"Mau saya antar?" ujar pria muda ini lagi.Padahal aku belum menjawab pertanyaan sebelumnya tapi sekarang dia malah dengan senang hati menawarkan diri. Jangan-jangan dia membantuku karena kekurangan pekerjaan lagi, karena tidak mungkin orang penting di perusahaan mau membantu anak sekolah tersesat sepertiku. Kalau begitu orang ini pegawai biasa atau mungkin lebih rendah lagi? Tapi apa iya pegawai biasa memakai setelan jas mewah begini?
"Sepertinya anda tidak bisa melakukannya, kita masih ada meeting sebentar lagi pak direktur."
"Apa? Direktur katanya?"
"Melihat seseorang yang sedang membutuhkan pertolongan. Bukankah seharusnya kita membantunya Pak Gilbert?" ujar direktur muda ini sambil tersenyum.
"Tapi direktur---"
"Tidak usah khawatir, meeting tetap dilaksanakan seperti jadwalnya. Saya akan datang setelah selesai mengantar nona ini."
Aku jadi merasa tidak enak dengan kebaikan direktur ini. Dia memilih repot menghantarku meskipun ada pertemuan penting yang harus dipimpinnya sebentar lagi.
"Boleh saya tahu nama anda?" tanyanya yang membuyarkan lamunanku.
"Oh iya saya lupa memperkenalkan diri. Nama saya City."
Dia terdiam sejenak ketika aku menyebutkan namaku. Reaksinya terlihat sedikit aneh untuk orang yang tidak mengenal satu sama lain.
Ting!
(Pintu lift terbuka)
"Kita sudah sampai, silahkan Nona City" ujarnya mempersilahkanku.
Bisa kulihat reaksi tidak nyaman pria tua bernama Pak Gilbert ini padaku selama aku diperlakukan dengan baik oleh pak direktur. Bahkan saat pintu lift tertutup dia terus memasang wajah kesalnya dan menatapku tajam.
Pak direktur mengajakku berjalan berdampingan dengannya. Dia tidak bicara sama sekali selama perjalanan yang membuatku sedikit nyaman. Hal itu kuanggap baik karena aku tidak terlalu jago dalam bersosialisasi walaupun mata pelajaran kesukaanku adalah sosiologi. Aku cenderung nyaman dengan kesendirian dan minim interaksi sosial.
"Kita sudah sampai" ujarnya seraya sampai didepan pintu.
Kalau jaraknya ternyata tidak jauh dari lift lalu mengapa dia harus repot-repot mengantarku. Jangan-jangan ini yang berusaha disampaikan Pak Gilbert tadi tapi langsung dipotong olehnya.
"Sepertinya kamu sedikit bingung. Apa perlu saya mengetuk pintu ini untukmu?" Lagi-lagi dia menawarkan diri dengan berlebihan.
"Tidak, tidak usah. Anda sudah sangat membantu saya sampai kesini Pak Direktur. Tidak perlu repot-repot, saya bisa sendiri, anda bisa lanjut bekerja. Terimakasih banyak" kataku yang membuatnya tiba-tiba tertawa terbahak-bahak.
"Saya bukan direktur anda nona" ujarnya sambil tertawa lagi.
Tawanya saat ini sangat lepas seperti tidak pernah tertawa sebelumnya. Padahal kalau dipikir-pikir ucapanku sama sekali tidak lucu. Tapi bisa-bisanya dia tertawa seperti sekarang hanya dengan dipanggil pak direktur saja olehku.
"Anda tidak perlu memanggil saya seperti pegawai disini. Panggil saja saya Damian" katanya setelah berhenti tertawa.
"Saya terlalu canggung setelah tahu posisi anda pak, bukan-bukan, tuan maksudku direktur. Astaga aku ngomong apa sih?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Stupid Confession
RomancePernyataan cinta itu meskipun bodoh kelihatannya. Hal itulah yang membuatku menjadi diriku yang sekarang. Terkadang sedikit keberanian untuk mengungkapkan perasaan yang kita miliki pada orang lain tidaklah buruk. Sebab bisa jadi itu menjadi momen pe...