Jam menunjukkan pukul 11 malam, yujin memilih menuju kamar apart minju karna minju tak kunjung mengangkat telfonnya sejak marah tadi.
Yujin tinggal di apart lantai 18, sedangkan minju di lantai 9. Tentunya yujin menggunakan lift, kalau naik tangga bisa gempor kakinya.
Saat ingin ke lift, yujin melihat sosok yang familiar yang ia kenal, tapi orang itu langsung masuk lift saat yujin baru ingin memanggil.
Yujin memiringkan sedikit kepalanya dengan mimik wajah bingung, tak mungkin ia salah orang.
Tapi tak ingin berfikir aneh, yujin kembali melanjutkan langkah menuju kamar minju.
Yujin tak perlu memencet bel unit milik minju, ia langsung memencet kata sandi minju yang passwordnya 6 digit belakang nomor hp yujin.
Yujin menyisir setiap sudut tapi tidak ada minju disana, ia lanjutkan memasuki kamar minju yang tak di kunci.
Minju tengah di balut selimut tebal di kasurnya dan sedang tertidur. Yujin ikut masuk dalam selimut secara perlahan. Memeluk minju yang membelakanginya.
Tangan satunya ia gunakan untuk menopang kepalanya sendiri agar dapat melihat wajah tidur minju. Yujin yang gemas pun mencium pipi minju berulang kali. Minju menggeliat dari tidurnya akibat gangguan dari jin botol.
Saat minju membuka mata, pemandangan yang ia lihat adalah yujin yang tengah tersenyum manis.
"Hehe ganggu ya?" Tanya yujin yang jelas jelas sangat menganggu.
"Ngapain sih. Sana ke kamar mba yang kamu tabrak" kata minju kembali membelakangi yujin.
"Kamu tau kamarnya?" Tanya jin tomang tak tau diri.
"Keluar ngga" kata minju yang sudah dalam posisi duduk.
Yujin malah melingkari perut minju dengan tangannya dan menarik minju kembali berbaring.
"Sana gih sama cewe la-- Mph"
Yujin membungkam minju dengan bibirnya. Mencium, mengecup, menggigit bibir minju. Minju selalu memakai lipbalm rasa vanila, membuat yujin terus melumat bibir manisnya.
Minju tanpa sadar pun membalas ciuman yujin sama panasnya. Dengan kamar dingin dan malam yang semakin larut semakin membuat keduanya terbuai.
Yujin turun mencium setiap inci leher minju. Leher jenjang minju yang wangi habis ia cecap dengan bibirnya.
"Enghh" erang tertahan melesat dari tenggorokan minju.
Mereka semakin terbuai dengan dukungan suasana yang semakin memanas. Minju pun meremas rambut belakang yujin.
Yujin mengecup dalam leher minju, memberi tanda pada satu bagiannya lalu tersenyum penuh makna.
Minju sama sekali tak menahan yujin. Minju telah percaya pada yujin, jadi ia percaya bahwa yujin akan memperlakukkannya dengan baik.
"Udah ah, ntar kamu bingung nutupin yang merah merah" kata yujin berhenti pada aktivitasnya lalu tertawa melihat wajah minju yang begitu merah akibat terbuai.
Minju kaget karna yujin berhenti, lalu menarik selimut menutupi wajahnya. Tentu saja yujin semakin tertawa di buatnya.
"Ntar lah bikin dede nya jangan buru buru ya hehe" kata yujin semakin menggoda minju.
Yujin menarik selimut minju, memegang pipi minju agar menghadap yujin.
"Maaf ya kalau aku kelewatan" kata yujin mengusap pipi minju.
"Muter balik aja kalau kelewat" jawab minju cuek.
"Yeuu, bilang aja tadi kamu gamau berhenti" goda yujin dengan nada mengolok.
"Ahn Yujin!"
"Iya sayangkuuu"
Minju memutar bola matanya malas,
"Hmm, kamu bakal setia ngga?" Tanya minju.
"Yaiyalah, ngga ada alasan buat aku selingkuh"
"Tapi dulu kamu sempet setahun pacaran dan bukan sama aku"
"Itu kan dulu. Dulu aku patah hati karna bidadari hilang gitu aja"
"Terus?" Tanya minju menggenggam tangan yujin. Mereka saling menatap langit langit kamar.
"Terus ada malaikat baik yang nyusun puzzle puzzle berantakan hati aku"
"Kamu masih mikirin sepupu aku?" Tanya minju mulai khawatir.
"Sedikit banyak mungkin aku masih mikirin dia, apa dia udah bahagia kaya aku bahagia sama kamu" kata yujin mencium punggung tangan minju.
"Ayo ketemu chaewon, kita susul dia di LA" kata minju.
"Kamu gapapa?"
"Gapapa, aku malah berterimakasih dia dulu pernah bantu kamu bangkit dari patah hati"
Yujin bergerak tidur di atas dada minju. Minju pun membiarkan yujin dan mengelus lembut kepala kekasihnya itu. Keenak si ujin
"Kenapa keluarga Kim itu punya sifat bidadari dan malaikat. Bersyukur aku pernah jadi bagian hidup kalian" kata yujin.
Minju hanya tersenyum dan terus mengelus kepala yujin dengan sayang, sudah seperti suami istri. Mereka diam, minju fikir mungkin yujin sudah tidur saking nyamannya.
Yujin belum tidur, tapi ia sedang memikirkan sesuatu.
"Kamu udah tidur dari tadi ya sebelum aku datang?" Tanya yujin.
"Iya, mungkin dari setengah 10 aku udah tidur"
Yujin kembali mengingat dia ke kamar apart minju itu jam 11 malam.
"Terus kenapa dia ke sini" ucap yujin pelan memikirkan seseorang yang ia kenal menaiki lift tadi.
"Siapa?"
"Husein"
------