Liberty menatap gelas di depannya yang masih terisi penuh. Dia enggan menatap wajah ayahnya yang duduk di hadapannya memandanginya tajam.
Sejak kemarin ayahnya datang ke kota ini dari Madrid. Ada urusan pekerjaan, sambil ingin bicara dengan Liberty, putri satu-satunya.
"Kenapa kamu sekarang makin sering melawan ayah?" Ayahnya mulai bersuara lagi.
"Aku nggak melawan Ayah. Aku cuma pengin Ayah memahami aku. Aku sudah mahasiswi. Aku sibuk ngerjain tugas-tugasku."
"Kalau Ayah memintamu menemui Ayah, itu artinya ada hal penting yang mau Ayah omongin sama kamu."
Liberty menghela napas. Jari kanannya mengetuk-ngetuk lengan kursi.
"Oke, apa hal penting yang mau Ayah omongin? Aku sudah di sini, di hadapan Ayah," ungkapnya kemudian.
"Ayah mau ngenalin kamu dengan anak teman Ayah. Dia juga kuliah di Barcelona. Ayah bisa tenang kalau tahu kamu ditemani orang yang Ayah kenal."
"Hah? Maksud Ayah ngenalin gimana? Aku baik-baik saja di sini. Anak teman Ayah siapa? Cewek atau cowok?" tanya Liberty beruntun. Dia mulai curiga dengan maksud ayahnya.
"Namanya Saka. Laki-laki. Anak Pak Grenaldi. Duta besar RI untuk Italia."
Liberty terbelalak.
"Orang tuanya di Italia kenapa dia kuliah di Barcelona? Ah, tapi itu nggak penting. Aku nggak mau tahu alasannya. Di sini aku sudah punya teman," tolaknya.
"Apa salahnya nambah teman?" sergah ayahnya.
"Aku nggak mau. Nanti dia ngerepotin aku," elak Liberty.
"Gimana kamu tahu dia seperti apa kalau kamu nggak kenalan dulu sama dia?"
"Nggak perlu. Aku sudah punya teman dekat di sini. Aku sudah merasa nyaman di sini. Tolong jangan ganggu kenyamananku, Yah. Please?"
"Teman dekat?" Ayahnya menatap curiga.
"Iya, teman dekat. Teman sekelasku."
"Laki-laki?" tanya ayahnya lagi.
"Iya, laki-laki."
"Orang Spanyol?" Ayahnya semakin penasaran.
Liberty menatap sebal ayahnya yang terlalu mencampuri kehidupannya. Padahal dia merasa sudah saatnya dibiarkan mandiri.
"Bukan, dia orang Indonesia. Dia cerdas, dapat beasiswa full di kampusku."
"Hm. Ayah akan mengecek siapa WNI yang mendapat beasiswa di kampusmu."
"Ayah! Kenapa Ayah nggak berhenti mengaturku? Aku bukan anak high school lagi. Aku sudah dewasa, Yah," bantah Liberty, akhirnya tak tahan mengungkapkan keberatannya.
"Kamu belum dewasa. Anak ayah satu-satunya. Perempuan sendirian di kota ini. Wajar kalau ayah mencemaskanmu."
"Ayah sudah memaksaku tinggal dengan Nana. Apa itu belum cukup? Tahun depan aku mau pindah apartemen dan mau tinggal sendiri. Tolong biarkan aku mandiri."
Ayahnya tersenyum sinis.
"Kamu yakin, bisa hidup tanpa bantuan Nana? Kamu biasa dilayani, apa kamu sanggup hidup sendiri?"
"Kalau Ayah nggak yakin, Ayah boleh ngetes aku. Biarkan Nana kembali ke Madrid. Aku akan pindah ke apartemen yang lebih kecil dan tinggal sendiri."
Ayahnya memandanginya agak lama.
"Ayah izinkan asalkan kamu mau berkenalan dengan Saka dan membiarkannya membantu ayah menjagamu."
"Aku nggak butuh babysitter atau bodyguard."
KAMU SEDANG MEMBACA
We Could Be In Love (SUDAH TERBIT)
Teen FictionSekuel "Listen To My Heartbeat" Sinopsis : Neo Andromeda harus menerima kenyataan berpisah dari cinta pertamanya, Trinity. Neo lebih memilih menerima beasiswa kuliah di Barcelona. Kota yang mempertemukannya dengan Liberty Manhattan, gadis Indonesia...