26.

16.7K 1.3K 77
                                    

Berada dalam kekacauan pikiranku aku berusaha mati-matian untuk memfokuskan diri pada persidangan terakhir.
Bukan karena Sean aku jadi merasa kacau seperti ini, tetapi karena salah satu informanku mengabari kalau Leon terus saja berada dekat dengan Laras.

"Fuck," geramku untuk kesekian kalinya.

Mr. Ben selaku pengacaraku untuk menangani kasus Sean lagi-lagi melirikku kesal. Dia sudah mengingatkanku kalau aku harus lebih sopan dan menjaga sikapku agar tidak dinilai buruk oleh hakim. Tetapi aku tidak bisa, aku seperti buru-buru ingin pergi ke bandara untuk menjemput Laras pulang sore ini. Satu minggu lebih setelah pernikahan Jonathan bersama Dana, aku hanya sibuk menghancurkan kamarku sendiri sambil menunggu persidangan kembali digelar. Bukannya semangat, begitu persidangan ini digelar dan Sean dengan lancar mengakui setiap kesalahannya, aku sama sekali tidak bisa fokus.

"Lalu setelah mensabotasenya, anda melarikan diri kemana?"

"Jepang," jawab Sean singkat.

"Untuk terakhir kalinya. Setelah kejadian pemerkosaan, anda berhak mengakui kesalahan anda sendiri di persidangan ini."

Sean mengangguk lalu berdiri membawa selembar kertas yang berisi pengakuannya. Dia terlihat siap menanti vonis yang akan segera dijatuhkan padanya.

"Dua Februari dua ribu sebelas, saya memutuskan untuk mensabotase gas mobil dari Kinara Dayu Breasha Goutama, kecelakaan berlangsung di jalan tol Bandung menyebabkan korban meninggal dunia. Sebelum kecelakaan terjadi, saya sudah dalam penerbangan menuju Jepang menggunakan penerbangan komersil pagi hari, kecelakaan terjadi pada sore hari-"

Aku hanya menatap punggung Sean dingin. Kemarahan dan dendamku mulai kuhilangkan saat Sean mengucapkan setiap kata yang dibacanya di lembar pengakuannya sendiri. Nara berhak damai di alamnya sekarang. Orang yang mengaku mencintainya dan tega membunuhnya sendiri mulai hari ini akan mendekam di penjara.

Bibirku sedikit membentuk senyum saat mengenang dulu kala saat Nara masih hidup dan ceria sekali, dia sering mengatakan kalimat yang selalu bisa membuatku tenang dalam menjalankan kegiatan apapun.

Nanti kalau udah besar terus kerja, kita menikah!

Menikah, Nara? Tanpa sadar aku kembali tersenyum dengan senyuman getir yang selalu kubentuk saat aku kembali mengingat kenangan demi kenangan percakapan Nara. Wanita mungil yang memiliki darah yang sama denganku itu selalu mengatakan akan menikah denganku saat sudah besar. She was my world, and it was. Now I have Laras, and she's more than my world.

"Berikut pengakuan murni tanpa dilebih-lebihkan dan dikurang-kurangkan dari saya, Sean McAvoy. Terimakasih," tutup Sean dan kembali duduk di tempatnya.

Hakim kembali memeriksa berkasnya yang menjadi salinan pengakuan dari Sean sambil menyebutkan vonis satu persatu dengan passal yang ada. Mataku terus menatap gerakan lelaki tua berkacamata yang sedang bersiap mengetukkan palunya.

"Pada tanggal lima April dua ribu sembilan belas hari ini, siang hari pukul satu lewat sembilan menit. Seorang Sean McAvoy atas tuduhan kejahatannya memperkosa dan menghilangkan nyawa dari almarhumah Kinara Dayu Breasha Goutama secara sengaja. Dengan bukti dan pengakuan yang ada, hakim memutuskan vonis jatuh pada hukuman lima belas tahun kurungan dengan denda limaratus juta rupiah."

Tok! Tok! Tok!

"Good vibe," gumam Mr. Ben lalu menepuk pahaku sekilas.

Suara ramai mulai terdengar di belakangku sementara aku masih diam dalam posisiku duduk menatap punggung Sean yang bergetar menahan tangis. Lima belas tahun penjara apakah kurang? Bagiku sangat kurang sekali, tetapi aku harus mencoba nasihat Ayahku. Semua akan indah apalagi saat aku merelakan sesuatu hal. Sean akan sadar pada semua kesalahannya saat membunuh Nara. Rasa penyesalannya akan terus membuat lelaki psikopat di depanku itu tersiksa.

• Damn, You !! •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang