12. Confused

321 24 0
                                    


     (PEMBACA HARAP BIJAK DENGAN ADEGAN KEKERASAN DI CHAPTER INI. TIDAK UNTUK DITIRU! TERIMAKASIH🙏)

     (3 hari yang lalu)

     Sepulang dari perusahaan tempat Julia bekerja. Aku tidak berselera makan dan hanya ingin tidur. Ancaman Jefri membuatku takut, stres bahkan sampai mimpi buruk.

     Sepertinya dia sangat serius dengan ucapannya untuk balas dendam kalau aku berbuat lebih. Jika penguntit itu benar-benar ada, dia benar-benar kurang ajar. Bisa-bisanya dia menjebakku kedalam permainan hina milikinya.

    Dari sorot mata Jefri bisa kulihat sepertinya dia benar-benar tersiksa dengan perlakuan penguntit itu. Aku tidak habis pikir bagaimana dia bisa melakukan kejahatan itu tanpa rasa bersalah.

     Hari ini juga hal yang dialami Jefri tidak bisa dianggap remeh sebab dia menemukan teror cermin penuh darah di lokernya. Dia juga disiram air kotor dan dikunci di dalam gudang saat mengejar penguntit itu. Untungnya karena fisiknya yang kuat dia bisa mendobrak pintu gudang dengan kekuatannya sendiri. Namun sialnya penguntit itu kabur pas sekali ketempat dimana aku berada dan turun dilantai yang sama denganku. Otomatis Jefri dengan mudahnya menduga bahwa akulah penguntit itu. Dia seperti sengaja menjebakku dengan semua bukti-bukti yang ada mengarah padaku.

     (Flashback Off)

     "Lo harus jadi pacar gue" ucapnya sambil menyeringai.

     "Pacar?" teriakku ditengah keheningan.

     "Setelah jelas-jelas menolakku, sekarang dia ingin aku jadi pacarnya?" batinku.

     "Lo jangan-jangan masih mikir kalau gue masih suka sama lo? Maaf ya, tapi gue itu udah gak ada perasaan apapun lagi ke lo. Lo harus camkan itu" kataku sambil tertawa kecil.

     "Jangan kegeeran makanya. Gue bukan lagi minta lo buat jadi pacar gue tapi nyuruh lo buat pacaran sama gue" ujarnya sambil menekankan kata nyuruh.

     "Lo maksa gitu? Emangnya kita pacaran itu hubungannya apa dengan masalah ini?" tanyaku bingung.

     "Kalau lo jadi pacar gue otomatis lo bakal bareng gue. Kalau memang saat teror baru terjadi dan lo ada sama gue, itu artinya lo memang bukan penguntit sialan itu. Saat itulah lo bisa buktikan semua ucapan lo dan gue salah akan semua tuduhan gue. Lo dan gue perlu membuktikan siapa penguntitnya bukan?" jelasnya.

     Aku sangat terkejut dengan rencana brilian namun sedikit memaksa yang dirancangnya. Aku bertanya-tanya sejak kapan dia membuat rencana itu di kepalanya padahal dari tadi kami bicara terus menerus.

     Tapi aku tidak bisa menyetujuinya walaupun ide ini bisa membersihkan nama baikku. Aku tidak segampang itu untuk dijadikan boneka setelah apa yang telah diperbuatnya padaku tempo hari.

     "Maaf, tapi kita harus cari cara lain. Gue bakal cari cara lain buat ngebersihin nama gue" kataku yang membuatnya tersenyum meremehkanku.

     "Sampai lo jadi lebih pintar dari lumba-lumba pun, cara satu-satunya yang bisa lo temukan cuma ini" ujarnya dengan enteng.

     "Gue gak mau, titik"

     Dia terdiam sambil menatapku. Aku tidak mau dia melihatku mengeluarkan air mata yang sedari tadi akan keluar. Jadi, tanpa basa-basi aku langsung berlari keluar meninggalkannya disana.

 ***

     Sudah seminggu berlalu dan aku belum juga mendapat ide untuk mengganti ide gila Jefri. Jika aku bertemu dengannya tanpa ide apapun bisa-bisa aku terlihat menyedihkan dihadapannya. Kegilaan ini membuatku selalu menghindar darinya dengan berada di belakang gedung kelas sepuluh setiap jam istirahat berlangsung.

Stupid ConfessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang