Semester pertama berlalu dengan lancar. Walau pelajaran di masa kuliah jauh lebih sulit dibanding SMA, nilai-nilai Neo cukup memuaskan. Nyaris A di semua mata kuliah dengan hiasan beberapa nilai B tanpa ada nilai C.
Sementara Liberty merasa lega, tak ada mata kuliah yang harus diulang. Meski mayoritas nilainya C, hanya ada dua nilai A dan beberapa nilai B, dia sudah cukup senang.
Dua kehidupan masih berusaha dijalani Neo dengan seimbang. Menjadi mahasiswa di siang hari dan menjadi musisi di malam hari.
Semakin mendekati akhir semester dua, Neo menambah pekerjaannya. Selain rutin bermain biola tiga kali seminggu di restoran Enrique, dia juga menerima tawaran bermain musik di pesta pernikahan atau pesta perayaan pernikahan.
Dua minggu lagi dia harus mulai berburu tiket pesawat pulang pergi Barcelona-Jakarta-Barcelona.
Neo tidak lagi bersikap terlalu dingin pada Liberty walau dia masih menunjukkan sikap hanya menganggap Liberty sebagai teman.
Hari ini kuliah terakhir baru selesai menjelang pukul lima sore. Neo bergegas membereskan buku-bukunya, bersiap meninggalkan kelas. Dia harus bergerak cepat. Pulang dulu ke apartemen, mandi, makan malam, baru kemudian menuju restoran Enrique menunaikan tugasnya malam ini.
"Neo!" panggil Liberty melihat Neo sudah berdiri.
"Aku duluan, Lib!" ucap Neo tanpa menoleh ke Liberty, dia melangkah cepat keluar kelas.
Liberty hanya bisa tertegun. Lalu pandangan matanya beralih mengikuti arah sebuah benda yang jatuh dari meja lipat di kursi yang ditinggalkan Neo.
Liberty yang duduk tepat di belakang Neo, memungut benda kecil itu. Sebuah flash disk.
"Baru kali ini Neo nggak teliti. Meninggalkan barang penting miliknya. Untung aku lihat," gumam Liberty.
"Atta, don't forget to join us this night in Flamenco dancing Studio." Tepukan di pundaknya membuat Liberty terkesiap. Lalu menoleh ke sumber suara.
Maria, gadis asli Barcelona berambut coklat. Entah ada berapa banyak orang bernama Maria di Spanyol. Di sebelah Maria muncul gadis pirang asal Portugal yang nama aslinya Patricia tapi biasa dipanggil Patty.
Keduanya teman satu kelas Liberty. Sejak kemarin mereka mengajak Liberty mengunjungi studio tari Flamenco. Liberty mengatakan sangat tertarik dengan tarian asli Spanyol itu dan ternyata Maria dan Patty berlatih tarian itu di sebuah studio tari.
"Oh, of course. I will be there at seven o'clock. But I just want to watch both of you dancing," jawab Liberty.
"No problem. See you over there." tanya Maria.
Liberty mengangguk. "Okay, see you later, girls," sahut Liberty.
Liberty kembali ke apartemennya dengan taksi. Seminggu ini dia tidak diganggu Saka karena cowok itu sedang studi banding ke Madrid.
Setelah mandi dan makan malam, Liberty bersiap ke studio tari. Di detik terakhir dia teringat USB Neo. Dia pindahkan benda itu dari tas kuliahnya ke tas lebih kecil.
Tepat pukul tujuh malam, dia sampai di studio tari Flamenco. Maria dan Patty sudah datang lebih dulu. Liberty terkesima melihat gadis-gadis itu menari diiringi musik dengan pakaian khas Spanyol yang membuat mereka tampak semakin cantik.
Dia bertekad di kunjungan berikutnya dia akan ikut berlatih. Tentu saja dia harus membeli dulu pakaian khas gadis Spanyol itu.
oOo
Neo sampai di restoran Enrique pukul setengah tujuh malam. Seluruh kursi hampir terisi penuh. Para pengunjung siap menyantap hidangan makan malam. Neo memberi salam dan tersenyum sebelum menggesek dawai biolanya, lalu mengalunlah musik romantis yang membuat suasana terasa syahdu.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Could Be In Love (SUDAH TERBIT)
Teen FictionSekuel "Listen To My Heartbeat" Sinopsis : Neo Andromeda harus menerima kenyataan berpisah dari cinta pertamanya, Trinity. Neo lebih memilih menerima beasiswa kuliah di Barcelona. Kota yang mempertemukannya dengan Liberty Manhattan, gadis Indonesia...