Extra Part 9 : It Hurts (1)

2.6K 206 24
                                    

Now playing :

Don't Speak ~ No Doubt

I don't need your reasons
Don't tell me 'cause it hurts

~o~


Trinity berjalan cepat masuk ke rumah tanpa mengucapkan salam. Melewati mama dan papanya yang sedang duduk di sofa ruang keluarga.

"Trin, kamu udah pulang? Kok masuk rumah nggak ngucap salam?" tegur mamanya.

"Maaf, Ma. Aku buru-buru mau istirahat dulu," jawab Trinity dengan wajah tertunduk tanpa menoleh ke mamanya. Bergegas dia menaiki tangga.

Mama dan papanya saling berpandangan.

"Kenapa Trinity?" tanya papanya heran.

"Mama lihat dulu ke depan. Tanya Zaki ada masalah apa sama Trin," jawab Bu Prita, lalu beranjak dari duduknya menuju ke teras.

Bu Prita tertegun melihat Zaki sudah tidak ada. Minuman yang dia sediakan hanya diminum sedikit. Kue bolu sama sekali tak disentuh.

Bu Prita mengalihkan pandangan ke carport. Motor Zaki sudah tak ada. Segera saja dia merasakan ada yang tak beres.

Zaki sepertinya mendadak pulang, Trinity masuk rumah dengan suara bergetar seperti menahan tangis. Bu Prita menduga kedua anak muda itu habis bertengkar. Tapi, apa yang mereka pertengkarkan?

Bu Prita membawa masuk piring kecil berisi bolu dan gelas berisi minuman yang tadi disuguhkan untuk Zaki. Kemudian menutup pintu.

"Lho, Zaki udah pulang?" tanya papa Trinity melihat Bu Prita masuk membawa kembali suguhan untuk Zaki.

"Iya, udah nggak ada."

"Kenapa dia pulang nggak pamit sama orangtua?"

Bu Prita menghela napas.

"Biarkan dulu mereka, Pa. Sepertinya sedang ada masalah. Nanti mama tanya Trinity pelan-pelan. Kalau ditanya sekarang juga percuma. Pasti dia nggak mau jawab."

"Haduh anak-anak muda ini. Masih kuliah sudah pacaran, pakai berantem segala lagi," keluh papa Trinity.

"Halah, papa ini, kayak nggak pernah muda aja," sahut Bu Prita.

Papa Trinity hanya menghela napas, lalu meneruskan tontonannya di televisi.

Sementara Trinity langsung menumpahkan tangisnya di atas tempat tidur. Hingga bantalnya basah oleh air mata.

Dengan tangan bergetar dia mengetik pesan untuk Zaki.

Zak, please, maafin aku. Jangan marah, aku nggak ada hubungan apa-apa sama Neo.

Pesan itu, jangankan dijawab, dibaca pun tidak. Tak ada tanda online. Sepertinya Zaki sengaja mematikan ponselnya.

Air mata Trinity semakin berderai. Dia masih berharap Zaki hanya sedang emosi. Mungkin sedang kalut memikirkan Lala.

Kalau bisa, ingin sekali sekarang juga Trinity ke rumah Zaki. Melihat langsung keadaan Lala. Namun itu tak mungkin. Sekarang sudah terlalu malam baginya untuk keluar rumah. Dia tak ingin membuat orangtuanya khawatir.

Setengah jam kemudian, terdengar ketukan di pintu. Menyusul suara mamanya memanggilnya.

"Trin, makan dulu yuk. Kamu pasti belum makan malam, kan? Belum mandi juga," kata mamanya dengan suara agak keras.

We Could Be In Love (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang