29.

22.7K 1.2K 158
                                    

I am black, then you are white.
We're married to be black and white - Akssa
•••

"Gimana semalem, berhasil?" bisik Ibu mertuaku sendiri di tengah-tengah acara sarapan bersama.

Untuk beberapa detik aku terbatuk sebentar mendengar pertanyaan konyol itu. Siapa yang mengajari Ibu mertuaku menjadi sosok yang seperti ini? Sepertinya dibandingkan dengan Ayah mertua, Ibu mertuaku ini sedikit ikut campur soal kehidupanku bersama Laras.

"Ehem, berhasil?"

"Terus gimana? Kalian harus planning soal anak!"

"Itu masih lama, Bu."

Kedua mata Ibu mertuaku langsung melotot waspada. "Lama bagaimana? Umur Laras sudah dua delapan dua bulan lagi, kamu mau nunda terus, cah bagus?" kesalnya.

Dalam hati aku ingin mengerang frustrasi. Sepertinya bahasan soal anak akan semakin kental setelah aku menikah. Sejak kemarin bahkan telingaku hanya dijejali oleh kata anak dan anak. Sialan. Aku menyuapkan sesendok nasi ke dalam mulutku dengan malas. Sarapan pagiku terasa hambar seketika.

Di meja ini, kami duduk berlima sambil memakan sarapan kami masing-masing. Sarapan kekeluargaan yang kental oleh bahasan-bahasan setelah menikah. Mendengarkan beberapa nasihat untuk mengarungi bahtera rumah tanggaku dengan baik dan benar. Termasuk anak. Nasihat dan bahasan soal anak tidak lepas dari bibir Ibu mertuaku juga. Aku melirik ke arah Laras, memberi kode padanya kalau aku sedang terjebak pada satu percakapan alot dengan Ibunya. Tetapi seperti yang sudah kuduga. Laras hanya membalas lirikanku dengan polos tanpa mau tahu lagi.

"Kalau Tuhan memberi, Akssa nggak keberatan, Bu," jawabku berdusta.

Tentu saja kalau bisa jangan ada anak di antara aku dan Laras. Mungkin boleh ada anak, tetapi besok setelah kami hampir menginjak masa-masa penuaan.

"Kalian juga harus usaha, dong! Kencengin kegiatannya setiap malam!"

Aku melotot. Really? Bahasan seperti itu di tengah-tengah acara sarapan?

"Bu, bahas apa kalian?" tanya Ayah mertuaku.

Please, help me.

"Ini, aku lagi nasihati mantu kita biar lebih kenceng buat produksi anak!"

"Uhuk! Uhuk! Uhuk!"

Semuanya yang ada di meja makan ini terbatuk kecuali Ibu mertuaku. Aku segera memberikan Laras air putih saat kulihat wajahnya memerah karna tersedak. Untuk kesekian kalinya aku ingin bertanya, apa Ibu mertuaku sedang kerasukan?

Ayahku berdeham lalu melap mulutnya sekilas. Dia melirikku seakan menyuruhku untuk membereskan bahasan nyeleneh yang keluar dari mulut Ibu mertuaku. Aku berdecak dalam hati, sudah kubilang kalau anak itu pembawa masalah.

"Ibu sabar saja, kita usahakan," jawabku lembut membuat Laras merona. Wajahnya kini semakin memerah.

"Lagian Ibu kok bahasannya aneh sih, baru juga nikah kemarin," celetuk Laras.

"Cah ayu," panggil beliau lembut, tangannya membelai lengan Laras sedikit kemayu. "Inget enggak umurmu sudah berapa? Umur Ibu sama Ayahmu sudah berapa? Kita ini juga sudah tua, Ibu pengen gendong cucu dari kamu sama Akssa."

• Damn, You !! •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang