City POVSudah dua hari ini aku terus bermimpi tentang kejadian bersama Jefri di basement waktu itu. Saat itu dia benar-benar menakutkan bagiku. Tatapan, teriakan dan tuduhannya benar-benar membuat perasaanku kacau. Oknum tidak bertanggung jawab yang melakukan itu padanya benar-benar niat menjebakku. Untungnya aku bisa kabur saat itu sebelum hal-hal yang lebih menakutkan lagi terjadi.
Dia padahal baru tersiram air got saat itu. Bukannya pulang membersihkan diri terlebih dahulu dia malah datang menemui ku dengan alasan dia sedang mengejar penguntit nya. Kalau memang benar dia sedang mengikutinya, mengapa aku tidak melihat siapapun yang turun dilantai tempat aku berada kemarin?
Pikiran-pikiran buruk jadi menghantuiku setelahnya. Alhasil aku jadi tidak memiliki keberanian untuk bertemu dia disekolah. Dua hari ini aku sengaja bolos sekolah supaya bisa menghindar darinya. Kupikir dengan menghindarinya hidupku akan aman selama beberapa hari tapi ternyata aku salah. Aku malah berakhir menjadi pengecut.
Hal ini tidak bisa kubiarkan terus menerus, kepalaku bisa pecah kalau begini. Melarikan diri bukan lah jawaban yang tepat untuk masalah yang satu ini. Sama seperti masalah antara aku dan Julia, aku juga harus berbicara dengannya dan menghentikan ini semua.
(Keesokan harinya di sekolah)
Aku tidak bisa tidur karena terlalu bersemangat untuk menyelesaikan masalah ini. Meskipun mataku mengantuk dan badanku ingin rebahan, aku ingin menyelesaikan masalah ini tanpa mengundur waktu lagi. Demi hidup tenang tanpa benan tidak ada salahnya berkorban bukan?
Saat bel istirahat, aku memutuskan mencarinya ketempat yang sering dia datangi. Sudah cukup lama aku mengitari tempat-tempat itu tak kudapati batang hidungnya di manapun. Ini sangat menyusahkan bagiku karena sebentar lagi bel masuk berbunyi.
"Kenapa dia harus menghilang disaat seperti ini?" batinku.
Kucari kemanapun dia tak juga kutemukan. Sepertinya aku harus mengurungkan niatku untuk berbicara dengannya hari ini.
Saat memutuskan balik kekelas tak sengaja aku melirik ke sampingku. Aku berhenti untuk taman belakang sekolah, tempat dimana aku menyatakan perasaanku untuk pertama kalinya.
Kalau diingat-ingat kembali alasan aku memilih tempat ini menjadi tempat bagiku untuk menyatakan perasaan sangatlah konyol. Aku sangat percaya bahwa taman ini adalah tempat bersejarah dimana setiap orang yang menyatakan perasaannya disini akan berhasil seratus persen. Dipercayai bahwa taman ini sudah meresmikan banyak pasangan di sekolah. Sungguh sangat menyebalkan rumor itu karena aku tidak termasuk kedalamnya. Jangan-jangan keajaiban tempat ini tidak terjadi padaku karena orang yang kusukai bukanlah manusia melainkan mayat hidup bernama Jefri.
Aku akhirnya memutuskan masuk kedalam untuk melihat barangkali ada pasangan yang baru diresmikan di tempat ini. Saat melihat-lihat bukannya pasangan yang kudapati melainkan dan Jefri sedang duduk santai. Kebetulan dia duduk dibangku yang sama dengan yang dia duduki saat aku menyatakan perasaanku waktu itu.
Aku terdiam karena tidak percaya akan bertemu dengannya disini. Aku ingin bersantai tapi malah bertemu dengannya disini. Walaupun begitu aku beruntung tidak harus mengundur waktu lagi untuk bicara dengannya karena sekarang dia sudah ada di hadapanku.
"Ada yang mau gue bicarakan sama lo" ujarku seraya berdiri disampingnya.
Dia tidak membalas seperti tidak ingin berargumen denganku. Aku pun
meliriknya untuk melihat ekspresinya saat ini. Tapi bukannya sedang mengabaikanku, dia ternyata sedang tidur sambil melipat tangannya. Sepertinya hembusan angin yang lembut membuatnya tertidur pulas sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stupid Confession
RomancePernyataan cinta itu meskipun bodoh kelihatannya. Hal itulah yang membuatku menjadi diriku yang sekarang. Terkadang sedikit keberanian untuk mengungkapkan perasaan yang kita miliki pada orang lain tidaklah buruk. Sebab bisa jadi itu menjadi momen pe...