24.

14K 1.2K 108
                                    

Tepat sekembalinya aku dan Erik dari sarapan, kami berdua langsung menuju ke kamar untuk bersiap wisata kuliner dan wisata tempat di Bali. Aku ada janji dengan Leon untuk menyelam juga sebelum dia pulang kembali ke Anderson Group. Dalam hati aku tersenyum jika harus mengingat para staff kantor yang sudah pasti semakin menghembuskan gossip sedap karena tahu bertepatan dengan aku mengambil cuti ke Bali, Leon juga ikut offline untuk meng-handle proyek properti Anderson Group yang ada di Bali bersama Erik.

Now, I don't wanna care about some people who judge me. They don't really know about me.

Begitu Erik membuka pintu kamar hotel kami berdua, aku langsung masuk dan mengetuk connecting door kamar Leon untuk mengajaknya berwisata. Pintu itu langsung terbuka beberapa detik kemudian.

"Hei, you wanna go?" tanyaku antusias membuat Leon sedikit terheran-heran dengan antusiasmeku.

"Ada yang salah?"

"Enggak kok, kenapa memang?"

Leon keluar dari kamarnya untuk masuk ke kamarku melalui connecting door. Bau parfum musk yang sejak dulu kala selalu menjadi bau khasnya mulai merebak merasuki kedua lubang hidungku. Leon duduk di pinggiran tempat tidur over kingsize depanku yang menyimpan tubuh kekenyangan Erik.

"Kupikir kamu masih patah hati," ejeknya padaku.

"Patah hati? Cih, Akssa doang dibikin patah hati," gumam Erik tiba-tiba memprofokasi Leon saat itu juga.

Sepertinya mereka akan jadi satu kubu untuk menyerangku.

"Aku ke Balik buat refreshing. Lagian, nggak selamanya aku harus bersedih soal itu," jawabku membelokkan fakta yang sebenarnya.

Padahal, fakta yang sebenarnya terjadi adalah aku sedang tidak sabar menunggu untuk bertemu dengan Mr. Darius yang super dingin itu. Sekarang aku antusias karena memang aku sudah mendapatkan titik terang untuk apa yang kutuju. Walaupun aku sama sekali masih belum tahu soal dimana Akssa berada, but it's slowly find out.

"Bagus, aku juga nggak mau kamu sedih terus."

"Okey, jadi kita kemana?"

"Cyin, yang jelas jangan ke pantai, ya? Eike pusing lihat cowok-cewek pada cipokan. Mending kalau cowok-couo," sela Erik padaku.

"Males juga jam segini ke pantai. Mending kita kulineran, gimana?" Saranku.

"Oke juga. Besok kalau aku mau balik ke Bandung, kita baru ke Nusa Penida," kata Leon membuat Erik memekik girang.

"You mau ajak eike snorkling, Le?!"

"B-bukan kamu," jawab Leon membuatku berdeham sekali memberitahukan padanya kalau jawabannya itu bisa menyinggung perasaan Erik.

Untuk dua detik kemudian, bisa kulihat wajah Erik langsung cemberut dan sedih mendengar penolakan dari Leon untuk kedua kalinya. Poor, Erik. Dia perlu teman satu pemikiran sepertinya untuk menemaninya berlibur di sini. Tetapi, dimana aku harus menemukan orang yang satu jalur dengan Erik? Itu juga bisa membuat Sesa marah-marah nanti kalau sampai tahu kekasihnya justru bersenang-senang di Bali dengan couo lain. Erik pasti langsung dipasung di apartemennya oleh Sesa. Dan aku sama sekali tidak mau hal itu terjadi.

"Eee, maksutku ... kita bertiga snorkling, semua ikut," ralat Leon kemudian.

Wajah Erik langsung berubah ceria lagi mendengar hal itu. Untuk pertama kalinya, aku melihat dengan mata kepalaku sendiri bahwa hal sekecil itu saja bisa membuat Erik merubah moodnya secepat kilat. Erik itu tipe orang yang susah sekali diubah moodnya. Kalau dia sedang happy, meskipun ada kabar tak sedap sekalipun dia akan tetap menutupi kabar buruk itu dengan kegembiraannya. Dan ketika dia sedang badmood, jangan harap menonton stand up komedi pun bisa membuat moodnya kembali. Tetapi, rupanya dengan adanya lelaki lain di sekitarnya membuat mood Erik sedikit terombang-ambing.

• Damn, You !! •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang