18.

16.4K 1.4K 95
                                    

Hari telah berganti dan di pagi yang cerah ini aku bersiap untuk berperang dengan pekerjaanku.
Mengabdi pada Anderson selama hampir tujuh tahun ini tetapi aku masih tetap dalam posisiku yang termasuk ke dalam legal advisor. Staff biasa yang anehnya tidak pernah mendapatkan promosi sama sekali sedangkan kabar baiknya, Erik barusaja mendapatkan promosi untuk naik jabatan dua grade di atasku. Menarik. Sangat menarik sampai membuatku kesal sendiri.

Apa aku kurang melembur kerja dan berpanas-panasan di luaran sana saat lapangan? Apa selama ini pengabdian dan kesetiaanku masih kurang pada Anderson?

Hari ini terlalu cerah sampai rasanya hatiku juga ikut tersilaukan. Suasana membuat moodku down padahal aku benar-benar berharap bisa menikmati hari Senin ini dengan hati gembira.

"Mona resmi resign kemarin, Erik naik divisi dan kita akan mengenalkan kepala divisi baru pengganti saya," jelas Mrs. Devi saat morning briefing diadakan terlalu pagi-pagi sekali.

Apa lagi sekarang? Kepala divisiku ganti bahkan disaat moodku memburuk karena mendengar kabar Erik dan Mona. The hell, seakan dunia benar-benar berniatan menyiksaku. Di sini obatnya hanyalah satu, hari ini Akssa resmi pindah kantor ke Anderson dan itu menjadi obat moodku yang kelewat down sekarang. Dimana Akssa?

Kasak-kusuk terdengar begitu ada salah satu pria paruh baya masuk dengan kostum jaket dan helm berwarna hijau, keluar dari lift lantai kantorku. Siapa?

"Larasati," bisik pria paruh baya itu sembari membawa satu kotak berukuran sedang persegi panjang.

"Saya!" seruku sambil mengangkat tangan dan menghampiri si bapak. "Paket apa, ya?" tanyaku sambil melihat paket yang diberikan oleh si bapak.

"Dari konter hape, mbak."

"Oke, makasih, Pak!" kataku membuat si Bapak langsung pamit pulang setelah menyuruhku tanda tangan.

Morning briefing sedikit terjeda dan Mrs. Devi tampak memaklumiku. Mungkin dia ingin meninggalkan kesan yang baik saat ia pergi dari Anderson. Selama ini kesan yang diberikannya kepada kami semua sangatlah buruk. Mrs. Devi yang terlalu otoriter dan semaunya membuat kami para staff biasa merasa segan dan justru sedikit membencinya.

Aku kembali ke tempat dudukku sambil membuka paket itu, aku juga sambil mendengarkan kelanjutan obrolan Mrs. Devi di depan kami—para staff biasa.

"Namanya Leonidas, riwayat kerja sebelumnya berada dibawah naungan Mr. Garret selama empat tahun lebih lamanya. Dan perusahaan kami berniatan baik dengan menerimanya. It's fine over all, tidak ada niat busuk di sini."

Kasak-kusuk kembali terdengar riuh sementara aku mengaktifkan ponselku yang tadi dipaketkan oleh pihak konter. Ternyata ponselku jadi bahkan sebelum deadline. Aku tidak begitu mendengarkan Mrs. Devi yang sedang berceramah ini itu.
Saat layar ponselku menyala, tertera di log panggilan dan kotak pesan kalau nomorku beberapa kali sempat dihubungi oleh nomor asing.

- Apa kualifikasiku menurutmu masuk?
- Kenapa ponselmu mati?
- Mungkin kita bisa langsung bertemu lagi, Laras. Smile

Keningku mengernyit membaca rentetan pesan tersebut yang terkesan seperti dari orang yang begitu mengenalku. Siapa?

"Larasati!"

"Hah?"

Kepalaku mendongak menatap Mrs. Devi yang menatapku seperti seorang ibu yang mencoba sabar melihat kenakalan anaknya. Apa, aku salah apa?

"Erik pagi ini sudah pindah, laporan kuserahkan padamu untuk diberikan ke kepala divisi baru kita. Dan saya pamit jika saya pernah melakukan kesalahan berat padamu," katanya pelan dan tulus.

• Damn, You !! •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang