minta dukungan vote dari kalian ya, guys ❤
"Potongnya jangan gede-gede, nanti susah dimasak," perintahku pelan.
Akssa kembali mengarahkan pisau dagingnya untuk memotong daging ayam di atas telenan dengan ekspresi seriusnya.
"Gini?"
"Geser dikit."
"Gini?"
"Geser dikit lagi."
Akssa menatapku horor seperti menuduhku telah mengerjainya, membuatku tersenyum lebar sampai memperlihatkan barisan gigi rataku. Aku memang sedikit mengerjainya tadi, ini adalah pertama kalinya Akssa mau ikut memasak bersamaku. Dia berniatan membantuku untuk membuat sop ayam yang tergolong mudah untuk diolah.
"Hehe, iya segitu," kataku geli.
Tangannya yang kuat itu mulai memotong-motong si daging ayam menjadi beberapa bagian. Akssa terlihat sangat gampang sekali memotongnya, tidak seperti aku yang harus bersusah payah jika berhadapan dengan daging ayam.
"Masukin mana?" Tanya dia setelah mencuci potongan daging ayam tadi.
"Masukin panci itu aja, biar kaldunya keluar."
Dia menurutiku dan memasukkan daging ayam itu ke dalam panci berisi air yang sudah kupanaskan di atas kompor. Akssa lalu mencuci tangannya dan dia memelukku dari samping, membuatku kesusahan saat memotong-motong sayuran.
"Apa sih.."
"Ada niatan resign setelah menikah?" tanya dia.
Akssa mulai memelukku dari belakang, melingkarkan kedua tangannya di pinggangku lalu kepalanya menelusup di leherku, menggoda. Karena aku mencepol rambutku di atas kepala, Akssa jadi leluasa untuk mengendus bagian leherku, membuatku geli sekaligus malu.
"Ada, tapi kalau sudah ada anak," jawabku serius.
"Anak?"
"Iya, masa nikah nggak ada niatan punya anak sih?"
"Aku enggak," katanya datar, Akssa menyandarkan dagunya di bahu kiriku. "I hate children," bisiknya.
Kuacungkan pisau yang ada di tanganku ke arah Akssa. Dia sepertinya main-main padaku. Mana ada wanita yang tidak mau punya anak kecuali wanita itu sedikit hilang akal. Kalau Akssa menikah denganku, akan kupaksa dia untuk punya anak.
"Nikah sama aku harus punya anak!" Kataku tajam sambil mengacungkan pisau.
Akssa hanya terkekeh pelan menjawabnya, dia kembali menciumi leherku membuatku sedikit memiringkan kepalaku. Dia sedang manja sekali sekarang.
Sepulangnya dari Maurice Group, Akssa sedikit aneh dan tidak seperti biasanya. Dia mulai banyak menggodaku dan tertawa. Meskipun tawanya tak sekeras seperti tawa orang lain, tapi Akssa mulai memunculkan perubahannya. Kami berdua bahkan memasak makan malam kami bersama. Akssa menepati janjinya untuk berusaha sebaik mungkin mencoba mencintaiku."Geli, Ssa."
"Aku suka leher wanita," katanya membuatku sedikit menoleh ke belakang, curiga menatapnya.
"Leher wanita? Leher siapa aja yang udah kamu ciumi, hah?!" desisku kembali mengacungkan pisau di tanganku pada Akssa. Dia terkekeh lagi dan memelukku sangat erat lalu menggoyang-goyangkan tubuhku pelan.
"It's a secret," katanya.
"Inget, ya! Kalau aku tahu kamu pernah main-main sama cewek lain, habis kamu di tanganku!"
Dengan keras aku mendaratkan pisauku di atas telenan saat memotong brokoli. Suara keras dari hentakan antara pisau dan telenan itu menghasilkan sebuah ancaman yang membuat Akssa justru tersenyum di ceruk leherku. Dia menciumi leherku lagi dan lagi seperti tidak menghiraukan ucapanku barusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
• Damn, You !! •
Romance(17/21+) [COMPLETE] dipublish 10 Januari 2019 - tamat 16 Maret 2019 POV 1 [ Akssa & Laras ] Apa yang tidak dimilikinya? Uang, mobil, apartemen, perusahaan, emas batangan? Hampir semuanya dia miliki kecuali satu, wanita. Apa yang membuatku jatuh cin...