12.

15.3K 1.3K 73
                                    

Keesokan harinya, selesai dari rapat satu jam yang lalu bersama lelaki-lelaki tampan di ruangan Sandro, aku langsung turun ke lantai sembilan untuk menjalankan tugasku. Aku harus menolong Jonathan bukan karena aku ingin menjerumuskan Dana pada lelaki brengsek seperti Jo, tetapi lebih karena aku ingin Dana tetap bertahan dengan Jonathan supaya Jo bertanggung jawab atas ulahnya. Aku tahu jaman modern seperti ini pasti banyak sekali segala cara untuk melakukan itu dengan aman tanpa takut hamil. Tetapi, kalau Jo adalah lelaki pertama Dana, bukannya lebih baik mereka menikah saja?

Ting! Lift terbuka di lantai sembilan dan beberapa staff kantor yang bekerja di lantai itu melihatku bingung. Mungkin bingung karena mereka tidak tahu siapa aku dan mau apa aku kemari, karena aku mengenakan name tag staff Anderson Group yang melingkar di leherku.

Aku berlari kecil ketika pandanganku menemukan Brian. Satu-satunya staff kantor lantai sembilan yang kukenal dan juga mengenalku.

"Brian! Tunggu!"

Brian menoleh ke belakang dan menatapku heran yang sedang berlari kecil ke arahnya. Rok span hitam yang kukenakan ini membuatku susah sekali berlari.

"Mbak Ras? Ngapain main-main kesini?" tanya dia setelah aku berada dekat dengannya.

"Mau tanya dong, Dana lagi dimana sekarang? Lapangan apa ngantor?"

"Dana? Lagi ke pantry, mbak, dari jam sebelas tadi nggak balik-balik."

Keningku mengernyit dalam dan kulirik sebentar jam kecil di pergelangan tanganku, sekarang sudah jam satu lewat lima menit. Sudah dua jam Dana di pantry, ngapain dia?

"Oke, Bri. Thank, ya!" seruku lalu menuju ke arah pantry lantai sembilan.

Pantry di lantai ini berada di balik satu ruangan besar yang menyimpan beberapa rak untuk menyimpan dokumen. Aku segera melewati ruangan itu dan berjalan cepat ke arah pantry. Baru saja aku mau sampai, aku sudah lebih dulu dikejutkan oleh sosok Jonathan yang berniat keluar dari pantry.

Hell, dia berani kesini?! Apa kata para staff di sini kalau sampai melihat Jo bergentayangan di lantai sembilan?! Lagian satu jam yang lalu kita 'kan rapat bersama, kenapa tiba-tiba Jo sudah ada di sini, coba. Ngebet sekali dia untuk bertemu Dana.

"Jo?!" bisikku kaget.

Jo juga tampak terkejut melihat keberadaanku. Dia langsung menutup pintu pantry dan berjalan mendekatiku.

"You wanna meet her?" tanya Jo padaku yang langsung kuangguki. "Help me," katanya memohon lalu pergi meninggalkanku sendirian di lorong pantry.

Aku hanya menggeleng kecil mencoba untuk memahami kondisi ini. Pelan-pelan aku membuka pintu itu dan melihat Dana sedang mengusap air matanya cepat-cepat. Dia lalu menatapku bingung, mungkin dia sama sekali tidak mengenalku tetapi aku mengenalnya, hanya sekadar tahu namanya dan prestasinya saja.

"Halo, Dana," sapaku membuat wanita berambut lurus sebahu itu menatapku kaget sekaligus bingung. Dana lalu melirik ke arah pintu pantry sebentar kemudian menatapku lagi dengan tatapan seakan berkata, pasti suruhan Jo.

Aku mengangguk kecil dan menyusul Dana duduk di meja pantry. Bau wewangian teh dan juga kopi merasuk kedua lubang hidungku khas.

"Aku Laras, teman Jonathan," kataku sambil menjulurkan tangan kananku untuk bersalaman.

Dana yang masih bingung dengan situasi ini hanya diam dan menerima uluran tanganku. "Dana," ucapnya serak.

Terkutuklah kamu, Jo, karena membuat wanita sepolos Dana harus mengalami hal seperti ini.

"Jonathan menyuruhmu?"

Aku hanya tersenyum sekilas lalu menggeleng untuk mencari aman. "Jo cerita soal hubungan rumit kalian. Dan aku berinisiatif untuk membantu. You can trust me. In case, I'm netral."

• Damn, You !! •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang