2. The Thing

875 69 0
                                    


     City POV

     Sudah seminggu lebih aku memohon kepada orang tuaku untuk pindah sekolah. Aku sudah tidak kuat untuk menahan semua siksaan orang-orang di sekolahku. Apalagi sejak pernyataan cinta bodoh itu tersebar. Orang-orang di sekolah terutama dikelasku semakin punya bahan untuk menghinaku. Alhasil hari demi hari disekolah semakin terasa berat.

     Dulu aku bisa bertahan sebab aku aku masih punya penyemangat dan tujuan untuk datang ke sekolah. Tapi sekarang hal itu sudah hilang dan aku merasa sangat hampa dan kesepian. Aku sadar bahwa setelah kehilangan penyemangatku, aku hanyalah orang yang lemah.

     Orangtuaku sangat menyayangiku tapi kali ini mereka menolak permintaanku. Alasan mereka selalu saja karena sekolah tidak mengijinkan permintaan pindahan ku. Tapi aku tidak percaya koneksi mereka selemah itu aku yakin merekalah yang tidak mau aku pindah. Jadi kuputuskan untuk terus berusaha sampai mereka setuju mengeluarkan ku dari penjara itu.

     "Pah, aku mau pindah. Aku gak mau sekolah disitu lagi" pintaku dengan manja.

     "Pindah dari sekolah itu gak gampang City. Kan sudah dijelaskan berkali-kali kalau sekolahmu tidak mengijinkan permintaan pemindahanmu" Papa mengulang ucapannya lagi untuk kesekian kalinya.

     "Jelasin sama aku yang sebenarnya kenapa pah? Gak mungkin alasannya itu" rengek ku yang tanpa kusadari membuat mama kesal.

     "City! Kamu lihatkan Papa kamu sedang sibuk, jadi kamu jangan banyak tingkah. Sebelumnya juga kamu seperti ini waktu minta dimasukkan ke sana, sekarang malah merengek minta keluar. Mau kamu apa?" bentak mama.

     Aku dan Papa terdiam. Satu sisi mama memang benar tapi aku punya alasan masuk akal mengapa aku mau keluar dari sana. Aku menutupinya karena aku tidak mau mereka khawatir dengan keadaanku dan bagaimana bodohnya aku disana.

     "Aku punya alasan kenapa aku minta keluar dari sana dan aku gak mau beritahu alasannya" ujarku pelan dan sedikit ragu.

     "Kalau begitu jawaban kamu, Mama juga gak bisa kasih alasan kenapa kamu gak bisa pindah" Mama semakin kesal.

     "Aku bukan gak mau cerita tapi aku gak bisa. Aku bakal kasih tau setelah keluar dari sana."

     "Kenapa gak bisa?"

     "Pokoknya gak bisa"

     "Iya, kenapa?!" Mama mulai memaksa.

     "Karena aku di permalukan Mah. Aku disakiti disana, aku gak kuat lagi."

     Akhirnya aku melepas semua karena tidak tahan dengan hujan pertanyaan yang diberikan mama padaku. Ingatan akan rasa sakit yang kurasakan selama bersekolah disana mendadak terngiang dikepalaku. Akupun menjadi emosional dan membuatku menangis sambil menundukkan kepala.

     Aku tidak tahu bagaimana reaksi mereka setelah mendengar ucapanku barusan. Namun aku yakin mereka pasti sangat terkejut saat tahu alasan yang sebenarnya.

     Jujur saja aku bukan orang yang suka menangis dan orangtuaku jelas tahu akan hal itu. Jadi, jika aku sudah meneteskan air mata itu artinya aku sangat tidak baik-baik saja.

     "Mengapa kamu pendam sendiri dan kenapa tidak cerita pada kami sejak awal?" tanya Papa khawatir.

     "Aku cuma gak mau kalian cemas" jawabku takut.

     "Apa alasan mereka makanya kamu di bully nak? Salah kamu apa?" tanyanya lagi.

     "Apa itu bully Pa?" tanyaku balik.

Stupid ConfessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang