Now playing :
Stitches ~ Shawn Mendes
I thought that I'd been hurt before.
~o~
Seharusnya, hari ini menjadi hari yang menyenangkan. Pertama kalinya setelah sekian lama, Zaki merasakan lagi keharmonisan keluarganya.Papanya cuti empat hari, membawa keluarganya berlibur ke tempat wisata tidak terlalu jauh dari Jakarta, sebuah pemondokan lengkap dengan berbagai fasilitas liburan di daerah Garut.
Namun baru semalam mereka menginap di sana, mendadak Lala adik bungsunya panas tinggi hingga kejang-kejang, membuat semua orang panik.
Terpaksa mereka semua kembali ke Jakarta dan langsung menuju rumah sakit. Lala harus dirawat. Mamanya tak mau beranjak dari sisi Lala sejak gadis kecil itu masuk rumah sakit.
Zaki memahami perasaan mamanya. Siapa yang tega meninggalkan Lala yang kini malah tidak sadar?
Perasaan Zaki tak kalah kalutnya. Dia sangat menyayangi kedua adik perempuannya. Terutama Lala mendapat perhatian lebih karena adik bungsunya itu menyandang down syndrome.
Segala pikirannya yang tercurah untuk Lala membuatnya lupa berkirim kabar dengan Trinity. Terakhir kekasihnya itu mengirim fotonya bersama teman sekelasnya saat berada di dalam kereta Parahiyangan menuju Bandung.
Siang ini neneknya dari pihak ibu datang menjenguk Lala, kebetulan neneknya sedang berada di Jakarta. Untuk sementara neneknya akan tinggal di rumah Zaki selama mama Zaki menunggui Lala di rumah sakit.
Sesampai di rumah, setelah Ara adik perempuannya, anak nomor dua yang kini berusia sebelas tahun tertidur lelap, Zaki permisi pada neneknya, untuk keluar rumah sebentar.
Ada neneknya di rumah, membuat Zaki bisa meninggalkan Ara sejenak. Sementara papanya masih di rumah sakit menemani mamanya yang menunggui Lala. Papanya akan pulang agak malam.
Menjelang sore, Zaki mengirim pesan pada Trinity. Tapi pesan itu tak dibaca. Dia mengirim beberapa pesan secara beruntun. Namun sampai satu jam kemudian, pesan itu tetap tidak dibaca dan dibalas.
Akhirnya Zaki menelepon Trinity. Tapi kekasihnya itu tidak menerima panggilannya. Membuat Zaki mulai menduga-duga, apa yang sudah terjadi.
Karena itulah Zaki berniat datang ke rumah Trinity, melihat langsung keadaan gadis itu.
Zaki melajukan motornya. Di waktu jam sibuk seperti ini, jalanan Jakarta mulai padat merayap.
Dia sampai di rumah Trinity menjelang pukul setengah delapan.
"Zaki?" sapa mama Trinity yang muncul membukakan pintu pagar.
"Selamat malam, Tante. Apa Trinity sudah pulang?" balas Zaki sambil tersenyum ramah.
"Belum. Dia bilang naik kereta yang jam empat sore. Sampai Jakarta sekitar jam tujuh. Sebentar lagi pasti sampai rumah. Saat papanya nelpon mau jemput, dia bilang nggak usah dijemput, dia mau naik bus Trans Jakarta saja," jawab Bu Prita.
"Om bisa nelpon Trinity? Saya tadi nelpon kenapa nggak diangkat ya, Tante? Pesan saya juga nggak ada yang dibalas," keluh Zaki.
"Mungkin dia sedang berdiri dalam bus jadi nggak bisa nerima telpon. Waktu papanya nelpon dia masih di halte. Dia itu memang keras kepala, nggak mau merepotkan papanya dan pengin mandiri. Kecuali tadi pagi karena harus ngejar kereta pagi, dia mau diantar papanya," jawab Bu Prita panjang lebar.
Belum sempat Zaki menyahut, Bu Prita bicara lagi. "Eh, ayo kamu masuk dulu. Tunggu aja di dalam. Sebentar lagi Trin pasti sampai."
Bu Prita membuka pintu pagar lebar-lebar, mempersilakan Zaki masuk bersama motornya.
Zaki menuntun motornya, memarkirnya di carport, lalu mengikuti Bu Prita menuju rumah.
"Saya nunggu di teras saja, Tante. Supaya bisa langsung lihat kalau Trinity pulang," kata Zaki setelah sampai di teras.
"Oh, baiklah. Sebentar ya, Tante bikinin kamu minum," sahut Bu Prita.
Zaki mengangguk dan tersenyum sopan. Bu Prita masuk ke rumahnya, Zaki duduk di kursi teras. Tak lama Bu Prita muncul lagi membawakan minuman dan beberapa iris bolu cokelat.
"Terima kasih, Tante. Maaf merepotkan," ucap Zaki.
"Nggak merepotkan kok. Diminum ya, dan cobain bolu buatan Tante," sahut Bu Prita.
"Iya, Tante. Saya nunggu sendiri nggak apa-apa, Tante. Mungkin ada yang harus Tante kerjakan di dalam?" kata Zaki.
"Iya, Tante lagi nyiapin makan malam. Eh, kamu sudah makan belum? Pasti belum ya? Ayo ikut makan malam sekalian."
"Nggak usah, Tante. Nanti saja. Saya nunggu Trinity pulang dulu."
"Oh iya. Nanti kamu temenin Trinity makan malam ya. Tante mau ngurus makan malam papanya Trinity dulu."
"Silakan, Tante," sahut Zaki.
Bu Prita tersenyum dan pamit masuk kembali ke rumahnya.
Zaki tersenyum lega, merasa senang Bu Prita sudah bisa menerimanya sebagai seseorang yang punya hubungan dekat dengan Trinity. Kini, Bu Prita selalu menyambutnya dengan ramah. Teringat masa saat dia masih proses pendekatan, Bu Prita selalu bersikap waspada dan mencurigainya.
Rasanya lama sekali Zaki duduk menunggu sendirian di kursi teras ini. Pesan-pesannya belum dibalas Trinity. Dia menghela napas. Mengapa ketika butuh bicara dengan Trinity mencurahkan segala rasa gundahnya saat ini, kekasihnya itu malah susah dihubungi?
Dia hanya ingin melepaskan segala rasa yang menumpuk di dadanya. Berharap setelah dia bicara pada Trinity sambil memandangi wajahnya yang manis, beban di dadanya akan berkurang. Dia bisa kembali penuh harapan yakin Lala akan sembuh.
Menjelang pukul delapan, barulah muncul balasan pesan dari Trinity.
Zak, sori, hpku aneh. Pesan2 baru muncul. Aku juga ga tau kalo kamu nelpon. Lala kenapa?
Zaki menghela napas. Teringat pesannya sebelumnya yang dia ketik karena agak kesal lama menunggu balasan Trinity. Dia bermaksud menyindir, jangan-jangan Trinity ke Bandung ditemani Neo, lalu sengaja mematikan ponselnya supaya susah dihubungi Zaki.
Ah, terkadang Zaki belum bisa menahan rasa posesifnya. Kehadiran Neo di kota ini memang membuatnya resah dan khawatir. Walau di acara reuni sekolah kemarin dia melihat Neo menggandeng seorang gadis, tetap saja dia tak bisa menurunkan kewaspadaannya pada rivalnya itu.
Kamu cepat pulang. Aku butuh kamu.
Itu balasan yang dia kirimkan ke Trinity. Lalu dia menunggu reaksi kekasihnya itu.
**=========**
Hola!
Makasih buat yang suka baca bagian kisah Zaki dan Trinity. Ini adalah bab sebelum Zaki mergokin Trinity pulang dari Bandung diantar Neo. Ingat kan adegan selanjutnya? Hiks ...
Mau lagi bagian kisah Zaki dan Trinity?
Salam,
Arumi
KAMU SEDANG MEMBACA
We Could Be In Love (SUDAH TERBIT)
Teen FictionSekuel "Listen To My Heartbeat" Sinopsis : Neo Andromeda harus menerima kenyataan berpisah dari cinta pertamanya, Trinity. Neo lebih memilih menerima beasiswa kuliah di Barcelona. Kota yang mempertemukannya dengan Liberty Manhattan, gadis Indonesia...