6. Help!

487 43 0
                                    


     Aku masih terkejut kala mengingat kejadian yang baru saja kualami. Orang misterius yang kutemui saat perjalanan pulang tadi masih meninggalkan ketakutan dalam diriku. Namun tingkah orang itu benar-benar aneh kalau dipikir-pikir. Dia membawa pisau tapi tidak seperti ingin membunuhku. Rasanya dia seperti ingin bermain-main atau mungkin mengancam?

     Padahal jarak kami berdua sudah sangat dekat dan tidak ada siapa-siapa di sekitar kami. Kalau memang dia ingin menghabisiku timingnya sudah sangat tepat. Anehnya dia malah memutuskan untuk tidak melakukan apa-apa. Dia hanya tersenyum menakutiku lalu kabur.

     (Suara pintu terbuka)

     "City, kamu sedang apa?" ujar Papa yang membuatku tersadar dari lamunanku.

     "Papa, anu... cuma lagi mikir tentang tugas sekolah" aku berbohong.

     Aku berusaha untuk tidak menambah pikiran Papa dengan kejadian yang baru kualami karena masalah yang dimilikinya sudah sangat merepotkan. Setidaknya kalau aku tidak bisa membahagiakannya aku tidak boleh merepotkannya bukan?

     "Besok ada pesta reuni sekolah Papa dan kita semua bakal pergi kesana. Besok kamu tidak ada urusan kan?"

     Sejujurnya aku tidak mau pergi kesana karena tidak nyaman bertemu orang banyak. Pastinya aku harus memakai topeng agar disukai oleh semua kolega orangtuaku. Tapi wajah berharap Papa membuatku tak tega untuk menolak.

     "Bagaimana kamu bisa?" tanyanya lagi.

     "Bisa kok, apa yang enggak buat Papaku ini" kataku sambil tersenyum manis mencoba menyembunyikan ketidakbahagiaanku.

     "Baguslah kalau begitu. Besok acaranya dimulai jam 6, jadi selesai sekolah langsung pulang ya"

     "Siap laksanakan bos" kataku yang membuat Papa tertawa kecil.

     Betapa bahagianya aku jika bisa melihat tawanya setiap hari seperti ini walau bukan harus aku yang melakukannya. Aku berharap kami bisa kembali bahagia seperti dulu lagi.

     [Esok harinya| 16.30]

     Tak kusangka hari ini ada les tambahan disekolah. Bisa-bisanya disaat-saat seperti ini mereka meletakkan jam tambahan pelajaran padahal banyak hari lain. Kalau begini kan aku jadi tidak sempat berdandan dulu sebelum ketempat reuni itu. Padahal aku ingin memberikan yang terbaik untuk Papa supaya dia tidak dianggap remeh disana. Siapa tahu dari acara ini dia bisa mendapat klien yang mampu mengeluarkannya dari kebangkrutan yang mengancamnya saat ini.

     Ada 22 panggilan tidak terjawab dan 9 pesan yang belum terbaca dari orangtuaku. Aku pun semakin panik dan mempercepat langkah kakiku. Namun ketidakberuntungan datang lagi menghampiriku dimana saat menuruni anak tangga tak sengaja aku terpeleset.

     Hal itu membuatku terjatuh cukup keras kebawah. Aku tidak mampu menghentikan diriku yang menggelinding kebawah tangga. Sebelumnya aku tidak menyadari bahwa tangga ini cukup tinggi tapi setelah jatuh di atasnya aku benar-benar percaya sekarang.

     Setelah sampai dilantai bawah aku tidak bisa menggerakkan kaki dan badanku sangking sakitnya. Wajah kecewa Papa mendadak terbesit dikepalaku dan membuatku menangis. Cukup lama aku menangis sampai akhirnya orangtuaku menghubungi ku lagi. Untungnya HP-ku tidak rusak meskipun sudah terbentur keras tadi.

     "Halo?"

     "Kamu dimana? Kenapa belum sampai dirumah?"

     Aku sudah mengecewakannya. Aku ini benar-benar anak yang jahat dan tidak tahu diri.

     "Ini udah dijalan Pa, sebentar lagi sampai. Maaf ya tadi ada kelas tambahan jadi pulangnya lama"

     Aku terpaksa berbohong agar dia tidak semakin kecewa padaku. Sebisa mungkin aku harus menutupi kecelakaan ini.

Stupid ConfessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang