Lipstik.. Bisa aneh gini sih. Berulang kali aku mengaca melihat perbandingan diriku antara kemarin dengan sekarang. Terlihat aneh.
"Gimana? Udah rapi?"
Aku melirik dari cermin ke seorang yang berdiri tegap di belakangku, lalu mengangguk sekali dan kembali lagi merapikan lipstikku. Aneh saja, sejak awal aku didandani oleh MUA sewaan Nina, bibirku tampak aneh saat diolesi lipstik matte milikku. Tidak biasanya.
"Dasinya gimana?"
Rrgghh, aku menggeram dalam hati antara kesal dan tidak sabaran. Aku masih sibuk memolesi bibirku tetapi Erik terus saja menggangguku dengan penampilannya. Kuberitahu kalau sekarang Erik sedang berdandan layaknya lelaki maskulin seutuhnya. Dengan setelan suit warna hitam polos dan dasi kupu-kupu yang sedikit menggelikan saat dilihat itu. Over all Erik terlihat sangat charming. Seandainya dia tidak bengkok, boleh juga kumasukkan ke dalam list calon jodoh.
"Dasi oke," gumamku kembali memolesi bibirku untuk terakhir kalinya karena kudengar samar MC sudah mau memulai acaranya.
"Cinta, udah mulai," heboh Erik membuatku semakin terburu-buru.
"Selesai."
Kurapikan beberapa alat make-upku dan kumasukkan ke dalam clutch warna perak milikku, lalu aku bergegas untuk menggandeng Erik keluar dari toilet wanita. Kami berdua buru-buru berjalan keluar dan tidak melihat kondisi, yang penting sampai duluan di ballroom hotel bintang lima yang menjadi tempat untuk akad nikah sekaligus resepsi Mona bersama Jo. Saking tergesa-gesanya aku saat keluar dari kamar mandi, aku baru sadar kalau tepat di ambang pintu ballroom sana berdiri lima lelaki tampan yang mirip sekali dengan patung Dewa-Dewa Yunani yang ada di negara Eropa. Spontan aku melepas gandengan Erik dan memutar balik badanku, ingin sekali berjalan ke toilet lagi namun teriakan Erik membuatku berhenti dan malu setengah mati.
"Laras!! Acaranya di sana! Ngapain balik?!" amuknya kesal.
Astaga, malu sekali aku. Sudah pakai heels 13 sentimeter jadinya susah sekali kalau mau langsung lari memasuki ballroom. Jadi aku berinisiatif kembali ke tempat Erik untuk menuju ballroom sambil menutupi wajahku dengan clutch.
"Lo jangan bikin malu gue dong!" geram Erik berusaha keras menekan sifat ke-bengkokannya. Aku meringis saja lalu sebelah tanganku kembali ditarik olehnya.
Baru saja kami berdua melewati lima Dewa tadi, satu panggilan yang kuhapal betul berasal dari pita suara siapa, memanggilku dengan tegas. Mampus, Laras. Mampus! Pengen banget gue nyemplung ke kolam sekarang juga.
"Laras?"
Erik berhenti lebih dulu jadi aku mendorongnya untuk terus melangkah dan tidak memperdulikan panggilan dari Sandro, tetapi rupanya mendorong badan Erik yang sebesar badak ini susah juga.
"Dipanggil si Bos, Oneng!" maki Erik lalu gantian mendorongku ke sekumpulan lima Dewa tadi, sedangkan dia langsung masuk ke dalam ballroom.
Sialan. Aku lupa, kemarin 'kan hanya Mona dan Nina saja yang tahu soal masalah hubunganku dengan Akssa. Aku lupa menceritakannya pada Erik. Pantas saja Erik tidak tanggap dengan kondisi. Sudah tahu di situ juga ada Akssa masih saja mendorongku ke arah kumpulan mereka.
Lagian kenapa juga Sandro memanggilku? Jarang sekali dia memanggilku diluar urusan pekerjaan. Hikk, jangan-jangan si Nina sableng udah kasih tahu ke doinya.Aku menggaruk sebelah pelipisku yang tidak gatal dan mulai melangkah kaku ke arah Sandro. Tubuhku berjalan sudah seperti robot Korea yang kaku tetapi cantik. Oh, jelas dong cantik. Sedikit menunduk agar tidak bertatapan dengan Akssa, aku meringis aneh ke arah Sandro dan sok akrab memberikan hormat kecil pada Sandro selaku CEO di kantorku.
KAMU SEDANG MEMBACA
• Damn, You !! •
Romance(17/21+) [COMPLETE] dipublish 10 Januari 2019 - tamat 16 Maret 2019 POV 1 [ Akssa & Laras ] Apa yang tidak dimilikinya? Uang, mobil, apartemen, perusahaan, emas batangan? Hampir semuanya dia miliki kecuali satu, wanita. Apa yang membuatku jatuh cin...