7. Someone I Knew

466 37 1
                                    


     City POV

     Aku melihat seorang anak laki-laki dengan senyuman indah rupawan menghiasi bibir merahnya. Dia menatapku dengan tatapan hangatnya. Dia ingin mengajak ku bermain bersamanya namun orangtuaku menarikku saat aku melangkahkan kakiku keluar dari pagar rumah. Aku menangis keras tak ingin masuk kerumah namun tubuhku yang mungkin yang masih kecil tidak mampu melawan. Anak laki-laki itu terlihat sedih dan kecewa melihat ku. Dia mengayuh sepeda nya pergi meninggalkan ku sendirian sementara aku berteriak memanggil namanya.

     "Leon... Leon...." aku berteriak memanggil namanya.

     Aku mendengar suara seseorang mencoba memanggilku dan lama-lama semuanya kabur. Diriku yang ada dimimpi itu perlahan bangun.

     Saat aku bangun terlihat wajah seseorang yang tidak kukenal menatapku dengan panik. Aneh sekali dia bisa sekhawatir ini padaku padahal dia orang asing.

     "Anda siapa?" tanyaku seraya bangun.

     "Saya Anastasya. Saya melihat kamu pingsan di pesta tadi, jadi saya bawa kamu kesini. Kita sedang berada di rumah sakit sekarang"

     "Begitu ya, terimakasih" kataku sambil menunduk.

     "Kamu dari tadi panggil seseorang bernama Leon terus menerus saat kamu tidur tadi. Apa saya perlu memanggil orang itu?" tanyanya yang membuatku terkejut.

     "Benarkah? Saya kira saya memanggilnya hanya di dalam mimpi saja. Tapi anda tidak perlu melakukan itu, orang itu tidak akan datang kemari meskipun dia tahu keadaanku seperti ini"

    Betapa terkejutnya aku melihat wanita ini tiba-tiba memelukku erat.

     "Tidak apa-apa untuk kecewa namun kamu harus ingat untuk bahagia" katanya sambil mengelus rambutku pelan.

     "Siapa wanita ini? Mengapa dia begitu perduli padaku? Bahkan dia memasang raut wajah yang seharusnya Mamaku pasang sekarang. Disaat aku butuh pelukan seorang Ibu malah orang asing ini yang memberikannya" batinku.

     Sejenak aku terdiam menikmati kehangatan yang diberikan orang asing ini padaku. Berlebihan kah jika aku menginginkan Mama bisa sehangat ini padaku bahkan untuk sehari saja.

     Tidak boleh, aku tidak boleh mengharapkan hal seperti itu pada Mama. Dia tetap ibuku mau bagaimanapun perlakuannya padaku.

     "Aku harus kembali ke pesta itu. Orangtuaku pasti sedang mencari ku" ujarku sambil melepas pelukannya.

     "Tapi kamu masih butuh perawatan disini. Biar saya saja menghubungi orangtua kamu supaya mereka bisa datang kemari"

     Orang ini sangat perhatian padaku. Anaknya pasti sangat beruntung memiliki ibu seperti dirinya.

     "Tidak perlu, saya sudah baikan. Lebih baik saya pergi sekarang dan istirahat dirumah saja. Sekali lagi terimakasih atas pertolongan anda dan maaf mengganggu waktu anda"

     Aku tidak ingin merepotkan orangtuaku dengan keadaanku yang seperti ini. Semoga saja mereka tidak sedang mencari ku seperti tadi. Kalau iya, aku semua usahaku gagal total.

    "Kamu pasti sungkan karena saya orang asing. Padahal saya tulus membantu kamu" ucapnya yang membuatku tidak enak.

     "Tapi ya sudah, saya tidak akan memaksamu. Saya harap kamu tidak menolak tawa saya kali ini untuk menghantarkan kamu. Setidaknya permintaan saya kali ini bisa kamu kabulkan karena saya khawatir sama kamu. Saya hany tidak mau kamu pingsan lagi seperti tadi, tidak lebih"

     "Wanita ini benar-benar mengkhawatirkanku"

     Aku pun dengan polosnya mengangguk menyetujui permintaanya. Dia tersenyum senang padaku lalu berjalan keluar.

     "Kita akan kembali setelah suster membuka infus mu. Aku sudah memanggilnya dan sebentar lagi dia pasti datang" katanya sekembalinya dia dari luar.

     Seperti perkataannya tak lama suster datang dengan kotak medis ditangan nya. Aku terus memperhatikan wanita ini, wajah nya sangat tidak asing bagiku namun aku tetap tidak mengingat dimana atau kapan pernah melihatnya.

     City POV Off

     [Pesta Reuni | Di Hotel ]

     "Rayn, kamu masih ingat dengan Julia?"

     "Masih tapi kenapa tiba-tiba kamu bertanya tentang dia?"

     "Dialah yang merancang semua pesta reuni ini terkhusus tamu-tamunya. Dia tidak memberikan limit tamu yang hadir, benar-benar luar biasa bukan?" ujar Derry semangat.

     "Kabarnya dia mengeluarkan biaya yang sangat besar untuk acara ini. Bahkan dia tidak segan-segan menggunakan hotelnya sendiri yang artinya tempat yang kita duduki sekarang adalah miliknya" sambungnya.

     "Bukan nya dia pengangguran dulu?" tanya Kathie.

     "Benar tapi setelah dia menikah dengan konglomerat Jepang. Dia mencoba peruntungannya di bisnis properti dan akhirnya dia punya modal sendiri lalu mencoba berinvestasi dimana-mana dan lihatlah. Dia sekarang pemilik hotel, pusat perbelanjaan terkenal, dan kalau tidak salah sebuah rumah sakit dan sekolah privat juga"

     Rayn dan istrinya terdiam mendengar cerita itu. Mereka sangat terkejut apalagi mengingat dulu mereka pernah bermasalah dengan wanita bernama Julia itu.

     "Jujur aku bangga melihat usaha dan kerja kerasnya. Aku sangat suka dengan wanita pekerja keras seperti dia" ucap Derry yang membuat wanita disebelah nya kembali menatapnya sinis.

     "Sudah- sudah, jangan bahas dia lagi. Aku sampai lupa mau bertanya padamu, dimana putri mu berada? Ada yang ingin ku bicarakan dengannya"

     "Apa yang ingin Ayah bicarakan dengan nya?" tanya Jefri kesal.

     Kathie menendang pelan kaki putranya itu mengisyaratkannya untuk diam.

     "Siapa tadi namanya... Ah, City. Dimana City?" tanya Derry lagi.

     Rayn dan Ashley mencoba melirik kesemua tempat mencari City namun tidak ada terlihat sedikitpun kehadiran putrinya.

     "Itu putrimu kan? Tapi siapa wanita yang berjalan bersamanya? Wajahnya tidak asing sekali" ujar Derry sambil menunjuk ke belakang Rayn dan Ashley.

     Sontak mereka semua melihat ke arah yang ditunjuk Derry bersamaan. Orangtua City terkejut melihat orang yang berada disamping putrinya. Orang yang baru saja mereka ceritakan sekarang bersama putrinya dan berjalan menghampiri mereka.

     "Selamat malam semua, maaf mengganggu pembicaraan kalian. Lama tidak bertemu" sapa Julia dengan senyum manis.

     City cukup bingung melihat wanita yang menolongnya terlihat akrab dengan keluarganya dan keluarga Jefri.

     "Mengapa kalian terdiam begitu? Apa kalian lupa siapa aku? Aku Julia, kalian dulu sering panggil aku Lia."

     Mendengar nama tidak asing itu tiba-tiba City terbawa ke masa lalunya yang terlupakan. Wanita itu bukanlah orang asing melainkan orang yang sudah dikenalnya sejak kecil. Dia masih ingat meskipun samar-samar kenangan buruk dengan wanita itu. Wanita yang sempat menjadi perusak hubungan keluarganya dimasa lalu.

     Falshback On

     "Pergi kau! Dasar wanita penggoda. Sudah untung kau kuberi makan dan tempat tinggal. Sekarang kau minta lebih, dasar tidak tau diri. Keluar dari rumahku sekarang!" teriak Ashley.

     Ashley melempar semua barang milik Julia sambil memeluk kuat City yang menangis takut.

     "Jangan pernah kembali, apalagi menunjukkan diri di hadapanku! Pergi sana, wanita menjijikkan!"

     Julia hanya bisa menangis sambil memungut semua barang-barangnya yang berserakkan dan pergi dari rumah itu.

     Flashback Off

     City melihat Julia sambil mengingat kejadian pahit itu. Wajahnya memerah seketika menahan emosi. Kekhawatirannya yang dulu tiba-tiba kembali lagi. Perasaan takut akan fakta yang berasal dari dugaannya selama ini muncul seketika menghantuinya. Bagaimana bisa dia melupakan ingatan pahit akan fakta bahwa dia bukanlah anak Ashley melainkan Julia.

Stupid ConfessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang