Trinity tersentak saat tiba-tiba ponselnya berbunyi tanda ada telepon masuk. Dari Zaki. Trinity segera menerimanya.
"Halo," sapanya.
"Halo, Sayang. Kamu hari ini nggak ada acara, kan?" sahut Zaki.
"Nggak ada. Mau di kamar aja ngerjain tugas. Ada apa, Zak?"
"Bisa ikut aku keluar sebentar?"
"Ikut ke mana?" tanya Trinity lagi.
"Teman-teman mau pada datang. Kita mau makan siang bareng, ngobrol-ngobrol," jawab Zaki.
"Teman-teman kamu?"
"Teman-temanku kan teman-teman kamu juga. Shania nggak bilang? Devan pasti bakal ngajak Shania. Mereka kan lagi pdkt."
"Shania nggak bilang apa-apa tuh! Ih, tumben banget dia nggak heboh ngasih tau aku."
"Mungkin belum sempat. Bobby juga baru ngasih tahu aku pagi tadi. Please, Trin. Ikut, ya?" kata Zaki.
"Aku tanya Shania dulu. Dia ikut nggak. Kalau dia nggak ikut, aku juga nggak. Masa nanti aku jadi cewek sendirian di antara geng kamu."
"Jorgi juga mau ngajak Maudy kok."
"Aku nggak akrab sama Maudy."
"Shania pasti ikut. Telpon aja dia," kata Zaki.
"Jam setengah 12 aku jemput ya," lanjut Zaki. Setelah itu dia permisi menyudahi telepon.
Trinity segera menghubungi Shania. Benar saja, sahabatnya itu ternyata sedang menunggu Devan menjemputnya.
Kebetulan sekali, sudah lebih dari dua bulan Trinity tidak bertemu Shania. Sahabatnya itu pernah bilang, hubungannya dengan Devan semakin akrab, tapi mereka belum resmi jadian. Devan belum menyatakan apa-apa walau selalu menunjukkan kepeduliannya pada Shania. Sementara Shania tidak akan pernah menyatakan perasaannya pada Devan lebih dulu.
"Apalagi sih yang ditunggu Devan. Awas ya kalau dia php-in lo, Shan," kata Trinity lewat telepon.
"Biarin ajalah, Trin. Gue nggak buru-buru kok. Devan perhatian sama gue aja gue udah seneng," sahut Shania.
Trinity menghela napas. "Ya udah. Kita lanjutin ngobrolnya nanti pas ketemu ya. Biar gue sindir-sindir deh nanti si Devan," kata Trinity, sebelum menyudahi pembicaraan mereka.
Tepat pukul 11:30, Zaki sudah datang ke kosan Trinity. Tak lama mereka berangkat ke lokasi berkumpul. Sebuah tempat makan lesehan. Mereka memilih satu saung terbuka. Sambil makan bisa merasakan semilir angin dan mendengar gemericik air dari kolam di samping saung.
Jorgi dan Maudy sudah datang lebih dulu. Keduanya naik motor berboncengan dari Jakarta ke Depok. Tak lama sesudah Zaki dan Trinity, muncul Bobby, Ilham, Devan dan Shania. Bobby dan Ilham menumpang mobil Devan dari Jakarta, ikut ke Bogor menjemput Shania. Barulah mereka ke sini.
Trinity segera memilih duduk di samping Zaki dan Shania.
"Bob, lo masih single?" tanya Jorgi tiba-tiba.
"Kenapa memangnya? Lo mau ngenalin gue sama cewek manis yang masih single juga?" Bobby balik bertanya.
"Nggak, gue nanya doang," sahut Jorgi.
"Jangan sombong, mentang-mentang udah punya pacar," sindir Bobby.
"Gue nggak sombong kok, cuma ikut prihatin," bantah Jorgi.
"Nggak usah prihatin. Gue happy-happy aja kok walau single. Lagian masih ada Ilham yang singlejuga," kata Bobby sambil melirik Ilham.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Could Be In Love (SUDAH TERBIT)
Teen FictionSekuel "Listen To My Heartbeat" Sinopsis : Neo Andromeda harus menerima kenyataan berpisah dari cinta pertamanya, Trinity. Neo lebih memilih menerima beasiswa kuliah di Barcelona. Kota yang mempertemukannya dengan Liberty Manhattan, gadis Indonesia...