8. Your Time

11.5K 1.3K 15
                                    

05.00 WIB - Kereta Api Argo Parahyangan

SABA

Sepagi ini aku udah mikirin Gemintang. Kenapa ngga, semalam baru sampai rumahnya sekitar jam 12 malam. Aku hanya mengantarkannya sampai depan gerbang rumahnya, dan langsung pulang. Gak etis bertamu tengah malam. Begitu sampai rumah, aku segera kabari Gemintang, dan ternyata dia belum juga tidur. Hingga akhirnya aku putuskan untuk meneleponnya, padahal habis subuh aku harus ke stasiun Bandung, karena ada dinas ke kantor pusat esok paginya.

Aku sudah duduk di kereta, bersama Maul yang sudah asik dengan mimpinya. Aku coba telepon Gemintang, mungkin dia sudah bangun karena sudah lewat waktunya shalat subuh.

Tiga detik berlalu, Gemintang pun akhirnya mengangkat panggilanku. Pasti dia baru bangun karena suaranya begitu serak.

"Hm..." katanya.

Aku tersenyum.

"Assalamu'alaikum Gemintang..." sapaku.

"waalaikum salam, Sab... Pagi banget deh teleponnya. Ada apa?" tanyanya diujung sana, aku pastikan pasti dia sedang mengumpulkan nyawanya yang masih setengah sadar.

"Kalau aku kangen, percaya ga?"

"Duh, Sab... Di luar masih gelap lho..."

Aku tertawa. Gemes banget sih, Gem...

"Serius Gemintang. Aku cuma mau mastiin kamu baik-baik aja."

"aku baik-baik aja, Sab. Hoaemmm..."

Hahaha. Rupanya dia masih ngantuk.

"semalam ga langsung tidur ya setelah aku telepon?"

"he-eh, baru tidur jam 3. Dan ini masih jam 5 lho, duh, Sab... Masih ngantuk tauuu..."

"Shalat subuh dulu, baru tidur lagi ya. Hari ini kamu gak ada jadwal keluar rumah kan?"

"Aku lagi gak sholat, Sab. Rencananya mau tidur sampai besok malah. Hibernasi."

"Oke noted."

"Kamu gak mau ngajak nge-date, Sab?"

Aku terkekeh.

"Sayangnya, aku lagi otw Jakarta nih, ada seminar di kantor pusat sampai besok."

Gemintang terdiam. Mungkin dia sedikit kecewa. Soalnya dia hanya jawab "oh".

"Maaf ya, minggu depan aku janji bakal luangin waktunya buat kamu."

"Iya..."

Aduh, bahaya...

"Gem..." panggilku dengan lembut.

"Hmmm..."

Yah, beneran ngambek nih.

"Ya udah, lanjut lagi tidurnya, ya. Nanti aku kabarin kalau udah sampai."

Aku putuskan untuk mengakhiri panggilanku setelah dia lagi-lagi menjawab hmmm... Lama-lama dia bisa ganti posisinya Nissa Sabyan tuh.

Tak lama, ada pesan masuk dari Gemintang.

Hati-hati di jalan.

Aku tersenyum.

Oh, gini ya rasanya jatuh cinta.
Tapi semoga aku ga salah jatuh cinta sama mantan pacar sahabat sendiri.

Semalam, aku dikabari Gusti bahwa dia mau nraktir kami, teman-teman segengnya makan malam di Lacco cafe & bar. Sebenarnya malas, karena aku masih di kantor berkutat dengan laporan yang bosku hibahkan sebelum dia pergi umrah.

Aku sempat balas obrolan mereka di grup Whatsapp, mengabari kalau aku gak bisa datang. Tapi begitu Jeki nge-share foto situasi disana, dan aku lihat ada Gemintang di samping Bastian, langsung aku berubah pikiran.

Entahlah, semacam hati ini menolak lihat Gemintang dengan Bastian. Feeling gak enak. Cemburu, kah?

Buru-buru aku datang ke lokasi, begitu sampai di pintu masuk, aku melihat Bastian sedang ingin memeluk Gemintang, dan kulihat Gemintang menahan marahnya. Lalu selanjutnya, dia mendorong Bastian hingga terjatuh. Gemintang berlari melintasiku, mungkin karena saking emosinya dia gak sempat melihat kanan kiri.

Aku kejar dia, kulihat dia sedang berdiri di depan cafe. Aku ambil motor, dan menghampirinya. Lalu tanpa sadar, aku memeluknya. Dia malah terisak, menangis makin kencang. Hatiku ikut sakit. Aku marah sama Bastian. Kurang ajar, Bas!

Sepanjang jalan pulang, dia terdiam. Tapi begitu turun dari motor, kulihat ada senyum di wajahnya. Syukurlah...

Dan sebelum pulang, aku bilang padanya, "Aku akan selalu ada buat kamu, Gem."

Aku nunggu waktu yang tepat untuk bisa 'bebas' menjaga Gemintang. Untuk kali ini, kucoba tahan diri. Bastian masih melakukan serangan untuk bisa balikan sama Gemintang. Dan aku yakin, dengan kejadian kemarin itu Bastian gak ada harapan lagi.

"Gak tidur, Sab?"

Rupanya Maul terbangun. Aku menggelengkan kepala. Lalu dia pamit ke toilet.

Karena ga ngantuk, aku iseng stalking Instagram Gemintang. Sambil senyum-senyum sendiri, aku scroll semua fotonya. Ga ada foto yang aneh. Eh maksudnya, foto yang dia tampak berdua dengan cowok. Ya, Andromeda dan Galaksi ga termasuk cowok yang harus aku cemburui kan?

Tanganku terhenti pada salah satu foto Gemintang, dia sedang duduk di kelilingi lilin putih, dengan caption: Happy me. Happy birthday to me.

Oya, sebentar lagi Gemintang ulang tahun. Aku harus kasih kado apa ya?

Tak lama, Maul pun kembali ke kursinya.

"Ul, biasanya pacar lo ulang tahun dikasih kado apa?" tanyaku.

Dia menatapku dengan penuh tanya.

"Lo punya pacar? Alhamdulillah..." serunya sambil menepuk punggungku. "Gue pikir lo ada apa-apa sama si Fahmi, kalian kan mesra banget."

"Astagfirullah... Gue masih normal, nyet." gila aja, bertahun-tahun jomblo bukan berarti aku berubah haluan kan?

Dia tertawa.

"Cewe yang kayak gimana yang udah naklukin hati Sabawasta si cowok cool se-divisi Keuangan?"

Ehem. Aku ga paham se-cool apa sikapku, padahal biasa aja.

"Elo tuh, diem diem wae, ada cewe nyamperin eh dicuekin. Secantik Ajeng aja lo tolak. Si Kikan anak GM yang tiap hari beliin lo kopi pun lo tolak, gila... Makanya gue pengen tau kayak gimana cewe yang bisa bikin Saba meleleh." ujarnya panjang lebar.

"Ada lah... Yang jelas, ini butuh proses yang cukup lama sampai gue berani deketin dia."

Dia malah tertawa makin keras.

"Jangan lama-lama, Sab. Diambil orang tau rasa lo..."

*

GEMINTANG (completed ✔️) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang