Esok harinya, sikap Neo pada Liberty mulai berubah. Tidak lagi sedingin sebelumnya walau masih irit bicara. Setelah kuliah usai, Liberty langsung mengajak Neo ke restoran milik temannya.
Beberapa pramusaji sudah mengenal Liberty. Dia mengatakan ingin bertemu Enrique. Liberty dan Neo dipersilakan masuk ke ruangan Enrique. Lelaki asli Spanyol berusia empat puluh tahun itu memang selalu berada di restoran. Dia menjadi pengawas restorannya sendiri.
"Hola, Enrique," sapa Liberty begitu dia dan Neo masuk ke ruang kerja Enrique.
"Hei, Atta! How are you? Sudah lama sekali kamu nggak datang ke sini," balas Enrique.
"Bulan lalu aku makan malam di sini," sahut Liberty.
"Sebulan lalu itu lama, Atta. Dulu, kamu bisa tiga kali seminggu ke restoran favoritmu ini," kata Enrique. Dia mempersilakan Liberty dan Neo duduk di sofa yang tersedia di ruang itu.
"Maaf, akhir-akhir ini kuliahku cukup sibuk. Aku belum sempat ke sini. Dan kali ini aku datang ke sini bukan untuk makan malan. Nggak apa-apa, kan? Aku datang ingin mengenalkan temanku padamu. Ini Neo, pemain biola berbakat asal Indonesia," kata Liberty setelah dia duduk.
Neo mengulurkan tangannya kepada Enrique dan disambut hangat.
"Oh, pemain biola," ucap Enrique sambil memandangi seluruh penampilan Neo.
"Belum ada pemain biola di restoran ini, kan?" tanya Liberty.
"Memang belum ada," jawab Enrique.
"Coba dengarkan permainan biola Neo. Aku yakin kamu akan menyukainya," kata Liberty berusaha meyakinkan Enrique.
"Oke. Neo, silakan tunjukkan keahlianmu padaku," kata Enrique mengalihkan pandangan ke Neo.
"Thank you," ucap Neo. Dia berdiri. Membungkuk sekali, kemudian mulai memainkan biolanya. Kali ini dia memainkan nada-nada romantis dari lagu berbahasa Spanyol yang pernah sangat populer. No Me Ames.
Seperti biasa, Neo memainkan biolanya penuh penghayatan. Membuat yang mendengarnya terbuai. Termasuk Enrique, hingga lelaki itu memejamkan matanya menikmati alunan musik mendayu sekaligus mengiris kalbu.
"Beautiful!" ucap Enrique senang setelah Neo selesai memainkan biolanya.
"Ide yang bagus sekali kalau ada pemain biola di restoranku ini. Kamu diterima, anak muda! Aku akan mengatur jadwal pertunjukanmu. Aku rasa kamu akan bermain tiga kali seminggu. Mulai jam tujuh malam sampai pukul sepuluh malam. Kita akan membicarakan honormu lebih lanjut," kata Enrique.
"Saya percaya anda akan membayar saya dengan pantas," sahut Neo.
"Tentu saja. Aku selalu menghargai bakat seseorang. Tinggalkan nomor teleponmu. Aku akan menghubungimu minggu ini juga," kata Enrique lagi.
Setelah mereka berbincang-bincang lagi beberapa saat, Liberty mengajak Neo sekalian makan malam di restoran itu.
"Aku belum mampu mentraktirmu di restoran ini," tolak Neo.
"Aku yang akan mentraktirmu," kata Liberty.
"Oh, tidak. Silakan kamu makan malam di sini. Aku makan malam di apartemenku saja," tolak Neo lagi dengan sopan.
Liberty mengangkat bahu.
"Baiklah kalau kamu nggak mau. Kita pulang saja. Makan malam di apartemen masing-masing," katanya akhirnya.
Lalu keduanya keluar dari restoran itu.
"Nggak usah merasa berutang budi padaku. Kamu nggak perlu berubah sikap jadi hangat cuma karena merasa nggak enak padaku," kata Liberty ketika dia melirik Neo memergoki cowok itu sedang memandanginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Could Be In Love (SUDAH TERBIT)
Roman pour AdolescentsSekuel "Listen To My Heartbeat" Sinopsis : Neo Andromeda harus menerima kenyataan berpisah dari cinta pertamanya, Trinity. Neo lebih memilih menerima beasiswa kuliah di Barcelona. Kota yang mempertemukannya dengan Liberty Manhattan, gadis Indonesia...