20.

17.3K 1.4K 134
                                    

minta dukungannya dengan klik vote, ya, guys. Love you ❤

Memakan makanan kantin dengan dilingkupi oleh puluhan pasang mata yang menatapku sinis, sangat membuatku risih. Terlebih aku makan siang satu meja dengan Akssa. Orang yang menjadi awal penyebab aku mendapat gossip seorang jalang.

"Aneh," ucap Akssa tiba-tiba saat menjajal batagor goreng yang tadi kupesan untuknya.

"Aneh kenapa?"

"Bumbu kacang."

"Kamu nggak alergi, 'kan?" tanyaku was-was lalu dijawab gelengan kepala oleh Akssa. "Enak kok, kamu makan pake irisan timun juga jadi enak."

"No, no!" tolak Akssa mencegah tanganku yang sudah mengambil irisan timun untuknya.

"Apa mau coba gado-gadoku?"

Akssa tampak melirik piring makananku sedikit ragu. Makanan kami sama-sama berbumbu kacang, tetapi sedikit beda karena bumbu gado-gado akan sedikit lebih terasa asamnya ketimbang bumbu batagor.

"Oke," jawabnya lalu dia menukar sendiri piring kami berdua. Saat aku ingin menukar sendok, Akssa sudah lebih dulu memakan gado-gado itu menggunakan sendokku tadi.

Tanpa sadar aku meneguk salivaku melihat ketika mulut sexy Akssa tanpa ragu menyuapkan makanan tersebut menggunakan sendok bekas mulutku. Jadi ini yang namanya indirect kiss? Tiba-tiba kedua pipiku rasanya panas karena malu. Akssa ... dia jago sekali membuatku menahan malu.

"Enak," komentarnya lalu melahap habis gado-gado itu.

Ini bukan masalah jijik atau tidaknya. Tetapi melihat kesopanan, seharusnya kami berdua menukar sendok kami sebelum Akssa menggunakan sendok bekasku. Aku jadi menahan bibirku untuk tersenyum saat menyuapi mulutku menggunakan sendok bekas mulut Akssa. Rasanya berpacaran dengan Akssa lucu juga. Dulu, Leon dan aku mana pernah bertukar sendok seperti ini.

Loh? Ini kenapa aku sering membandingkan Akssa dengan Leon sih.

"Dapet kabar dari Jonathan?" tanyaku mencari satu topik untuk mengalihkan suasana tak enak yang diciptakan oleh para staff kantor.

"Hmm."

"Gimana Dana?"

"She's fine. But-"

"Kenapa?" tanyaku cepat-cepat. Perasaanku jadi was-was dan aku merasa takut kalau sesuatu terjadi pada wanita cantik itu.

"Setelah malam itu, Jo tidak akan pernah melepasnya."

"Sinting 'kan dia!" rutukku sedikit emosi.

Akssa benar, memang setelah malam itu selesai, Dana tidak bisa lagi berkutik apalagi untuk berniatan lari dari Jonathan. Malam itu sudah direncanakan dengan baik oleh Jo. Dan aku, malangnya aku sama sekali tidak bisa berbuat apa-apa untuk menyelamatkan Dana dari keberingasan Jo. Selama ini aku sama sekali tidak tahu masalah apa yang melanda Dana sampai dia harus rela menyerahkan mahkotanya untuk dimanfaatkan oleh Jo. Tetapi lelaki tampan yang menjabat sebagai sekretaris Dirut Anderson Group itu terlalu merendahkan Dana.

"Easy, Jonathan knows about everything he's done."

Aku sedikit tersinggung mendengar tanggapan Akssa.

"Kalian para lelaki pernah bayangin nggak sih?! Kalau wanita itu juga butuh dihargai dan dikasih sebuah kepastian!"

Sebelah alis Akssa terangkat naik begitu mendengar ucapanku. Oke, ini bukan seluruhnya aku membicarakan soal Dana. Bagaimanapun juga aku ingin menyadarkan Akssa tentang sebuah pemikiran untuk memperlakukan wanita dengan baik dan benar. Akssa perlu belajar soal ini baik-baik.

• Damn, You !! •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang