16.25 WIB - Guntursari, Buahbatu.
SABA
Selama perjalanan menuju ke rumah Gemintang, aku hepi banget. Kenapa ga seneng? Setelah 3 tahun nungguin momen 'kapan bisa deket sama Gemintang', akhirnya momen itu datang juga.
Iya, iya, cuy...
Duluuuu... Aku sempat naksir Gemintang yang notabene adalah pacar dari Bastian yang tak lain dan tak bukan adalah sahabatku sendiri. Aku sering ketemu Gemintang di kampus karena satu universitas tapi beda jurusan. Dia jurusan hukum, dan aku ekonomi. Dan Bastian sering 'menitipkan' Gemintang padaku, katanya "kalau ada apa-apa, kabarin Saba aja". Tapi sayang, gak pernah ada apa-apa sih, jadi ya cuma say hello doang kalau papasan di selasar kampus atau kantin.
Mereka pacaran dua tahun lebih kalau gak salah, coba nanti suruh Gemintang konfirmasi. Putus 6 bulan yang lalu. Dan sekarang, Gemintang masih single alias ga deket sama siapapun. Alasannya: mau fokus event dulu.
Nah, yang jadi masalah ini, si Bastian masih cinta banget sama Gemintang. Gak tau sih cinta kayak apaan kalau selama ini si Bastian masih aja suka lirik kanan kiri. Katanya cinta, tapi ada cewe yang nempel dikit, langsung ditempel balik. Akutuh kasian sama Gemintang 🙁
Astaga, Saba...
Mending kayak aku, setia nunggu Gemintang. Eh, sambil nunggu dia putus sama Bastian sih aku sempat pacaran sama cewe lain, tapi beda agama, jadi gak mungkin bisa ke arah yang lebih serius. So, here I am... Kembali nunggu Gemintang.
"Masuk dulu yuk, Sab." Gemintang menyadarkanku bahwa kita sudah sampai di depan rumah bercat putih. Dia lalu turun dari motor dan membuka pagar.
"Eh, langsung pulang aja, ya..."
Duh cuy... Belum sanggup buat ketemu mami papinya nih. Dan katanya ada kakangnya juga di rumah.
"Ih, kok gitu... Emangnya kamu driver gojek yang abis nganterin aku terus langsung pulang?" muka Gemintang gemesin banget sih kalau lagi merajuk gini.
Aku nyengir. Sialan disamain sama driver gojek.
"Oke deh." aku mengalah, lalu memasukkan motor ke depan teras rumahnya, berdampingan dengan motor ninja keluaran terbaru.
"Sini, Sab... Anggap aja rumah sendiri." katanya. Lalu mengajakku masuk ke dalam ruang tamunya yang bernuansa scandinavian.
"Assalamu’alaikum..." seru Gemintang, lalu dijawab oleh suara seorang laki-laki.
"Waalaikum salam... Punten bu, ga nerima sumbangan."
"Aaah, kakang...." Gemintang lalu berhambur ke ruang keluarga di sebelah ruang tamu yang hanya dibatasi oleh partisi kayu.
Oh, ternyata itu Kakang alias kakaknya Gemintang.
"Eits, bawa siapa nih?" tanyanya begitu melihatku. Dia lalu menghampiriku.
"Saba, kang... Temen aku." jawab Gemintang, tangannya masih merangkul Kakang. Mungkin kangen karena setauku kakaknya kerja di Jakarta.
"Oh, Saba. Temen kuliah Gemintang?" tanyanya padaku. Dia melihatku dari atas sampai bawah. Untung aku pakai pakaian yang lumayan kece, maksudnya gak pakai baju belel kesayangan.
"Eh, bukan, Kang... Dulu sempat se-kampus cuma beda angkatan, beda fakultas juga." jawabku.
"Oooh... Angkatan berapa?" tanyanya lagi.
Duh gue ngerasa jiper gini diintrogasi sama Kakang. Perasaan dulu si Bastian gak pernah cerita soal kakangnya Gemintang deh...
Aku menyebutkan tahun angkatan ku lulus kuliah. Ternyata cuma beda usia 2 tahun sama kakangnya. Dia berusia 28 tahun, lulusan luar negeri, dan sudah mapan pula.
"Eh, sini, Sab. Lo suka main PS? Sini lawan gue. Kalau lo menang, lo boleh deketin Gemintang." ujar Kakang, ekspresi Gemintang yang dengarnya malah menjerit sambil mencubit perut kakangnya.
"Apaan, sih, Kang... Masa aku dijadiin bahan taruhan."
Aku tertawa. Gampang lah kalau cuma main PES doang.
Lalu aku diajak masuk ke ruang keluarga, disana ada satu set TV LCD dengan PS 4 di bawahnya. Ada sofa warna maroon juga yang penuh dengan bantal, dan meja yang penuh dengan makanan ringan juga minuman kaleng. Kayaknya habis pesta nih.
"Gem, tolong bawain minum ya..." kakang minta tolong. Lalu dia duduk di sofa, dan menyuruhku duduk di sampingnya.
Gemintang segera berlalu ke dapur, lalu datang lagi dengan membawa cola dingin dan air mineral.
"Kakang abis ngebantai Galaksi?" tanyanya, kemudian duduk di sofa panjang sebelahku.
Kakang mengangguk. Dia nampak serius memilih tim mana yang akan digunakan untuk 'membantai' ku.
"Oke, Sab, kita mulai ya." ujarnya.
"Semangat, Saba!" semangat dari Gemintang bikin hatiku menghangat. Aku jawab hanya dengan senyum.
Lalu, aku dan Kakang sudah terlibat permainan seru. Seruan, cacian, dan teriakan menggema di ruang keluarga. Untung ga ada mami papinya, jadi katanya anggap aja rumah sendiri lah. Hehehe
45 menit berlalu. Dan permainan pun sudah selesai 10 menit yang lalu.
Kakang sudah pergi ke kamarnya karena ingin mandi. Aku masih duduk di sofa, menunggu Gemintang yang tertidur di sofa sebelahku. Entah dari kapan dia tidur, padahal tadi aku dan Kakang berisik banget.Gem, Gem, cantik banget sih tidur kayak gini...
Akupun mengambil handphone, dan memotretnya. Perlu diabadikan bidadari tidur.
Ops, mungkin dia sadar aku sudah memotonya diam-diam. Tak lama, dia terbangun.
"Lho, udahan mainnya?" tanyanya. Lalu duduk sambil menggerakan kepala ke kanan dan kiri.
Aku mengangguk.
"kamu cape banget ya? Sampai ketiduran disini."
"Iya nih, perlu istirahat banget."
"ya udah, aku pamit pulang ya." kataku sambil beranjak dari sofa. Lalu Gemintang pun ikut mengantar ke depan.
"Makasih ya udah mampir ke rumah." katanya.
Aku tersenyum. Lalu ku pakai sweater abu-ku. Dan aku naik ke atas motorku. Sebelum kunyalakan mesin motor. Aku menghadap ke arahnya.
"Ucapin selamat dong, aku berhasil ngalahin Kakang."
Matanya melotot. Dia kaget. Tak lama tersipu malu.
"Waaah, kereeen! Kakang pasti keki berat tuh... Tapi gak apa-apa, kali ini kamu yang bantai Kakang, hebat." serunya sambil mengacungkan dua jari jempolnya.
"jadi, aku boleh deketin kamu, kan?"
Pipi Gemintang bersemu merah, semerah lembayung senja yang menjadi saksi sore itu.
*
![](https://img.wattpad.com/cover/172586181-288-k588456.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMINTANG (completed ✔️)
RomanceNamanya Gemintang. Anak Papi Bumi dan Mami Wulan. Pacarnya.... Gak punya. Baru aja putus 6 bulan yang lalu karena mami ga setuju. Ya, baiklah, sebagai anak yang baik dan gak mau sampai dikutuk jadi batu berlian, Gemintang nurut sama mami. Karena res...