibuk menutupi cahaya lilin.
Dari jauh, aku lihat Gemintang. Dia berbalik ke arah suara lelaki yang berada di dekat panggung. Lalu.......
Byurrrr........
Jam 3 lewat 30 menit dini hari, Gemintang harus bermandikan air dingin di dekat panggung. Confetti bertaburan. Dan si pembawa kue ulang tahun pun mulai muncul.Serentak semua orang disana menyanyikan lagu Happy Birthday untuk Gemintang.
Aku tersenyum. Tapi khawatir... Pasti dia kedinginan. Untung aku sempat membelikannya kado ulang tahun yang pasti bakalan berguna saat ini.
Selesai perayaan ulang tahunnya, Gemintang lalu menghampiriku dengan penampilan basah kuyup.
"Aku gimana pulangnya, basah kayak gini, Sab." Adunya.
"Gak bawa baju ganti?" tanyaku. Lalu aku turun dari motor dan membuka bagasi.
Dia menggelengkan kepala.
"Mana lengket banget nih, ini air kopi lho, Sab. Duuuh... Pahit... Pahit... "
"Gak apa-apa, biar hidupnya jadi lebih berwarna, kamu udah terlalu manis, sih."
Dia tergelak. Lalu meninju pelan lenganku.
"Selamat ulang tahun, Gemintang. Ini kadonya jadi bisa langsung dipakai, ya." kataku sambil menyerahkan goodie bag.
Dia lalu membuka isinya, dan terpekik.
"Ya ampun... Kok nemu sih jaket warna pink pastel gini?"
Aku tertawa. Memang niat awal mau kasih kado jaket buat Gemintang, karena selama ini kalau aku jemput atau ajak keluar pakai motor, dia selalu pakai jaket tebal punyaku.
"Ah, tapi sayang kalau dipake sekarang. Ini akunya lagi bau kopi banget. Nanti jaketnya ikutan bau." rutuknya.
Aku lalu mengambil jaket dari tangan Gemintang dan memakaikannya.
"Gak apa-apa, nanti bisa dicuci, kan?"
Dia tersenyum. Lalu aku pakaikan helmnya, dan dia bersiap naik ke atas motor. Suasana Bandung dini hari mulai ramai dengan suara adzan pertama shalat subuh. Melintasi jalan Dago yang masih sepi, membelah waktu subuh menuju Buah Batu.
Sesampainya di depan rumah Gemintang, lampu depan rumahnya padam semua. Padahal tetangga sekitar masih nyala, gak ada tanda-tanda ada pemadaman listrik. Buru-buru Gemintang turun dari motor, akupun segera mengikutinya.
Begitu dia membuka pintu rumahnya, dari dalam tampak mami membawa cake yang dihiasi lilin berangka 22, ada papi, Kang Andro juga Galaksi di belakangnya. Ternyata another surprise dari keluarga. Tadi padahal Kang Andro atau Galaksi ga bilang apapun.
Gemintang berlari memeluk mami, papi juga kakak dan adiknya.
"Aaah, makasih ya semuanya. Neng terharu..."
"Kado dari mami dan papi di usia Neng sekarang, diizinkan diantar cowo pulang pagi, ya, Pi?" ucapan Kang Andro bikin aku salah tingkah. Ini kali pertamanya aku ketemu dengan papi dan maminya Gemintang.
"Iya, jadi tugas papi berkurang dikit ya, Gem?" lah, papinya malah ikut mendukung juga. Kan aku jadi seneng.
"Ayo mandi dulu, pakai air hangat. Biar gak bau kopi gini, gusti... Diapain sih sama temen-temen kamu, Gem?" Mami lalu mengajak Gemintang untuk masuk setelah aku pamitan ke semuanya. Udah mau subuh, waktunya pulang. Ini mata udah kriyep-kriyep nahan ngantuk.
Aku lalu beranjak dari rumahnya diantar papi sampai depan pagar.
"Saya permisi dulu, Om..." pamitku.
"Iya, makasih ya, Saba. Maaf kalau Gemintang sering merepotkan kamu. Hati-hati di jalan." ujar Papinya Gemintang.
Ah, anak om ga bikin repot kok. Yang ada aku senang karena selalu ada untuk Gemintang.
Dengar cerita dari Bastian waktu mereka masih berpacaran, papi dan maminya Gemintang tipe orang yang tertutup tanpa basa-basi. Tapi barusan, papi mami juga kakak dan adiknya Gemintang bersikap hangat padaku. Ini artinya aku diterima oleh keluarganya Gemintang, kan?
*
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMINTANG (completed ✔️)
RomanceNamanya Gemintang. Anak Papi Bumi dan Mami Wulan. Pacarnya.... Gak punya. Baru aja putus 6 bulan yang lalu karena mami ga setuju. Ya, baiklah, sebagai anak yang baik dan gak mau sampai dikutuk jadi batu berlian, Gemintang nurut sama mami. Karena res...