Extra Part 5 : Baikan?

2.3K 272 36
                                    

Playing : Perfect _ Ed Sheeran

~ oOo ~

Trinity terlonjak, lagu "Perfect" Ed Sheeran mengalun. Menandakan ada telepon masuk lagi.

Dia meraih ponselnya, terbelalak melihat nama yang terpampang di layar. Zaki.

"Hai," sapanya singkat setelah menekan tanda "ok".

"Trin, kamu lagi di kosan?" tanya Zaki.

"Ya. Kenapa?" sahutnya, pura-pura masih menunjukkan rasa kesal.

"Aku udah di teras kosan kamu. Bisa ketemu sebentar?"

"Oh, kamu udah nggak sibuk sama Alex?" sindir Trinity.

"Trin, bisa ngomongin soal itu langsung? Jangan lewat telpon. Please, temui aku sebentar aja," pinta Zaki.

"Oke, aku keluar sekarang," sahut Trinity. Tentu saja dia berniat menemui Zaki. Memang sejak tadi dia mengharap Zaki menghubunginya.

"Hai, Zak," sapa Trinity setelah dia sampai di teras.

Zaki menoleh, lalu langsung berdiri.

"Trin, maaf, aku baru datang. Aku baru selesai mengerjakan tugasku. Sendirian," katanya, memberi tekanan pada kata terakhir.

"Tadi kamu bilang kamu satu tim dengan Alex. Kenapa ngerjain tugas sendirian?" sahut Trinity.

"Karena aku udah janji sama kamu, nggak akan dekat Alex lagi."

"Memangnya bisa tugas satu tim dikerjain sendiri-sendiri?"

"Bisa. Salah satu harus rela tugas dikerjakan oleh cuma satu orang. Tapi nama yang tercantum di hasil pekerjaan tetap dua orang. Dalam hal ini, Alex yang menyingkir, aku yang ngerjain semua tugas. Tapi di hasil tugas tetap kucantumkan nama kami berdua."

Trinity tertegun memandangi Zaki. Baru menyadari sikapnya keterlaluan. Dia membuat Zaki harus berkorban sebesar itu.

"Zaki, maafin aku. Aku nggak bermaksud membuatmu susah sampai kayak gitu."

"Aku nggak susah. Biasa aja. Aku suka dengan tugasnya."

"Kamu pasti capek banget."

"Banget. Dan laper berat. Kamu udah makan?"

Trinity menggeleng. "Tadi aku mendadak nggak nafsu makan malam."

"Tadi? Kalo sekarang? Mau nemenin aku makan malam?"

"Di mana?"

"Nggak jauh. Nasi goreng gerobak Mang Midun di ujung jalan. Jalan kaki nggak jauh dari sini. Aku nggak bawa motor."

Trinity mengangguk.

"Kamu makan juga ya. Maaf, tadi bikin kamu nggak nafsu makan," kata Zaki saat mereka melangkah menuju ujung jalan.

"Nggak apa-apa. Sori ya, aku cerewet soal Alex. Aku cemas tiap kali lihat dia dekat kamu."

Zaki tersenyum. "Aku senang kamu cemasin. Aku juga bakal cemas kok, kalau lihat kamu akrab sama cowok lain," katanya.

"Udah sampai," kata Trinity, merasa lega mereka sudah berada di depan gerobak Mang Midun. Di belakang gerobak ada tenda mengatapi satu meja panjang yang memuat enam kursi. Empat kursi terisi. Zaki buru-buru mengajak Trinity duduk di kursi kosong yang masih tersisa. Lalu dia memesan nasi goreng, Trinity memesan kuetiaw rebus.

"Aku harap, kamu jangan lagi curiga aku punya hubungan lebih dari sekadar teman dengan Alex. Sejujurnya, aku nggak akan bisa menghindari dia. Kami satu jurusan, satu angkatan. Pasti kami akan sering ketemu. Aku cuma minta kamu percaya aku," kata Zaki disela-sela kesibukannya menghabiskan nasi goreng.

"Oke. Aku akan percaya kamu. Aku nggak akan datang ke fakultasmu sendirian lagi. Kecuali kamu yang ngajak," kata Trinity.

Setelah mereka menghabiskan makanan masing-masing, Zaki mengantar Trinity kembali ke tempat kosnya.

"Makasih ya, Trin, udah mau nemenin aku makan malam," ucap Zaki setelah mereka sampai di teras tempat kos Trinity.

"Makasih juga udah nraktir aku makan malam. Seharian ini kamu nggak manggil aku sayang," balas Trinity.

Zaki tampak terkejut, lalu tersenyum. "Aku kirain kamu bakal makin marah kalau aku sok mesra manggil kamu sayang."

"Aku nggak marah. Tadi di gedung fakultas kamu, aku cuma kesal lihat Alex perhatian banget sama kamu."

"Makanya, kamu merhatiin aku dong, supaya aku nggak diperhatiin cewek lain."

Trinity melotot. "Hei, aku udah bela-belain ke gedung fakultas kamu itu artinya apa? Karena aku perhatian sama kamu, Zak!"

"Oh, iya. Benar juga. Makasih udah perhatian sama aku, Sayang," kata Zaki, dia tersenyum menggoda.

Trinity masih enggan balas tersenyum karena ucapan Zaki sebelumnya.

"Trin, kalo kamu nuntut aku setia sama kamu, kamu juga akan setia sama aku, kan? Kamu pengin aku bisa kamu percaya, kamu juga bisa aku percaya, kan?"

Kening Trinity berkerut. "Kenapa kamu nanya gitu?"

"Karena hubungan yang baik itu harus saling. Saling peduli, saling sayang, saling setia, saling percaya. Nggak bisa cuma satu pihak aja yang cinta. Itu namanya bertepuk sebelah tangan," jawab Zaki.

"Aku setuju. Hubungan yang baik itu memang harus saling. Zaki ..."

"Ya?"

Trinity kembali ragu. "Jaga kesehatan ya. Jangan terlalu capek. Kamu kebanyakan ngerjain tugas." 

Zaki tersenyum. "Makasih udah ngingetin."

Trinity mendekat. Memandangi wajah Zaki lekat. Mengelus pipinya lembut. Kening Zaki berkerut, tak mengira Trinity mendadak mesra seperti ini.

Trinity mendekatkan bibirnya ke telinga Zaki. "Maafin aku udah ngerepotin kamu terus," bisiknya.

"Nggak apa-apa. Aku senang kamu repotin. Tandanya kamu masih peduli sama aku," balas Zaki.

Trinity tersenyum. Rasanya ingin sekali dia menghadiahi kecupan kecil di pipi Zaki, tapi tentu saja dia sadar itu tak bisa dia lakukan. Buru-buru Trinity menarik tubuhnya sedikit menjauh dari Zaki.

"Aku pulang sekarang ya, Trin. Udah malam," ucap Zaki.

Trinity mengangguk.

Berganti Zaki yang mendekatkan mulutnya ke telinga Trinity.

"Makasih udah hampir menciumku," bisik Zaki, sambil tersenyum lebar dan mengedipkan sebelah mata.

Trinity mendelik.

"Geer! Memangnya siapa yang mau nyium kamu?" bantahnya menutupi rasa tersipu dan terkejut Zaki bisa membaca apa yang barusan dia pikirkan.

Zaki hanya tersenyum. "Dari cara kamu tadi ngeliatin aku, aku udah bisa nebak," katanya. Kembali dia mengedipkan sebelah matanya.

"Ngayal!" bantah Trinity lagi.

Zaki hanya tergelak. Lalu dia benar-benar pamit dari hadapan Trinity. Apa pun itu, dia merasa lega, kekasihnya sudah berhenti ngambek.

**=========**

Hola!

Sudah cukup ya extra partnya? ^_^

Sampai ketemu dengan Neo Liberty dalam bentuk novel ya.

Pantengin deh IG-ku @arumi_e . Siapa tahu nanti aku bakal ngadain kuis berhadiah novel WCBIL yang masih gress.

Tunggu kabar selanjutnya setelah novel WCBIL terbit ya.

Salam,

Arumi

We Could Be In Love (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang