Flashback On
"Gue baru lihat dua orang siswi di bully di belakang gedung kelas sepuluh" ujar Harry seraya sampai di Cafetaria.
Jefri dan dua temannya yang sedang asik makan otomatis memandangnya tidak percaya. Jefri cukup kaget karena orang yang dicarinya dari tadi tidak kelihatan batang hidungnya dan berita barusan sangat melekat dengan yang selalu dihadapi orang yang dicarinya itu.
Jefri ingin langsung pergi kesana tapi dia mencoba meyakinkan diri terlebih dahulu dengan mendengarkan cerita Harry.
"Dimana lo lihat tadi?" tanya Bian.
"Di belakang gedung kelas sepuluh"
"Masih berlangsung?" tanyanya lagi.
Harry menggeleng dan menceritakan jalan cerita dia bisa ada disana saat kejadian itu terjadi.
"... dan akhirnya mereka semua kabur waktu ngelihat gue"
"Lo tahu siapa orang yang ngelakuin itu?" tanya Gilang penasaran.
"Yang bully gue gak kenal, tapi kalau korbannya... rasanya gue gak asing gitu sama wajahnya. Pernah lihat dimana tapi lupa" tutur Harry yang semakin membuat Gilang penasaran.
"Gak usah sok mikir, kayak lo kenal aja siswi di sini selain Sisi. Lagian ya, gak penting juga sama kita buat tahu siapa yang jadi korban" ledek Bian sambil menjitak kepala Harry.
"Elah, Sisi lagi. Ini gue beneran, gue belum puas sampai gue ingat siapa dia" ucap Harry serius.
Bian dan Gilang terkekeh melihat tingkah Harry yang serius saat ini. Mereka tidak menyangka temannya ini mau repot-repot mengingat orang lain selain pacar impiannya.
"Gue ingat!" teriak Harry membuat kaget mereka semua kecuali Jefri.
"Korbannya cewek yang pernah nembak Jefri di taman belakang itu. Namanya... shit, gue lupa lagi"
"City" lirih Jefri.
Meskipun suara Jefri sangat pelan untuk didengar tapi mereka bertiga tetap menoleh padanya. Sebab sangat jarang bagi temannya itu menghapal nama perempuan yang ditemuinya. Mantannya saja tidak pernah diingat apalagi perempuan yang sudah ditolaknya mentah-mentah. Bahkan kadang nama teman dekatnya saja dia sering salah ucap.
"Jef, lo gak lagi sakit kan?" tanya Gilang mulai takut.
"Iya, lo bisa hapal nama orang dan gak salah pula. Kayaknya lo sakit deh?"
"Sialan tuh cewek, nama kita sering ditukar sama lo sampai gue pernah dipanggil Gilang. Lah dia dengan gampangnya di panggil sama lo" ujar Bian ngambek.
"Gue pergi dulu" pamit Jefri tanpa menanggapi pertanyaan teman-temannya. Yang bisa dilakukan Harry, Bian, dan Gilang hanya bisa menatap kepergian temannya itu.
"Kok sekarang gue pengen jadi si Siti ya? Siapa tahu kalau jadi dia, nama gue gak salah panggil lagi"
Ucapan Bian membuat temannya menatap bersamaan sambil mengangguk tanda menyetujui perkataannya. Sungguh sangat malang nasib mereka yang namanya bahkan tidak diingat oleh sahabatnya sendiri.
(Flashback Off)
City POV
Aku masih mengantuk tapi sudah waktunya untuk berangkat ke sekolah. Aku tidak bisa tidur semalaman karena pikiranku terganggu setiap kali akan tidur. Memikirkan apa yang akan terjadi lagi dan kejutan apa yang menungguku hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stupid Confession
RomancePernyataan cinta itu meskipun bodoh kelihatannya. Hal itulah yang membuatku menjadi diriku yang sekarang. Terkadang sedikit keberanian untuk mengungkapkan perasaan yang kita miliki pada orang lain tidaklah buruk. Sebab bisa jadi itu menjadi momen pe...