10.00 WIB - Guntursari, Buahbatu
SABA
Tepat jam 10 pagi aku dan rombongan sampai di rumahnya Gemintang. Ada beberapa pria berbatik yang sedang duduk duduk kursi di halaman rumahnya langsung menyambutku yang baru turun dari mobil.
Di sebelahku ada ibu yang memakai gamis warna cokelat. Juga beberapa orang di belakang ada Uwa, kakak dari almarhum ayah dan istrinya, Teh Alya, dan dua adikku lengkap dengan suaminya masing-masing. Kami lalu berjalan menuju rumahnya Gemintang. Beneran deg-degan, apalagi melihat papinya Gemintang sudah menyambutku di depan pintu rumah.
Setelah mengucapkan salam, kami diarahkan untuk masuk ke dalam menuju taman belakang yang sudah disulap dengan beberapa dekorasi yang 'Gemintang' banget, thanks to Wira dan Kinanti buat dekorasi yang cantik ini.
Ada beberapa kursi yang sudah diisi oleh - yang aku tahu- itu keluarga besar Gemintang. Ada Eninnya alias neneknya, Kakang juga Kanaya, Galaksi, adik dan kakaknya mami-papi, juga beberapa sepupu Gemintang yang pernah ketemu denganku. Berbeda dengan keluargaku hari ini hanya keluarga inti saja yang datang.
Setelah ucapan selamat datang dan beberapa nasihat dari yang dituakan, akhirnya aku diberikan kesempatan untuk menyampaikan maksud dan tujuannya datang kesini.
"Papi, maksud kedatangan Saba ke sini adalah untuk meminta Gemintang menjadi istri Saba. Apa Papi dan Mami mengizinkan?"
Papi dan Mami saling pandang, kulihat Mami beberapa kali menyeka ujung matanya dengan tisu.
"Papi tau Saba anak yang baik dan sangat sabar selama ini mau menunggu Gemintang, Papi dan Mami sudah percaya dengan Saba dari pertama kamu datang ke sini. Jadi insya Allah Papi izinkan Saba untuk meminang Gemintang."
Alhamdulillah, aku langsung mengenggam tangan ibu. Dan kulihat ibu pun berkaca-kaca matanya. Ibu tahu bahwa anaknya yang satu ini telah berjuang keras untuk mengesampingkan ego dan keinginannya demi tanggung jawab terhadap amanah ayah. Kali ini, setelah dua adikku menikah dan mempunyai imam masing-masing, giliran aku yang menyelesaikan tanggung jawabku.
Tak lama, dia datang. Gemintang-ku. Sangat cantik dengan kebaya -ehem, oke Gemintang kemarin sempat bilang- warna nude dipadukan dengan bawahan motif batik yang sama dengan batik yang kupakai.
Aku ga bisa berhenti tersenyum, she's my love. And she's the one and only who makes me crazy. Beneran gila kalau aku ga jadi nikah sama dia. Amit-amit Ya Allah.
Tiba giliran ibu berdiri menghampiri Gemintang, ditemani mami dan papinya, Ibu memberikan cincin yang sudah disiapkan dan memasukkannya ke jari manis Gemintang. Officially, Gemintang punyanya Saba. Lalu mereka bersalaman, saling berpelukan.
Acara utama sudah selesai, kali ini waktunya ramah tamah. Seluruh undangan yang hadir sudah berbaur dan menyantap makanan yang disediakan. Aku pun yang sedang menyantap sate kambing ditemani Gemintang tak henti-hentinya tersenyum melihat cewe cantik di depanku ini.
"Kenapa sih, Sab, senyum-senyum mulu?" tanyanya. Dia yang hanya makan buah potong lalu menghentikan proses mengunyahnya.
"Ga nyangka aja kita udah di tahap ini, Gem." jawabku singkat.
Dia lalu tersipu. Dan mengelus pipiku yang baru saja kemarin sengaja aku cukur biar jambang andalanku ini ga berantakan.
"Makasih, sayang."
Sumpah demi apapun, harusnya tadi ku iya-kan tawaran papi untuk langsung akad nikah. Toh semua syarat menikah sudah terpenuhi, ada wali dan saksi juga calon pengantin.
"Aku harus sabar lagi sampai sebulan kedepan ya, Gem?"
Dia mengangguk.
"Untung Kak Kinan nyanggupin untuk bisa prepare nikahan kita dalam waktu sebulan aja."
Oh iya, mana itu dua manusia penyelamat hidupku? empat tahun ga ketemu karena Wira lanjut kuliah ke London dan aku pun pindah dinas, baru ketemu lagi seminggu yang lalu itupun hanya sebentar cuma untuk ngebahas dekorasi hari ini.
"Sab, selamat ya." sebuah tepukan halus mendarat di punggungku. Kulihat itu Fahmi, juga ada Maul. My bro, teman bucinku. Kemudian Wira pun datang, dengan Kinanti dan anak laki-lakinya.
Gemintang lalu menyalami mereka semua. Dia juga mengajak anak laki-lakinya Kinanti untuk mengambil puding.
"Makasih udah mau datang ya..."
"Anytime, Sab. Kalau kita bisa pasti datang kan?" kata Maul. Dia udah menikah tahun lalu, dan sekarang ditempatkan di Bogor. Istrinya lagi hamil tua jadi ga memungkinkan untuk perjalanan jauh.
Fahmi, belum nikah. Masih nge-bucin aja ngejar Cinta. Eh, Cinta ada ga ya? Dia kan tetangga Gemintang.
"Mi, Cinta ga diajak ke sini?" tanyaku.
"Malu katanya. Tar paling abis dari sini gue mampir ke rumahnya." jawabnya. Yes, another geng bucin yang belum pecah telor si Fahmi ini.
Cuma Wira sama Kinanti yang udah family goals banget. Wira masih stay di Bandung, masih sibuk nge-WO bareng Kinanti juga. Anaknya itu, Adam lucu banget. Kalau aku punya anak cewe nanti pasti aku jodohin sama dia deh.
"Ga nyangka gue, elo masih setia aja nunggu Gemintang, Sab." ujar Wira.
"Kan berguru pada mahabucin Wira Adinaya, yang level bucinnya udah tahap akut, iya kan, Nan?" aku mencari pembenaran pada Kinanti.
"Sampai sekarang, diem-diem gini manjanya ngalahin Adam." Kinanti ikut berkomentar. Wira lalu mengecup pipinya Kinanti sekilas.
"Anjeeeeer... Wira yang sekarang udah berubah yaaa..."
Inilah keseruan kami, saling ledek level bucin masing-masing. Malah kata Gemintang ga cocok di kantor pada cool, gak banyak omong, punya banyak anak buah, tapi masih nge-bucin kayak anak SMP.
Gemintang pun datang dengan semangkuk puding di tangan kiri, dan tangan kanannya mengenggam tangan mungil Adam.
"Gemintang udah cocok banget jadi ibu, kan, Nan?" tanyaku pada Kinanti.
Gemintang langsung malu, dia lalu duduk di sebelahku setelah mendudukan Adam di kursi sebelah Kinanti.
"Sebulan lagi langsung gas pol, Sab."
Aku dan Gemintang tertawa mendengar celetukan Fahmi.
"Beneran nih anak ngebet nikah. Untung ballroomnya masih ada yang available, semua beres, tinggal fitting baju doang. Undangan besok baru selesai cetak, gue titip ke siapa?" tanya Kinanti.
Minggu lalu setelah aku proposed Gemintang di lapangan futsal, aku dan Gemintang langsung menghubungi Kinanti, minta dibantu untuk semua prosesnya. The power of emak-emak, Kinanti makin jago lobi orang hotelnya. Semua beres seberes-beresnya. Besok sebelum pulang ke Jakarta, aku dan Gemintang dijadwalkan untuk fitting baju pengantin.
"Bisa titip ke mami aja, kak. Nanti mami yang bakal urus undangan. Untuk keluarga Saba nanti dianterin ke rumah aja, ya?"
Kinanti mengangguk. Lalu dua wanita itu terlibat obrolan yang seru seakan-akan hanya ada mereka berdua.
Dan aku selalu jatuh cinta melihat Gemintang dengan mata berbinarnya ketika berbicara dengan orang lain, ataupun denganku.
She's my everything.
*
Btw...
Perlu visual-nya Saba dan Gemintang, gak siiih? 😊
![](https://img.wattpad.com/cover/172586181-288-k588456.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMINTANG (completed ✔️)
RomanceNamanya Gemintang. Anak Papi Bumi dan Mami Wulan. Pacarnya.... Gak punya. Baru aja putus 6 bulan yang lalu karena mami ga setuju. Ya, baiklah, sebagai anak yang baik dan gak mau sampai dikutuk jadi batu berlian, Gemintang nurut sama mami. Karena res...