19.

16.3K 1.2K 89
                                    

17/21+ sampai tanda *** pertama.

Dari memperjuangkan satu orang secara mati-matian aku jadi banyak belajar. Cinta bisa membuatmu kuat dan lemah dalam waktu bersamaan. Mengkhianati diri sendiri sudah seperti tanpa beban. Aku contohnya.

Sepulangnya dari rumah Jonathan Akssa seperti dikontrol oleh napsunya karena tertular kondisi Jo dan Dana. Dia membawaku buru-buru memasuki apartemen kami. Napas kami menderu karena sama-sama lelah harus berjalan cepat untuk sampai di kamar apartemen kami sendiri. Aku takut. Apa ini akan jadi momen paling berdosa untuk kami berdua?

"Shit!" umpat Akssa begitu dia mendorongku terduduk di atas tempat tidur.

"Ssa, jangan sinting!"

Aku menolaknya. Demi Hathor sang Dewi Cinta, aku mana mau merusak prinsipku sendiri hanya untuk kesenangan satu hari namun penuh dosa? Hell, it's not gonna be happen.
Aku berniatan bangkit dari tempat tidur tapi Akssa kembali menahanku untuk tetap duduk diam. Sekarang jantungku berdetak sangat kencang sekali.

Melihat Akssa melepas dasinya kasar sambil menggeram dan mengumpat lagi dan lagi, kedua mataku jelalatan ke sana kemari berusaha mencari sesuatu yang bisa mengalihkan Akssa.

"Damn me," umpatnya lagi lalu mendorongku telentang di atas tempat tidur.

"Kamu ngapain sih?! Sadar!" marahku.

"Ini 'kan yang kamu mau?" gumamnya.

Kepala Akssa mulai menelusup di ceruk leherku dan ketika bibirnya menempel pada kulit leherku, aku buyar.

"Ini yang terjadi kalau kita pulang," katanya melanjutkan.

Aku sedikit tidak bisa mencerna kata-katanya. Pikiranku mulai buyar ketika Akssa mulai menghembuskan napas panasnya di leherku. Tangannya yang nakal mulai menelusuri tubuh bagian sampingku lalu mengakhirinya dengan remasan pada pinggangku. Sialan, dia seharusnya tidak boleh berbuat seperti ini padaku.

"Akssa ... stop.."

"You sure?" tanya dia menggodaku.

Apa aku yakin? Tapi ini rasanya ... sangat ...

Kurasakan Akssa tersenyum dalam ceruk leherku. Dia mengangkat tubuhnya dan memandangku kacau. Aku yakin sekarang wajahku juga sama kacaunya dengan Akssa. Setengah sadar aku juga mulai tergoda dengan apa yang Akssa lakukan kepadaku.
Dia mulai menarikku untuk lebih ke atas tempat tidur. Dengan gerakan super cepat sebelum aku menyadarinya Akssa melepas jas dan kemejanya lalu membuang dua benda itu ke sembarang arah. Sepertinya dia merusak semua kancing kemejanya saat membukanya, suara tarikan kancing yang dipaksa lepas dari tempatnya membuatku mengedipkan kedua mataku cepat.

Apa-apaan ini?!

Sebelum Akssa melakukan lebih jauh, aku mendorong dadanya saat ia ingin menunduk menciumku. Sinting dia! Dari seluruh dosa yang sudah kuperbuat di dunia ini, aku masih waras jika harus dipaksa merusak prinsipku untuk melakukan satu dosa itu. Tentu aku tidak akan mau!

"Ja—jangan gila!"

"Sebentar saja," bujuknya.

Tanganku melemah mendengar bujukan Akssa. Dia bilang sebentar, 'kan? Artinya dia tidak akan melakukan lebih padaku. Senyum Akssa terbentuk tipis dan kepalanya mulai turun kembali menciumi leherku. Gosh, dia hobi sekali mengendus leherku.

• Damn, You !! •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang