7.

16K 1.3K 101
                                    

Kami berdua barusaja sampai di apartemenku. Tubuhku yang terasa berat sekali ini masih menempel pada sofa ruang TVku sementara Akssa berniatan melepas kemejanya tanpa melepas seluruh kancingnya. Dia hanya membuka tiga kancing teratasnya dan melepas kemejanya seperti melepas kaos. Aku tersenyum tipis melihat itu. Tumben sekali dia mau shirtless di depanku. Ah, tidak di depanku sebenarnya karena saat Akssa melepas kemejanya ia sambil berjalan ke arah dapur.

Kedua mataku memicing begitu Akssa sudah shirtless dan dalam posisi berjalan membelakangiku, otomatis aku melihat jelas punggungnya yang menyimpan otot dan bahu yang lebar itu. Tubuhku menegak berusaha menjernihkan penglihatanku yang sepertinya masih beres ini.

Akssa punya tatto.

"Ssa!" panggilku cepat membuat Akssa yang berjalan santai memasuki dapur berbalik menghadapku. "Kamu punya tatto?!"

Seperti baru sadar, Akssa langsung menutupi punggungnya dengan kemejanya tadi. Dia tampak mengernyit canggung dan tidak mau menjawab pertanyaanku. Oh, apa ada sangkut pautnya sama masa lalu Akssa?
Ayolah, aku fine-fine saja kok dia mau bertatto atau apa, kenapa harus sih dia sembunyikan begitu.

Aku langsung beranjak dari sofa dan menghampiri Akssa segera. Dia masih berdiri canggung sambil menatapku was-was.

"Lihat dong!"

Akssa menjauhkan punggungnya dariku. Seakan-akan aku ini tidak boleh melihat tatto apa yang tergambar jelas sekali di punggungnya tadi.
Aku yakin dia punya dua tatto. Yang satu kalimat dengan huruf kanji yang melintang dari atas sampai bawah pada tulang belakangnya. Dan satu lagi seperti gambar absurd yang melingkar di tengah-tengah punggungnya, seperti bulan purnama atau sejenis yin and yang.

"Lihattt~" aku memutari tubuhnya namun Akssa tetap ikut berputar membuatku susah melihat ke punggungnya. "Kenapa sih?!"

"Nggak."

"Kok aku nggak boleh lihat."

Akssa diam tampak berpikir. Matanya yang bergerak-gerak kesana kemari membuatku yakin tatto itu memang dari masa lalunya. Kalau begitu aku harus apa? Cemburu sudah pasti ya ... siapa juga yang tidak cemburu. Pasti tatto itu permanen, tetapi kalau memang iya tatto itu mempunyai sangkut paut dengan Nara, aku mungkin akan ikhlas. Lagian Nara adiknya 'kan, terlepas dari perasaan cinta dari keduanya, ya.

"Not now," kata Akssa lalu pergi ke kamarku, tidak jadi ke dapur.

Aku hanya memicing ke arah punggungnya yang sekarang berjalan menjauhiku. Punggung itu sekarang sudah ditutupi oleh kemeja putihnya tadi. Ya ampun, bisa-bisanya aku tidak mengetahui hal satu ini. Akssa memiliki tatto yang aku sama sekali tidak mengetahuinya. Aku yakin tatto itu permanen karena warnanya tampak semi memudar namun kuat. Tapi ... kalau diingat-ingat waktu dulu aku mengurus Akssa saat mabuk dan mengganti bajunya dengan piyama, aku belum pernah melihat tatto itu. Waktu itu Akssa tengkurap dengan kesadaran nol setelah menghabiskan tiga botol alkohol di apartemenku. Aku melepas kemejanya dengan susah payah karena tubuh Akssa yang berat, aku bahkan tidak tahu soal otot perutnya. Aku hanya bisa menggunting kemeja Akssa secara paksa dan melepasnya lalu menyelimutinya dengan piyama. Waktu itu punggungnya masih polos sekali.

Kedua mataku membulat terkejut. Wah, dia membuat tatto sesudah mengenalku.

"Akssa!!" panggilku yang masih dilingkupi oleh rasa penasaran. Aku menyusul Akssa ke kamarku, dia pasti sedang mandi di sana.

Betul dugaanku, suara gemericik yang tercipta di dalam kamar mandi membuatku yakin dia sedang mandi. Aku berpikir sejenak untuk membuka pintunya atau tidak. Aku masih ingat betul kalau Akssa ini jarang sekali mengunci pintu kamar mandi saat dia mandi sekalipun, seperti dulu itu. Tetapi kalau nanti kubuka, mataku bisa-bisa ternoda karena adegan tak senonoh Akssa yang sering sekali membuat kissing time tanpa aba-aba. Dia itu kalau sudah disenggol sedikit saja soal momen yang berbau kissing time, Akssa pasti melakukannya.

• Damn, You !! •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang