Part bonus : Menyepi Sejenak

4.6K 748 450
                                    

Neo berencana hanya menginap semalam di Denpasar. Besok pagi dia akan menyeberang ke Gili Trawangan.

Tak banyak yang ingin dia lihat di kota ini. Karena Denpasar adalah tempat yang sudah beberapa kali dia singgahi. Selain pernah menyambangi kota ini bersama ayahnya ketika kecil, dia juga pernah menjelajah Denpasar dan beberapa kota di Bali saat liburan naik kelas 12. Sendirian. Neo sudah terbiasa melakukan perjalanan sendirian.

Sesampai di kamar hotelnya, barulah Neo menyalakan ponselnya. Dia hanya sekadar ingin mengabarkan pada ibunya sudah sampai di Denpasar, supaya ibunya tidak cemas. Setelah itu, sesuai tekadnya, dia akan mematikan ponselnya.

Begitu dia menyalakan ponsel, muncul pesan dari Liberty. Dia tidak berniat membacanya. Tapi, ketika dia ingin mengetik pesan untuk ibunya, tanpa sengaja dia membuka pesan dari Liberty. Terbacalah isi pesan itu.

Neo, sibuk apa hari ini? Ada konser orkestra mini di pusat kebudayaan Belanda malam ini. Nonton yuk. Kamu suka musik orkestra, kan?

Neo menghela napas. Dia benar-benar malas menjawab. Dia sedang tidak ingin chat dengan siapa pun, kecuali ibunya.

Menepis rasa tak tega, Neo langsung menghapus pesan itu tanpa menjawabnya. Memang terkesan kejam. Tapi dia sudah meneguhkan pendirian tak ingin diganggu.

Setelah membasuh wajah, Neo keluar lagi dari kamarnya. Dia menyusuri daerah sekeliling hotel mencari tempat makan siang yang pas dengan seleranya.

Usai makan siang, dia langsung menuju Ubud. Tepatnya ke Museum Antonio Blanco di daerah Gianyar.

Walau dia pernah berkunjung ke sana, tapi dia tak bosan ke sana lagi. Neo paling senang melihat lukisan. Di museum itu ada kurang lebih 300 lukisan yang bisa dia lihat.

Suasana tempat itu juga teduh dan sangat khas Bali. Antonio Blanco seorang pelukis Spanyol campur Amerika, tapi dia menikah dengan perempuan Bali dan merasa nyaman tinggal di sini hingga akhir hidupnya.

Sesampai di museum itu, seperti juga dahulu, banyak pengunjung yang datang. Neo berhenti agak lama tiap kali menemukan lukisan yang menarik perhatiannya. Kebanyakan obyek lukisan adalah perempuan. Sang maestro bisa menampilkan sosok perempuan menjadi tampak artistik.

Neo pun menganggap lukisan-lukisan itu sebagai hasil karya seni tingkat tinggi. Sebagai seseorang yang senang membuat sketsa, dia bisa memahami nilai seni yang tertuang dalam lukisan-lukisan itu.

Setelah melihat seluruh lukisan, sejenak Neo menikmati area sekitar museum sebelum kembali ke Denpasar.

Dia merasa keputusannya liburan sendirian adalah pilihan tepat. Dia bisa melupakan segala hal yang mengganggu pikirannya di Jakarta. Termasuk melupakan sejenak permasalahannya dengan Trinity.

Neo tak berinteraksi dengan siapa pun yang dia temui di sini. Dia hanya menikmati suasana tempat ini tanpa bicara.

Pukul lima sore, barulah Neo kembali ke hotel. Membasuh tubuh dan beristirahat sejenak.

Selepas isya, Neo keluar hotel lagi, menjelajahi lingkungan sekitarnya. Dia menemukan kedai dengan suasana tradisional Bali dan musik khas Bali mengalun. Dia memilih makan malam di tempat itu.

Ternyata Neo belum berubah. Dia masih merasa nyaman sendirian, tidak mengobrol dengan siapa pun. Hanya diam menikmati makan malamnya sambil memperhatikan sekeliling.

Usai makan malam, dia mampir sebentar ke satu tempat yang menampilkan tarian Bali. Dua jam sebelum tengah malam, barulah dia kembali ke hotel.

Esok harinya, pukul enam pagi Neo sudah check out dari hotel langsung menuju dermaga Padang Bai. Dari sini dia akan menumpang speed boat ke Gili Trawangan. Biayanya memang lebih mahal dibanding naik kapal feri, tapi jauh lebih cepat dan hemat waktu.

We Could Be In Love (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang